Note : vote jutheyo 🥺🌺
🐈🐈🐈
Ungkapan Hyeri kemarin terus mengiang-ngiang di kepalaku. Eotteoke? Apa yang harus kulakukan? Huff. Kenapa aku jadi galau begini sih. Semuanya gara-gara gadis menyebalkan itu!
Aku duduk di pinggiran kasur sembari menghela nafas. Aku bahkan tidak tahu apa kesukaan Rose selain berkuda dan makan— gadis itu mencintai makanan dan berkuda lebih dari apapun. Selebihnya, entahlah. Mungkin aku harus menanyakan padanya. Tapi malu lah kalo aku harus bertanya begitu saja.
Ketukan pintu terdengar, wajah Lia muncul dari balik pintu. Dia membuka pintu dan membawa sebuah bingkisan. Hari ini aku absen sekolah. Aku baru saja pulang dari pertandingan tenis di sekolah lain dan membawa pulang medali emas.
"Kami mendengar berita kalau kakak menang. Ini, hadiah dari Papa." Sebuah bingkisan sepatu tenis idamanku menjadi hadiah pertama. Aku tentu merasa sangat senang, tapi setelah itu aku kembali merasa seperti kosong.
Rose.
Apa dia enggak tau kalau aku menang pertandingan? Ponselku tidak berbunyi dari tadi pagi, tidak seperti biasanya. Lia yang memang sudah pulang sekolah menatapku heran.
"Kenapa diam? Ku pikir kakak bakal guling-gulingan di lantai," katanya dengan nada mengejek. Memang biasanya saat memenangi sesuatu, aku selalu paling excited. Tapi kini...
"Apa cuma dari ayah? Gak ada yang lain?"
"Um. Gak ada tuh."
Nafasku langsung terhela panjang. "Gitu ya.. gurrae,"
Lia berjalan pergi, meninggalkan aku sendirian di kamar. Pikiranku langsung tertuju pada Rose lagi. Kemana ya si hubby? Apa dia marah gara-gara aku cuekin kemarin?
Kemarin, setelah aku menangis, aku menjadi lebih diam. Ia berusaha mengajakku bicara tapi aku malah cuma diem aja. Apa mungkin dia marah karena itu? Bisa jadi.
Aku menutup mataku dan terlarut dalam tidur. Sampai aku mendengar suara gaduh di lantai bawah. Aku bangun dengan tubuh cukup pegal, mungkin karena kelelahan. Aku berjalan perlahan ke kamar mandi, lalu mengganti pakaian. Aku melirik jam. Pukul tujuh malam, aku tidur selama dua setengah jam. Aku beranjak keluar kamar. Rumahku gelap.
"Lia!" Panggilku. Aku membuka pintu kamarnya dan sama-sama gelap. Aku mengerutkan dahi. Apa mungkin ia sedang di luar?
"Mama!" Mama juga tidak ada di kamarnya. Jadi aku memutuskan untuk turun ke bawah. Masa iya mereka pergi tanpa membangunkanku dan membiarkan rumah gelap gulita seperti ini?
Aku meraba dinding mencari saklar lampu. Suasananya tidak enak, membuatku sedikit merinding. Apalagi saat sesuatu menyentuh pundakku, aku langsung reflek membantingnya ke lantai dengan teknik Judo—yang ku pelajari SMP dulu.
Bruk!!!
"Aduh!" Tunggu. Suara ini? Aku segera menekan sakral lampu dan semua mendadak ramai. Ada Nayeon, Lia, Papa, serta Mama yang terkejut bukan main di belakangku. Dan di bawahku...
"Hubby!!!!!"
~~~
Rose terus mengaduh karena pinggangnya nyeri. Salah sendiri! Kenapa dia membuatku terkejut seperti itu? Rose memang sengaja memberikan kejutan untuk merayakan kemenanganku. Dia menyiapkan banyak makanan, dibantu oleh yang lain juga.
"Selamat ya bestie~ lo memang atlit tenis kebanggaan sekolah!" Seru Nayeon merangkul tubuhku dengan erat.
"Selamat, Jennie. Kamu memang anak yang hebat!" Kini mama juga memujiku dan juga memelukku. Papa menepuk pundakku dan mengecup keningku. Lia cuma tersenyum sambil memberikan jempolnya. Dan Rose...
"Aku bangga pada kakak," semua orang langsung menyoraki kami hingga membuat aku dan Rose memerah.
"Kamu menyukai sepatu yang aku kasih?" Tanya Rose saat kami berada di halaman belakang rumahku. Ceritanya kami mau Barbecue-an disini.
Aku menatapnya heran "Sepatu yang mana?"
"Lia belum ngasih ke kamu?"
Aku mengerutkan dahi, "Itu dari kamu?!"
"Iya. Wifey suka kan?"
"Tapi, Lia bilang itu dari Papa!"
Rose tertawa lalu kembali menatapku dengan tatapan lembut.
"Sebenarnya aku ragu mau beliin kamu apa, jadi aku tanya pada Papa Kim dan dia bilang kamu ingin sepatu itu."
Ah jadi begitu. Hadiah itu ternyata dari pacarku. Aku menunduk malu. Rose selalu bisa memberikan apa yang aku inginkan, ia tahu apa yang aku butuhkan, dan apa yang aku sukai. Apakah aku harus menanyakan apa yang Ia suka?
"Um...Rosie..."
"Ne?"
Aigoo. Sulit sekali untuk bertanya. Egoku terlalu besar untuk ini. Aku takut kalau dia pikir aku cewek yang kepo.
"Ah..itu..ehem. Kamu suka apa aja selain makanan dan berkuda? A-aku cuma penasaran aja..." Ujarku tanpa menatap wajahnya. Aku sungguh malu.
Rose nampak berfikir sejenak. Lalu Ia tersenyum, lebih tepatnya nyengir. "Aku suka..."
Aku menatapnya lekat, menunggu jawaban darinya. Tapi dia malah menjawab, "kamu heheh."
Aku memutar bola mataku malas. "Pabo!" Lalu mencubit lengannya hingga dia mengaduh. "Aww. Sakit sayang. Ampun."
"Cih! Berduaan aja ni pengantin baru!" Seru Nayeon yang melewati belakang kami membawa banyak daging untuk di bakar. "Lebih baik kalian bantu kita bakar daging! Mau ikut makan nggak?!"
"Iya iya. Ish bawel banget sih nenek lampir." Gerutuku. Rose hanya terkekeh di sampingku.
"Kajja kita kesana." Rose menggandeng tanganku dan menuntunku ke belakang bersama yang lain. Untuk sesaat aku mencoba melupakan perkataan Hyeri yang tidak berfaedah itu. Rose mencintaiku. Itu yang terpenting, kan?
.
.
.
.
.
.TBC
Next chapter bakal ada drama nih~
Btw thanks for reading dan jan lupa vote, komen dan follow author ya
Saranghae~ ❤️💛
KAMU SEDANG MEMBACA
30 Days Of Summer (Chaennie 🔞🔞)✅
FanfictionGxG futa topsé 🔞⚠️ Rose nembak Jennie di atas podium saat penerimaan siswa baru. Jennie membenci Rose karena telah mempermalukannya di depan banyak orang. "AKU AKAN MENUNGGU JAWABANMU SAMPAI SEBULAN!" "Dasar seme gila!" Lihat warning sebelum baca...