Day 6

1.5K 214 9
                                    

Note : vote pwease 🥺

Oke, ini mulai tidak lucu. Hari ini ada rapat guru dan kami diliburkan oleh pihak sekolah. Di hari libur dadakan ini, aku menyempatkan diri untuk tidur lebih lama dari biasanya.

Tapi, tiba-tiba saja Lia membangunkanku. Tentu saja aku marah, sangat marah. Bahkan aku sudah bersiap memukulnya dengan boneka ku namun begitu ku buka aku terkejut bukan main saat melihat Rose berdiri disamping adikku.

"Hai...?"

"Lo ngapain disini?!" Seruku. Like, ini adalah hari libur dan AKU INGIN JAM TIDURKU MELEBIHI BATAS NORMAL NAMUN GADIS DI DEPANKU INI MALAH TERSENYUM DENGAN POLOSNYA TANPA BERPIKIR KALAU DIA SUDAH MEMBUAT KEINGINANKU LENYAP. Anjim lah.

"Memangnya gak boleh ya aku berkunjung?"

"Tapi ini masih pagi banget!"

" Ini udah jam 12." Sahut Lia, "Pagi kata bapakmu?!"

"Bapakku bapak kamu juga njir!"

Aku memandang Rose yang masih tersenyum tanpa dosa. Aku mendengus, kalo sudah begini, mau bagaimana lagi? Aku mengambil handuk di belakang pintu, mengalungkannya di leher.

"Tunggu saja di bawah, aku mau mandi."

"Oke. Yuk kak Rose." Lia dan Rose pun keluar dari kamarku.

Setelah selesai mandi dan berpakaian, aku mulai ke bawah. Di meja makan sudah ada mama, Lia, serta Rose. Ah, rupanya mereka sudah mau makan siang? Tapi tunggu.. kenapa banyak makanan mewah yang berjejeran disana?

"Apa kalian baru saja mengundang koki restaurant?" Tanyaku saat duduk disamping Rose.

"Rose yang membawakannya.." Jawab mama lalu tersenyum lebar pada Rose, "untuk kita. Lihatlah betapa baiknya calon menantu mama!"

"Ini enggak seberapa, tan. Di rumah sedang tidak ada orang dan aku sedang gak ingin makan sendirian. So... Malah aku yang harusnya berterima kasih kalian mau makan bersamaku." Ujarnya dengan senyuman bodohnya.

"Bisa nanti saja kita bicaranya? Karena menunggu kakak, kita terlewat beberapa menit loh! Nanti makannya jadi gak enak lagi kalo udah dingin!" Seru Lia yang sudah tak sabar mencicipi makanan-makanan ala chef restaurant di depannya.

"Tck. Gurrae. Selamat makan!"

***

Aku dan Rose sekarang berada di kamar. Entah apa recana mama dan Lia, membiarkan aku di rumah berduaan dengan gadis jangkung itu. Karena bingung, aku membawanya ke kamar saja. Di bawah panas dan kakiku juga belum sembuh total. Jadi masih harus banyak istirahat.

"Apa kaki kamu masih sakit?" Rose menyadari kalau langkahku masih pincang.

"Begitulah, tapi perbannya udah di lepas."

Dia mengangguk kemudian duduk di bangku belajarku sementara aku duduk di kasur sambil bersandar. Dia mulai memilih buku komik yang sengaja diletakan oleh Lia disana. Lia bilang dirinya tidak punya tempat untuk meletakan segudang buku komik pinjaman temannya itu.

"Kamu menyukai manhwa?"

"Lia yang suka, tepatnya. Dia menitipkan semua itu di tempatku, katanya dia udah gak punya ruang untuk menyimpannya..."

"Hmm. Kamu pernah membacanya?"

"Gak, aku gak terlalu menyukainya."

"O-oh.." Rose membuka satu persatu lembar manhwa tersebut. Entah mengapa wajahnya jadi memerah. Lalu dia segera menutup manhwa tersebut dan meletakkanya kembali.

"Kenapa?" Tanyaku yang daritadi memperhatikan dia.

"Aku gak tau kalau itu manhwa dewasa."

"Aigoo. Serius lo?"

Dia mengangguk kuat sekali. Aku mencoba menghampirinya, mengobrak-abrik buku manhwa adikku yang ada di rak bukuku. Betapa mengejutkannya saat aku menyadari bahwa seluruh buku itu adalah buku bertema dewasa dan cinta antara sesama perempuan.

"Aku berani bersumpah kalau aku gak pernah membacanya sama sekali," ujarku pada Rose.

"G-gue tau kok."

"Dia pasti sengaja menaruhnya disini karena tau ibu gak akan masuk ke kamar gue!"

Rose tertawa kecil, sekedar mengusir canggung namun suasana malah jadi semakin berat. Aku membereskan lagi semua buku erotis itu dan Rose ikut membantu.

Tapi entah karna gugup atau apa, kami berdua sedikit tersentak saat tangan kami saling bersentuhan dan mata kami saling berpandangan.

Di jarak sedekat ini.

Aku dapat mendengar degup jantung Rose yang begitu kencang. Aku tidak bisa mengkontrol diriku sendiri saat Rose mulai mendekatkan wajahnya dan tangannya sudah berada di pinggangku.

Aku menutup mata.

Merasakan hembusan nafas hangatnya.

Kemudian...

Aku dapat merasakan sesuatu yang basah, tipis, dan panas di bibirku. Tak kusangka Rose adalah orang yang mengambil ciuman pertamaku.

Kami diam diposisi seperti ini selama beberapa detik sebelum akhirnya Rose mulai menggerakan bibirnya di bibirku, melumatnya perlahan. Oh Tuhan, apa yang harus aku lakukan?

Aku membuka mataku, melihat Rose yang masih menutup mata. Ia melumat bibirku perlahan namun teratur. Hanya sebentar, lima sampai sepuluh detik ku rasa. Sesudah itu dia melepas ciuman kami.

"M-maaf." Wajahnya merah padam, seperti kepiting rebus. Suaranya gemetar karena gugup.

Ah, kiyowo.

Dia benar-benar menggemaskan. Dan sungguh tampan...

Aku tak tau apa yang merasukiku.
Sungguh.

Dengan sadar, aku menarik kerah bajunya hingga tubuhnya ikut mendekatiku yang sudah mendarat di pinggiran kasur. Dia masih di kursi belajarku-yang syukurnya punya roda-, berdiri agak tinggi dariku.

Aku kembali menciumnya. Sedikit kikuk karena ini juga pertama untukku. Dia terlihat kaget karena serangan tiba-tiba dariku ini. Tapi dia mulai menyentuh kedua pundakku sebelum akhirnya mengambil alih ciuman kami.

Dia mencium, melepas, mencium, melepas, dan kembali mencium bibirku.
"J-jennie..." panggilnya dengan gugup.

"Ne?"

"Apa aku boleh..." dia menatapku dengan wajah sayu, sepertinya dia sudah turned on. Rose tidak menjelaskan apa yang dia mau tapi aku tau apa yang dia inginkan.

Dia mengiginkan yang lebih, begitupula aku. Maka aku mengangguk, memberikan lampu hijau untuknya. Rose membiarkan diriku berebahan di kasur. Kemudian mulai menciumku dari bibir, naik ke telinga, sampai ke leher, memberikan sapuan lidah yang lembut hingga aku merasa kegelian.

"Angh..."

Dia masih terus melakukan aksinya. Aku tau ini salah, karena kami tidak punya hubungan apapun. Tapi aku tidak bisa melarangnya sampai akhirnya dia menyentuh dadaku.

"Hmmh. Rose, h-hajima.."

"O-oke.." dia segera beranjak dari tubuhku dengan panik. Aku menarik nafas serta menarik kesadaranku untuk bangun. Dia terlihat malu mungkin juga sedikit kesal karena menghentikan aktivitasnya pada tubuhku.

"M-maaf, aku gak bermaksud-"

"It's okay. Aku juga terbawa suasana tadi."

Rose hanya mengangguk diam.

"U-um. Mung-mungkin sebaiknya kamu pulang aja."

"Oh, jadi kamu mengusirku?"

"Buk-bukan begitu...aku hanya-"

"Arrasseo. Aku akan pulang. Kamu istirahat yah. Sampai ketemu di sekolah." Ujarnya sambil mengelus rambutku dengan lembut

"Ne. Hati-hati di jalan..."

Dan Rose pun berjalan keluar untuk pulang ke rumahnya.

Kenapa aku jadi sedih ya saat Rose pergi? Ah perasaan yang menyebalkan!

.
.
.
.
.
.

TBC



Thanks for reading :)
Jan lupa kasih feedbacknya ya
Love yaaa ❤️💛💚

30 Days Of Summer (Chaennie 🔞🔞)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang