Kaila memasuki kelas dengan langkah gontai. Ia meletakan tas ransel miliknya ke bangku tempat ia duduk. Mata Kaila menangkap bangku Zia yang masih kosong. Entah hari ini Zia masuk sekolah atau tidak.
Omong-omong tentang Zia, kemarin sehabis pulang sekolah Kaila sempat mampir ke rumah Zia. Ia sempat bertemu dengan ayahnya Zia di sana, tapi beliau mengatakan Zia tak ada di rumah. Lalu ke mana Zia selama kemarin tak masuk sekolah? Ia pikir Zia sakit.
Mata Kaila terbuka lebar ketika muncul sosok yang sedari tadi ia pikirkan. Ya, dia adalah Zia Pandhita Guela. Zia melangkah menghampiri Kaila. Wajahnya masih terlihat pucat, tapi tidak sepucat kemarin lusa. Kaila menatap Zia yang duduk di bangkunya tanpa menyapa atau pun mengeluarkan suara.
“ZIA, LO KEMANA AJA?” Kaila bertanya dengan nada hebohnya.
Zia memutar kepalanya ke arah Kaila. Ia menatap temannya datar. “Di bumi gue.” Sahut Zia ngaco.
Kaila tak segan untuk memukul pala Zia yang menurutnya sedang korselet itu. “Ngaco lo ya! Kalau lo gak ada di bumi, berarti elo mati, bodoh!”
Zia melebarkan bibirnya, ia menyengir.
Kaila menarik bangkunya agar lebih dekat dengan Zia. “Gue tanya beneran. Kemarin elo kenapa gak masuk? Sakit? Bolos? Atau apa? Kok gak ada keterangan?” Cerocos Kaila yang bertanya bertubi-tubi kepada Zia.
“Gue sakit, Kai.”
“AKHIRNYA ELO NGAKU PERNAH SAKIT JUGA!!!” Teriak Kaila kegirangan.
Zia menatap sahabatnya bingung, dahinya sedikit mengernyit. “Heran gue. Kawannya sakit kok malah bahagia.” Desis Zia.
“Selama gue bersahabat sama elo, elo gak pernah mau ngaku kalau elo lagi sakit. Walau lo ga bisa jalan, sampai ngesot. Muka lo pucet udah kayak mayat. Tetep aja lo gak ngaku!” Papar Kaila menjelaskan kepada sahabatnya tercinta.
Zia hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala melihat kelakuan Kaila.
“Ekh—bentar-bentar!” Kaila lebih mendekatkan diri ke arah Zia. “Sudut bibir lo kenapa itu? Kok agak bengkak? Lo abis nyusruk ya! Apa di sosor soang? Makanya, main jangan sama soang! Main tuh sama tuyul biar dapet duit!”
“Ngaco lo ya. Masa gue main sama tuyul!” Sewot Zia. “Emangnya gue elo!”
“Sorry-sorry, maap nih, ya! Gue gak main tuyul, Zi. Tapi main lilin.”
“Astaghfirullah, sadar Kai. Sadar!”
“Jangan sok suci deh. Kan yang keliling juga elo!” Kaila tergelak. “BENERAN! GUE TANYA. ITU BIBIR ELO KENAPA?” Wajah Kaila tiba-tiba berubah menjadi serius.
Zia terdiam, cewek itu tidak langsung menjawab pertanyaan sahabatnya. Ekspresi wajahnya seperti orang yang sedang berpikir. “Nyusruk gue pas kemarin lusa pulang sekolah.”
KAMU SEDANG MEMBACA
DUA ES KUTUB
Teen Fiction✔ Spin-off Mr. CEO & Ms. Doctor. ✔ Dapat dibaca terpisah. "Tub, kutub!" "Hm." Jawab Andreas tanpa melihat Zia. "Kalau boleh tahu...kita berdua ini apa sih?" Andreas memutar tubuhnya, cowok itu menatap Zia. Sedangkan Zia menatap Andreas penuh harap...