"TANGKAP YANG BENAR IKANNYA, ANDREAS!"
Andreas menoleh kearah Pak Handoko, ia tak berkomentar apapun dan kembali menangkap ikan yang sedari tadi tak sudi dekat dengannya.
"ITU IKANNYA PADA LONCAT! GIMANA SIH KAMU! NANGKEP IKAN AJA GAK BISA, GIMANA NANGKEP HATI CEWEK!"
Teriak Pak Handoko mengawasi Andreas yang sedang menguras kolam ikan sebagai hukuman. Pak Handoko beralih kepada Zia yang sibuk menghitung berapa banyak motor dan mobil yang lewat di depan sekolah SMA Wisesa.
"HITUNG YANG BENAR, ZIA! HITUNGNYA PAKAI PERASAAN!" Teriak Pak Handoko lagi.
KRINGG!
Pak Handoko menyuruh Zia dan Andreas untuk menghentikan aktivitasnya. Hukuman yang Pak Handoko beri telah selesai.
"Zia, berapa banyak mobil dan motornya?" Tanya Pak Handoko pada Zia.
"Motor tigapuluh tujuh, mobil duapuluh satu, Pak."
"Salah." Jawab Pak Handoko. "Yang benar motor empat⁹puluh enam, mobil lima belas,"
"Kok bapak bisa tahu?"
"Bapak hanya menebak, tapi menabaknya pakai perasaan, gak kayak kamu, ngitungnya pake emosi," Ucap Pak Handoko dengan nada menyindir zia.
Zia terdiam. Guru yang satu ini memang benar-benar menyebalkan. Penderitaan Zia hari ini lengkap sudah. Jika sedari tadi Zia berinteraksi dengan Pak Handoko, Andreas hanya diam berdiri disana. Cowok anak baru itu tampak tenang walau celana sekolah yang ia gunakan sedikit basah akibat menguras kolam ikan tadi.
"Bel pergantian mata pelajaran sudah bunyi. Kalian balik ke kelas. Tapi... ingat!" Perkataan Pak Handoko menggantung membuat kedua anak manusia itu mengernyit.
"Ingat apa, Pak?" Zia penasaran dengan kelanjutan perkataan Pak Handoko.
Pak Handoko tak langsung menjawab, ia malah memainkan kumis tebal nan lebat itu sembari tersenyum mencurigakan.
"Ingat! Jangan pacaran! Kalian berdua langsung balik ke kelas masing-masing."
Sontak mata Zia melebar sempurna. Zia melempar tatapan kearah Andreas yang berdiri layaknya patung tak bernyawa. Zia kembali menatao Pak Handoko, mencoba menjelaskan apa yang terjadi antara dirinya dengan si cowok anak baru itu.
"Kita gak pacaran, Pak." Elak Zia cepat. "Saya aja gak kenal sama makhluk ini yang entah dari planet mana asalnya." Zia melirik sinis Andreas.
"Lo kira gue Alien?" Andreas mulai angkat bicara. Nada suara cowok itu sangat amat dingin.
"Gue malah ngira lo bisu! Dari tadi diem aja kayak patung pancoran." Cibir Zia sembari melempar tatapan sinis pada Andreas.
"Kalau lagi ada masalah, di omongin baik-baik. Gak baik ledek-ledekan sama pacar sendiri." Oceh Pak Handoko yang melihat Andreas dan Zia beradu mulut.
KAMU SEDANG MEMBACA
DUA ES KUTUB
Ficção Adolescente✔ Spin-off Mr. CEO & Ms. Doctor. ✔ Dapat dibaca terpisah. "Tub, kutub!" "Hm." Jawab Andreas tanpa melihat Zia. "Kalau boleh tahu...kita berdua ini apa sih?" Andreas memutar tubuhnya, cowok itu menatap Zia. Sedangkan Zia menatap Andreas penuh harap...