Kedua mata Zia dan Andreas perlahan terbuka ketika sinar cahaya dari lampu senter menyorot tepat di wajah mereka. Zia mengangkat kepalanys yang tadinya bersandar di bahu Andreas. Mereka langsung mendapati beberapa orang yang berkumpul di depan sembari mengarahkan lampu senter. Mereka adalah Pak Handoko, Alfa, Andrian, Pak Asep dan pengurus perkemahan. Sedangkan Donald, Raga, dan Kaila menunggu di tenda. Mereka tidak diperbolehkan untuk ikut pencarian karna terlalu berisiko.
"Zia, Andreas, kalian baik-baik aja?" Pak Handoko menyoroti lampu senter kearah wajah Zia dan Andreas secara bergantian.
"Zi, kamu nggak apa-apa?" Alfa muncul dari belakang Pak Handoko, lelaki itu menghampiri Zia yang terduduk di bawah pohon dengan gusar.
Zia mengangguk pelan sebagai jawaban, tubuhnya sedikit mengigil karna dinginnya angin malam di tengah hutan.
"Kamu menggigil, Zi,"
Perkataan Alfa membuat semua orang yang ada di sana menatap Zia, begitupun Andreas yang baru bangkit dari duduknya.
"Bener kamu menggigil Zia?" Tanya Pak Handoko dengan wajah sedikit panik.
"Se–sedikit, Pak,"
"Nih, kamu pakai aja jaket saya—," Alfa sudah bersiap-siap ingin melepaskan jaket yang ia gunakan untuk Zia.
"Lo lagi sakaratul gara-gara gue gebukin tadi, jadi nggak usah sok gaya." celetuk Andreas dingin. Matanya melirik Andrian yang berdiri tepat di sebalah Pak Handoko. "Pinjemin jaket,"
"Bener itu, kamu juga lagi luka gitu Alfa, jadi pakai jaket Andrian aja, nggak usah jaket kamu." Sahut Pak Handoko.
Andrian mengangguk cepat, ia langsung melepaskan jaket dan memberikannya ke Zia. "Cepet dipakai, Zi. Nanti lo mangkin menggigil."
"Makasih, An," Zia tersenyum kecil.
"Sini, saya bantu pakaikan," Alfa mengambil alih jaket yang tadi Zia pegang, lalu membantu memakaikan jaket.
Andreas menatap sesaat Alfa yang memakaikan jaket untuk Zia dengan penerangan lampu senter yang minim, lalu ia melangkah mendekat dan berdiri di sebelah Andrian.
"Lo nggak apa-apa, Ndre?" Andrian menyorot wajah Andreas dengan lampu senternya.
"Silau, bodoh!"
Dengan cepat Andrian menjauhi cahaya lampu sentermya dari wajah Andreas. "Ekh, maaf-maaf,"
"Hm."
"Berhubung temannya sudah ketemu, jadi kita harus balik ke perkemahan sekarang." Kata Pak Yanto, pengurus perkemahan.
"Ayo, keburu semakin malam nanti," sahut Pak Asep dan diangguki oleh semua orang yang ada di sana.
Baru selangkah Zia maju, ia sudah meringis kesakitan karna kakinya yang keseleo tadi.
"Kamu kenapa Zi?" Alfa bertanya dengan nada panik.
"Nggak bisa jalan, Kak. Kaki saya keseleo."
"Sini saya gendong,"
Tawaran Alfa membuat Zia terpaku karna keberaniannya di depan guru-guru.
"Nggak usah, Kak,"
"Udah nggak apa," Alfa berjongkok di hadapan Zia, "ayo naik ke punggung saya."
Andreas menoleh ketika Andrian menyikutnya. Lelaki itu cengengesan menatap Andreas.
"Lo nggak ngelarang Alfa lagi?"
Andreas menggerakkan kepalanya pelan menghadap Andrian. Ia tahu betul apa maksud dari perkataan Andrian.
"Nggak."
KAMU SEDANG MEMBACA
DUA ES KUTUB
Novela Juvenil✔ Spin-off Mr. CEO & Ms. Doctor. ✔ Dapat dibaca terpisah. "Tub, kutub!" "Hm." Jawab Andreas tanpa melihat Zia. "Kalau boleh tahu...kita berdua ini apa sih?" Andreas memutar tubuhnya, cowok itu menatap Zia. Sedangkan Zia menatap Andreas penuh harap...