24. Kemah

2.8K 317 87
                                    

Andreas terduduk di sofa dengan posisi kedua kaki ikut naik ke atas sofa. Matanya melirik ke arah kanan, menatap dua makhluk yang sedang asik berbincang sembari memakan kuaci yang mereka bawa tadi. Ya, mereka adalah Andrian dan Donald. Kali ini Raga tidak hadir di antara mereka, karna pemuda itu sedang memperjuangkan kisah cintanya.

Andrian dan Donald berbincang tentang apa saja yang perlu dibawa untuk berkemah besok lusa. Jika kedua cowok itu tampak antusias, berbeda dengan Andreas yang tampak acuh. Andreas memilih bermain ponsel dan sesekali meneguk coca-cola yang ada di tangan kanannya.

"Ndre,"

Andreas memberhentikan gerakan jempol yang tadi terus-menerus men-scroll layar ponsel, ekor matanya bergerak.

"Lo ikut kemahkan?" Andrian bertanya dengan wajah penuh harap. Begitu pula dengan Donald.

Andreas melengos, ia kembali bermain ponsel. "Nggak."

"Lo harus nyobain sensasi kemah SMA Wisesa, Ndre. Jangan sia-siain kesempatan ini," Kata Donald, yang di ikuti anggukan dari Andrian.

Andrian dan Donald tersentak kaget ketika Andreas mengarahkan kakinya tepat di depan wajah mereka.

"Buta? Nggak bisa lihat?" Sarkas Andreas dengan nada dingin. Ia masih memamerkan kakinya yang agak membiru dan sedikit bengkak itu.

"Perlu gue panggilin dukun patah tulang supaya lo ikut kemah?" Donald bertanya dengan mimik wajah serius.

"Sekalian aja lo panggilin dukun beranak, Nald," Timpal Andrian. "YA ENGGAKLAH BODOH! ANDREAS ITU KESELEO, BUKANNYA PATAH TULANG! Jangan buat gue ngatain lo 'bego', ya, Nald!"

"Itu lo ngomong,"

"Tadi cuman contoh, yang ini baru beneran. Bentar," Andrian menarik nafas dalam-dalam lebih duluh. "DONALD BEGONYA MENGALIR JAUH UDAH KAYAK RUCIKA!"

"Lo kayak coki-coki," Timpal Donald. "TULULNYA SELANGIT!"

"ASEM!"

"Lo mau bawain Thor sekali pun gue nggak akan ikut." Tegas Andreas.

"Kenapa sih? Kenapa? Cerita sini sama gue kenapa?" Tanya Andrian beruntun.

"Mager."

Jawaban dari Andreas membuat Andrian dan Donald berdecak malas. Mereka tak percaya jika Andreas akan melewati momen yang sangat penting bagi murid-murid SMA Wisesa itu.

"Ck, Ndre. Gue jamin lo akan tarik kata-kata itu kalau udah sampai sana." Kata Donald.

Andrian mengangguk setuju. "Betul! Apalagi pas malem api unggunnya. Beuh, MANTUL!"

"Nggak tertarik."

Andrian dan Donald saling melempar tatapan. Ada rasa ingin menyerah untuk membujuk Andreas yang keras kepala ini.

"Ya udah deh kalau lo nggak mau. Tapi jangan nyesel lo ya," Andrian memperingati.

"Nggak." Jawab Andreas cepat.

"Padahal, Ndre. Alumni aja bela-belain jadi panitia acara ini supaya bisa ikut, ekh elo malah nolak mentah-mentah. Si Alfa culun sama teman-temannya aja ikut," Jelas Donald dengan wajah lesuh.

"Bentar," Andreas memotong pembicaraan Donald. "Alfamidi ikut?"

Donald dan Andrin mengangguk bersamaan.

"Dia jadi panitia malah," Timpal Andrian.

×××

Hari libur sekolah Zia gunakan dengan sebaik-baiknya untuk membersihkan rumah. Dimulai dari menyapu, mengepel, sampai mencuci pakaian yang sudah menumpuk.

DUA ES KUTUBTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang