Zia menatap buku-buku yang tergeletak di meja belajarnya. Ya, itu buku milik Andreas. Ia baru saja menyelesaikan tugas manusia kutub itu.
Zia mengernyit, ia menoleh ke arah kalender kecil yang ada di atas meja belajar. Ternyata besok hari minggu. Lalu, bagaimana ia mengembalikkan buku-buku si kutub tidak berakhlak itu?
Tangan mungil Zia langsung mengambil ponsel, ingin mengirim pesan.
Zia Pandhita Guela
Besok hari mingguKutub Bisu Tidak Berakhlak!
Terus?Zia Pandhita Guela
Buku PR lo gue buang ya?Kutub Bisu Tidak Berakhlak!
Di penjara gak enak.
Cuman ingetin aja.Zia Pandhita Guela
Gue juga tau! 🙄
Gak usah pakek ngancem segala
Kutub Tidak Berakhlak!
Antar ke rumah gueZia Pandhita Guela
Apanya yang di anter?
Ngomong jangan setengah-setengah
Nanti kayak akhlak lo yang setengah!Kutub Bisu Tidak Berakhlak!
Bukunya.Zia Pandhita Guela
OH!
Gue kira anterin akhlak buat loKutub Bisu Tidak Berakhlak!
Gak sopan sama majikan.Zia Pandhita Guela
Bodo!
GAK PEDULI!Kutub Bisu Tidak Berakhlak!
Dateng sekalian bawa sarapan buat gue.Zia Pandhita Guela
OGAH!
emangnya gue babu lo apa?!Kutub Bisu Tidak Berakhlak!
Lo emang babu gue.Zia Pandhita Guela
SIALAN!
🖕Zia menatap layar ponselnya sewot. Kadang-kadang si manusia kutub tidak berakhlak itu ngelunjak!
×××
Keesokan harinya, Zia langsung bergegas ke rumah yang telah Andreas beri alamatnya. Ia berangkat pukul 10 pagi, sesuai permintaan Andreas.
Ia mendongakkan kepala, guna melihat rumah yang ada di depannya sekarang. Besar. Ralat, sangat besar. Rumah ini sangat besar bak istana menurutnya.
"Nyari siapa neng?"
Suara itu membuat Zia tersadar dari lamunan. Ia melirik seorang pria paruhbaya yang berada di balik pagar rumah itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
DUA ES KUTUB
Novela Juvenil✔ Spin-off Mr. CEO & Ms. Doctor. ✔ Dapat dibaca terpisah. "Tub, kutub!" "Hm." Jawab Andreas tanpa melihat Zia. "Kalau boleh tahu...kita berdua ini apa sih?" Andreas memutar tubuhnya, cowok itu menatap Zia. Sedangkan Zia menatap Andreas penuh harap...