💙 I

1.1K 58 2
                                    

"Ayah mau kamu segera menempati tempat ayah, New. Kamu sudah cukup dewasa buat mewarisi perusahaan ayah." Tuan dari rumah besar itu kembali memberikan wejangan pada putra satu satunya.

"Kamu sudah cukup bersenang-senang selama ini. Waktunya kamu ambil alih perusahaan. Kalau masih belum mau, cari gadis sana. Ayah sama ibumu juga mau gendong cucu."

New hanya menghela nafas panjang. Tidak ada yang bisa dia katakan. Dia tidak ingin mengambil alih perusahaan. Dan dia juga tidak tertarik dengan perempuan. Lalu apa yang harus dia katakan pada ayahnya?

"Iya, nanti."

Begitu-

"Begitu saja terus!!" Bentakan ayahnya terdengar begitu nyaring.

"Kali ini ayah bukan cuma ngasih tau kamu harus mengambil alih perusahaan secepatnya, tapi lusa kamu harus ambil alih perusahaan. Semua sudah ayah atur. Kamu tinggal masuk kerja saja." Ayah New sepertinya terlihat lelah dengan alibi anaknya yang tidak mau mengambil alih perusahaan.

New sebenarnya tidak kaget. Ia tahu ini akan terjadi. Ayahnya merupakan orang yang otoriter tidak mengherankan jika New memprediksi hal ini pasti terjadi.

Tanpa mempedulikan apapun, New keluar dari meja makan. Ibunya terlihat ingin menyusulnya, namun tidak jadi.

"Biarin aja, jangan terlalu manjain anakmu."

•••

"Gun! Lo dimana?" New menelepon temannya. Mengajaknya keluar, dia bosan di rumah sendirian mendengarkan ocehan ayahnya.

"Lagi di tempat bilyard, mau kesini juga lo?" Suara temannya di seberang telepon terdengar ramai oleh tawa teman temannya yang lain.

"Tunggu 10 menit ya?"

"Oke, tuan muda." Tuan muda merupakan julukan yang diberikan teman temannya. Mungkin karena dia lahir di keluarga kelas atas yang membuat hidupnya serba berkecukupan. New juga sering mentraktir teman temannya.

New segera keluar dan mengendarai mobilnya. Jalanan kota jam 8 malam yang ramai membuatnya sedikit tenang. Ia juga membuka atap mobilnya agar bisa merasakan angin malam.

"Rasanya de javu." New berkata pada dirinya sendiri. Lalu entah darimana, setetes air mata mengalir di pipinya.

"Apasih? Kok tiba tiba rasanya nyesek?" New mengusap air matanya. Perasaannya tiba tiba sedih. Entah apa yang terjadi padanya. Ia kembali memfokuskan dirinya agar tidak terjadi kecelakaan.

Sekitar 6 menit kemudian, New sampai di kafe bilyard tempat dia dan teman-temannya sering menghabiskan waktu.

"Hoooi! Tuan muda kita udah dateng nih." Gun, temannya yang heboh ini membuat ribut satu kafe.

"Iku join gak nih?" Krist yang sibuk merokok menunggu gilirannya bermain, menawarinya untuk bergabung.

"Gak dulu deh." New menjatuhkan dirinya di sofa dan mengupas kulit kacang dalam diam. Ia memperhatikan teman temannya yang seru bermain bilyard.

"Menurut lo siapa yang bakal menang?" Win yang sejak tadi juga menyimak temannya, membuka obrolan dengan New.

"Gawin mungkin? Biasanya juga dia yang menang." New melemparkan biji kacang yang sudah dikupasnya kedalam mulutnya.

"New, laper nih." Mix yang entah datang darimana tiba-tiba mendekatinya.

"Ya makanlah bego! Laper kok ngadu ke gue." New menyingkirkan kepala Mix yang menempel di bahunya.

"Ga punya duit.."

"Dih sok imut lo!" Win yang sejak tadi berada di samping New membuka suara.

Ugh, Ia tahu akhirnya akan seperti ini.

"Arrrggh iya lepasin dulu! Ntar gue traktir!" New dengan susah payah lepas dari Mix yang memeluk tangannya dengan erat.

Mix dengan ringannya melepaskan pelukannya dan berteriak...

"Woi! Makan malam hari ini ditraktir tuan muda!!!"

"Woooo!!!" Lalu sorakan kegembiraan dari temannya terdengar.

New dengan tatapan malasnya, merespon teman temannya dengan senyum masam.

°°°

Mencari pekerjaan memang sesusah itu. Setelah hampir 1 bulan Tay mengirim surat lamaran pekerjaan ke beberapa perusahaan, masih belum ada satupun yang merespon.

Tay mulai khawatir dengan tagihan listrik dan air di rumahnya. Meskipun ia tidak banyak menggunakan air atau listrik karena dia tinggal sendiri, bukan berarti tidak ada pengeluaran. Sedangkan ia sendiri tak ada pemasukan.

Apa ia meminjam uang saja?

Ke siapa?

Rentenir? Bank? Ide buruk. Dia tidak mau dikejar debt kolektor karena hutangnya belum dibayar.

Teman? Memangnya dia punya teman yang mau meminjamkan uang?

Argh. Tay jadi menyesal karena tak pernah mengisi rekening tabungannya. Padahal ia membuat rekening itu untuk berjaga-jaga. Tapi ia malah tidak pernah mengisinya dan hanya ada uang 30.000 disana.

Sebelumnya, ia baik baik saja dengan pekerjaan yang sebelumnya. Hanya saja, itu salahnya- atau mungkin tidak. Karena dia membuat patah hati putri bos nya, apakah itu salahnya?

Thalia, putri bungsu bosnya menyukai Tay sejak lama. Tay pun sudah dengan baik baik menolaknya, mengatakan bahwa Tay tidak ingin menjalin hubungan dengan siapapun. Tapi Thalia keras kepala dan tetap mendekatinya. Lalu Thalia melihat foto Tay dan seorang pria sedang berpelukan manis di dompet Tay secara tidak sengaja.

Thalia bertanya apakah itu teman Tay? Atau saudaranya Tay? Dan dengan jujur menjawab "Pacar lamaku." Entah apa yang Thalia adukan pada ayahnya hingga membuatnya dipecat.

Alasan yang cukup bodoh.

Tay dengan kasar membanting tubuhnya ke kasur. Melepaskan kepenatan diri setelah menunggu respon dari perusahaan yang ia kirimkan lamaran pekerjaan.

Kruyuk kruyuk kruyuk

Dengan perut kosong.

°°°

[Bersendawa]

Mix mengusap perutnya yang sudah kenyang. Tentu saja, setelah menghabiskan 3 menu makanan utama siapa yang tidak kenyang?

New saja kagum, dia hanya bisa makan setengah porsi saja. Mungkin karena sebelum ia kemari, New sudah makan malam dengan orang tuanya.

"Mulai lusa gue gabisa sering sering nongkrong bareng kalian lagi." New membuka obrolan.

"Kenapa?" Gun menyahuti perkataan New.

"Disuruh ayah ngurus perusahaan. Katanya kalo gak mau, gue ga dibolehin keluar." New meminum jus strawberry kesukaannya.

"Tapi lo masih bisa nongkrong kan?" Gawin bertanya.

"Masih, kalo ada waktu luang gue bisa kok."

"Uwiih! Jadinya bukan tuan muda lagi tapi pak CEO!" Ujar Krist mengundang gelak tawa teman temannya.

New hanya ikut tertawa saja mengikuti teman temannya.

Menjalankan perusahaan bisnis bukanlah mimpinya. Tapi jika itu adalah kewajiban, apa ia harus merelakan mimpinya?

New tentu tidak bisa melakukan dua pekerjaan sekaligus. Apalagi posisinya di perusahaan merupakan yang tertinggi dan pastinya akan membuatnya super sibuk.

"New!!! Tagihannya lo yang bayarkan??!!" Win mengejutkannya. New benar benar fokus berpikir tadi, hingga lupa ia bersama teman-temannya.

"Iyaaa!!" New menyerahkan kartu kepada pelayan yang memberikannya struk tagihan.

"Thanks ma bro!" Mix memeluknya dengan gentle. Bukan pelukan manja seperti yang tadi. Pelukan tadi, hanya khusus untuk merayu New agar ditraktir makanan enak.

Semuanya pulang setelah makan malam. Tapi New malah menghabiskan bensin dengan berkendara santai di malam hari. Rasanya menenangkan.

Remember You [TayNew] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang