Day 5

1.5K 210 11
                                    

Note : vote dulu sebelum baca ya :)


"Haduh, harusnya kamu tetap di rumah saja. Jadi susah, kan?!" Keluh Lia yang harus membantuku berjalan menaiki tangga menuju kelas.

Hari ini aku sudah masuk sekolah. Seharian di rumah membuat aku tidak betah, aku butuh kegiatan, sekolah misalnya. Jadi hari ini, aku merengek masuk walau kakiku masih cidera.

Tapi sedari tadi aku mencari seseorang yang dua hari ini menungguku di depan gerbang sana. Kata Lia dia kemarin menungguku datang.

Apa dia pikir aku masih di rumah ya? Aish, untuk apa juga ya aku memikirkannya? Gak penting juga!

"Akhirnya. Haduh pundakku!" Ucap Lia dengan menyentuh pundak kirinya.

"Berisik, ingat kamu juga sering merepotkan kakak waktu SD dulu." Lia berdecak sebal mendengarnya namun kembali berjalan ke depan, ke tempat duduknya.

"Wah, Jen! Selamat datang kembali!" Kini aku mendengar seruan Nayeon yang baru masuk ke dalam kelas lalu duduk di hadapanku. "Gimana kakinya, udah mendingan?"

"Belum terlalu membaik tuh," jawabku jujur.

"Kalau gue jadi lo sih, mending santai di rumah aja."

"Aku setuju padamu, Nabong!!" Sambung Lia dari depan sana.

Aku berdecak sebal, "Berisik anak kucing!"

Nayeon cuma terkekeh kemudian menoleh ke kanan dan kiri lalu memanggilku.

"Kenapa Nay?"

"Dimana bodyguard lo?" Aku mengerutkan dahi. Sejak kapan aku punya bodyguard?

"Bodyguard?" Tanyaku, bingung.

"Itu, si tupai ganteng." Jawab Nayeon diselingi tawa namun ku balas dengan tindikan bahu.
"Gue gak tau dia dimana."

"Bukannya dia biasanya nungguin lo di gerbang?"

"Kali ini engga, mungkin dia masih mikir kalo gue absen."

Nayeon mengangguk, "bisa jadi sih,"

Seharusnya, aku senang dong kalau Rose gak mengangguku karena berpikir aku absen. Tapi kenapa ya, aku malah ingin melihat mukanya yang selalu tersenyum bodoh saat ku omeli itu?
Aku menggelengkan kepala secepat mungkin saat berpikir ingin melihatnya. Andwe, andwe. Ini pasti karena aku absen seharian jadinya otakku jadi sedikit beku.

~~~

Sementara itu ketika istirahat, di ruangan kelas yang lain. Rose sibuk memutar-mutar ponselnya, dia masih ragu untuk membuka topik di chat wa-nya. Dia takut menganggu, takut Jennie merasa risih, dan juga takut chatnya gak dubalas.

Dengan semua pikirannya itu, dia mendengus kesal lalu bersandar di kursi. Tidak lama, kejadian kemarin mengingatkannya. Tentang muka Hyeri yang terlihat sangat membencinya itu.

Hyeri bodoh —dan sangat pabo!— dia berhasil membuat Rose merasa menjadi orang paling jahat di muka bumi ini karena mematahkan dua hati sekaligus.

Seharusnya Rose tau kalau dia sudah ga boleh berharap pada siapapun yang sudah mempunyai kekasih—walau itu adalah teman baik, teman sedari kecil—.

Tiba-tiba saja, ia melihat Jennie yang dibantu Nayeon keluar dari kelas menuju kantin. Buru-buru dia berdiri dan keluar menghampirinya.

"Kenapa gak bilang kalau udah masuk?"

Jennie yang bersusah payah keluar dari kelas mendapati Rose mengambil alih posisi Nayeon memapahnya.

"H-hei!" Ujar Jennie, terkejut. "Lo ngapain?!"

"Bantuin kamu berjalan lah, mau kemana? Kantin?"

"Gak perlu, aku sama Nay saja!"

"Maaf ya tapi gue buru-buru, dah!"
Sebelum Jennie sepat membuka mulut, si Nayeon sudah kabur ke bawah terlebih dulu. Dasar teman lucknut!!

"Jadi mau aku temenin ngga?" Tawar Rose dengan senyum lebar nan menjengkelkan bagi Jennie. Tapi Ia lapar dan ingin ke kantin dengan cepat. Akhirnya Jennie mengangguk, mengiyakan tawarannya.

Sesampainya di kantin. Jennie mulai menyadari bahwa banyak pasang mata yang melihatnya dengan Rose. Membuatnya merasa sedikit risih. Apalagi beberapa dari mereka langsung berbisik-bisik, entah apa yang mereka bicarakan.

"Kamu duduk sini aja yah, kamu mau menu apa? Biar aku bawain."

"Terserah. Samain aja gak papa." Jawabku dan kemudian Rose mengangguk lalu pergi.
Tak lama dia kembali dengan nampan yang dia berikan kepada Jennie.

"Mana punya lo?"

"Ini baru mau aku ambil."

Dia pun kembali lagi dengan nampan berisi makanannya. Dia duduk di hadapanku dan mulai tersenyum, "selamat makan!"

Dia menyuapi makanannya itu ke mulut. "Umm... masitta!"

Ah, kiyowo. Dia menggemaskan sekali,  seperti anak kecil. Batin Jennie. Rose makan dengan cepat. Jennie sampai kalah cepat olehnya. Dia ini doyan atau lapar?

"Mm. Nyam nyam nyam.!"

"Cepet banget makannya.."

"Hehehe, aku lapar." Ujarnya dengan tertawa.

Dia melanjutkan makannya. Walaupun cepat namun ia makan dengan sangat rapih. Lihatlah cara dia menyumpitkan udang dan nasi ke mulutnya. Gadis itu punya manner yang tinggi. Wajar sih, dia kan terlahir di keluarga ningrat.

"Ayo, ku antar ke kelas."

.
.

Setelah kita selesai makan, Rose kembali membantuku berjalan menuju kelas.

"Sebenarnya kemarin aku membawakanmu tongkat jalan," celetuknya.

"Jinjja?"

"Ne. Tapi kamu gak masuk kemarin jadi aku gak bawa hari ini karena aku pikir kamu akan absen lagi. Maaf."

"Kenapa kamu minta maaf, pabo."

Rose tersenyum, ".. karena aku ingin kamu melihatku membantumu."

Aku terdiam, tidak menjawab apapun namun aku rasa jantungku tidak bisa diam seperti mulutku. Dia berdetak tak karuan, membuatku takut Rose akan mendengarnya.

Aku gak tau kenapa, tapi kini sentuhan Rose membuatku merasa hangat. Genggamannya di pinggangku begitu kokoh. Tanpa sadar aku tersenyum saat melihat wajah tampannya yang berjarak tak jauh dari wajahku.

"Gomawo." Ucapku saat dia membantuku duduk di kursi. "Makasih udah membantuku."

Aku gak tau kenapa, tapi aku suka melihat wajahnya yang tersipu malu seperti sekarang. Dia tersenyum lebar dan menunduk, kemudian melambai dan berjalan pergi.

"Gue lihat, ada yang mulai jatuh cinta, nih." Sahut Nayeon yang entah kenapa selalu berada di depanku.

"Hah— Sejak kapan lo disana?"

"Sejak lo ngucapin makasih sama pacar lo?" Dia tersenyum miring.

Aku memutar bola mataku malas"Terserah lo aja, Nay."

"Oh ayolah, Jen. Kenapa lo gak nerima dia aja sih?"

"Lo gila ya? Lo pikir gue akan nerima seseorang hanya karna dia bersikap baik sama gue?"

Nayeon mengangkat sebelah alisnya, "bukannya lo juga mulai suka sama dia? Buktinya lo senyam-senyum sendiri ta—"

Sebelum Nayeon menyelesaikan ucapannya. Tanganku sudah menempel di mulutnya. "DIAM LO KELINCI BODOH!"

Aku gak mungkin jatuh cinta sama Rose. Kenal saja baru-baru ini semenjak kejadian bodoh itu. Aku gak percaya dengan cinta pada pandangan pertama. Itu hanya terjadi di drama aja. Kan?

.
.
.
.

TBC



Makasih buat yg udah baca, vote dan komen
Love yaaa ❤️

30 Days Of Summer (Chaennie 🔞🔞)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang