29. Siapa Natalie?

1.8K 310 34
                                    

"Liat apa?"

Zia tersentak kaget mendengar suara Andreas, spontan Zia memutar tubuhnya menghadap Andreas. Zia mendapati tatapan intimidasi nan dingin dari kedua mata elang Andreas.

"G—gue,"

Ekor mata Andreas bergerak melihat keadaan laci lemari yang berada di belakang Zia terbuka.

"Laci kenapa kebuka?"

"Gue tadi mau nutup, tapi,"

Andreas mengambil kasar foto yang berada di tangan Zia. Wajah cowok itu merah padam seperti menahan emosi.

"Lancang!" Suara Andreas meninggi. "Pergi dari kamar gue sekarang,"

"Tub, gue bisa jelasin. Tadi itu gue nggak sengaja, gue mau nutup laci lemari lo yang kebuka,"

"Gue nggak butuh bantuan dan alesan lo. Sekarang, pergi."

"Jangan nyuruh pergi sebelum gue menjelaskan ini semua, Tub!"

Tubuh Zia menabrak pintu lemari sebab Andreas mendorongnya. Punggungnya terbentur dengan laci yang sebelumnya terbuka.

"NGGAK ADA YANG BOLEH BUKA LACI GUEEE!!!"

Rasa sakit punggung sirna ketika mendengar bentakkan dengan suara tinggi dari Andreas. Sungguh, ini kali pertama bagi Zia dibentak oleh Andreas. Tentu ia sangat terkejut atas kejadiaan ini.

Sial, kenapa air mata melolos begitu saja dari kedua mata Zia?

Dengan handuk mandi yang masih terkalung di lehernya Andreas berteriak kencang memanggil Pak Marco agar membawa Zia pergi dari hadapannya sekarang juga.

"Bawa dia pergi dari hadapan saya." Kata Andreas. Dengan suara tegas.

"Siap, Mas,"

"Dan lo," Andreas kembali menatap tajam Zia, "nggak usah menginjakkan kaki ke rumah ini lagi."

"Ayuk, Mbak, mari saya antar," ucap Pak Marco sopan.

Zia mengusap air matanya dengan punggung tangannya sesaat, lalu pergi dari kamar Andreas. Di luar kamar, Nenek dan Kakeknya Andreas telah berdiri sembari memasang wajah penasaran.

"Kamu kenapa, Zi?" Nenek Andreas menatap kedua mata Zia yang memerah.

"Nggak apa, Grandma. Zia pamit pulang dulu, permisi."

×××

Zia mengakui kesalahannya karna telah lancang memeriksa isi laci Andreas, karna bagaimana pun juga itu termasuk kedalam privasi.

Di hari berikutnya, Zia mencoba menemui Andreas untuk meminta maaf, tetapi Andreas tidak bisa ditemui di sekolah. Di hari berikutnya, Zia berhasil menemui Andreas, tetapi permintaan maafnya diacuhkan, bahkan ia diusir dari kelasnya. Dan hingga sekarang, Zia masih mengejar maaf dari Andreas.

Terkadang, terbesit rasa penasaran alasan dibalik kemarahan besar Andreas padanya. Padahal, di laci itu hanya ada sebuah foto dan botol coklat yang entah apa itu isinya, tidak ada yang lain. Tapi, kenapa Andreas sangat murka?

Kaila melirik sahabatnya yang sibuk memasuki buku-buku pelajaran ke dalam tasnya karna jam pelajaran sudah usai dan sekarang sedang masuk jam istirahat.

"Mau ngemis ke Andreas lagi?"

"Semoga hari ini dia bakal maafin gue." Zia menutup resleting tas, lalu menatap Kaila sembari tersenyum.

"Udah 5 hari elo kayak orang idiot, nyamperin ke kelasnya terus, diterima maafnya enggak, dicaci maki iya."

"Setidaknya gue nyoba, Kai,"

DUA ES KUTUBTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang