💙 V

416 49 0
                                    

New kembali ke kantornya setelah makan siang bersama teman-temannya. Lalu dia tidak sengaja mendapati Tay yang tertidur di meja kerjanya. Oh, sebelum dia meninggalkan kantor untuk makan siang, dia juga melihat Tay sedang fokus di komputernya. New mengajaknya makan siang bersama, tapi Tay menolak ajakan makan siangnya.

Dan sekarang New bertanya tanya, apakah Tay sudah makan siang atau belum. Dia ingin membangunkannya, tapi Tay terlihat lelah. Jadi akhirnya New membiarkannya tidur, lagipula jam istirahatnya masih tersisa 15 menit lagi.

New berjalan kembali menuju meja kerjanya lalu dia juga membuka jendela yang menunjukkan meja kerja Tay. Sehingga dia bisa melihat Tay dari balik meja kerjanya.

Menumpu dagunya dengan kedua telapak tangannya, New dengan serius memperhatikan Tay yang sedang tertidur. Tay tampak manis saat tidur. Matanya tertutup rapat dan bibirnya sedikit terbuka.

"Kamu ini siapa sih?" New bergumam sendiri. Menyuarakan pertanyaan yang selama ini berada dalam pikirannya.

Ia merasa tidak asing dengan Tay. Dia yakin pernah mengenal dan berhubungan dengan Tay sebelumnya meskipun dia tidak ingat apapun tentang Tay.

New tidak berpikir untuk menyelidiki masa lalu dan latar belakang Tay. Menurutnya itu privasi yang harus dia hormati.

Sebaliknya, New ingin mencari tahu tentang dirinya sendiri. Ingatan apa yang hilang dari dirinya? Dia ingin tahu. Mengandalkan orang terdekatnya? New merasa mereka tidak ingin memberitahunya.

Melihat Tay yang mulai bangun, New mengalihkan pandangannya. Seolah tak pernah memandangi Tay saat tidur. Ia berpura pura menyalakan komputernya.

°°°

Waktu berjalan dengan cepat. Jarum jam menunjukkan angka 7 di malam hari. Mereka berdua --Tay dan New-- bekerja lembur. Ada sedikit masalah tadi siang yang membuat pekerjaan mereka sedikit bertambah. Sehingga jam pulang mereka yang seharusnya pukul 5 sore hari memanjang hingga pukul 7.

New membereskan berkas yang belum diselesaikannya untuk dibawa pulang. Melihat Tay yang sudah ingin keluar dari ruang kerjanya, New dengan cepat menghampirinya.

"Pak Tay!"

Tay menghentikan langkahnya.

"Mau makan malam bersama saya?" New mengutarakan maksudnya untuk makan malam bersama.

"Hah? Eh maksud saya, maaf?" Tay tidak tahu harus menjawab apa. Dia baru masuk perusahaan lalu dia diajak makan malam oleh pemiliknya langsung.

"Ayo makan malam. Saya gak punya temen makan malam, jadi ayo makan sama saya. Nanti saya yang bayar." New menyunggingkan senyum manis. Perkataannya barusan itu bohong. Oh ayolah, mana mungkin dia tidak punya teman makan sedangkan teman temannya selalu minta makan padanya.

"Kalau begitu, saya yang milih tempatnya boleh kan?"

"Tentu."

•••

Dan disinilah mereka. New pikir, Tay akan memilih restoran bintang lima atau restoran Italia yang bergengsi. Karena teman temannya selalu memilih restoran seperti itu jika New membiarkannya memilih.

Tapi ternyata, Tay memilih restoran lesehan yang cukup bagus menurutnya. Hanya saja ia mengira harganya tidak akan lebih mahal dari restoran yang ia kunjungi dengan teman temannya.

"Happy Birthday, ---." Seorang pria datang dari belakang dengan membawa sebuah Red Velvet cake.

New kembali merasakan sakit kepala. Entah apa yang dilihatnya kali ini, tapi hal itu membuat New merasa bahagia. Ia merasa ada kupu kupu berterbangan di perutnya saat melihat sekelebatan yang ia duga adalah memorinya. Tapi New tidak yakin, orang yang membawa cake itu dirinya atau bukan.

"Pak New!" Tay terlihat panik, hingga ia berpindah tempat untuk menopang New yang terlihat ingin jatuh.

"New!! Kamu gak apa apa kan?"

Suara itu...

"Pak New!!?? Ada apa? Apa ada yang sakit?"

New memaksakan dirinya untuk tegak. Wajahnya cukup pucat dan berkeringat dingin, nafasnya tidak teratur dan ekspresi wajahnya blank.

"Pak New?!" Ia melirik Tay disampingnya yang panik. Dia bahkan bisa merasakan tangan Tay yang tremor di bahunya.

°°°

Tay mendadak kaku saat New tiba tiba memeluknya.

"Jangan pergi." Suara New bergetar di telinganya.

Deja Vu.

New mengatakan ini tiga tahun lalu. Tay merinding, teringat kejadian yang membuatnya ingin membunuh dirinya sendiri.

Dengan tangan yang juga gemetar, Tay membalas pelukan New. Matanya berair. Sambil menggeleng, Tay mengusap punggung New dengan lembut seraya mengatakan,

"Aku disini, aku tetep disini. Aku gak pergi, aku gak akan kemana mana." Kalimat yang tidak sempat ia ucapkan sebelumnya.

Tay kembali kaget saat New melepaskan pelukannya. Matanya merah dan bekas air mata terlihat di pipinya. Ekspresinya terlihat bingung dan sedih, tapi didominasi oleh kebingungan.

Dengan canggung, New menghapus bekas air matanya.

"Oh, aku minta maaf. Kemejamu basah gara gara aku." New dengan sopan meminta maaf.

Tay mengangguk tidak mempermasalahkannya.

"Hehe, maaf ya. Saya tidak tahu kenapa bisa tiba tiba merasa sedih." Air mata New masih mengalir, jadi New harus kembali mengusapnya hingga lengan kemejanya basah.

Tay menghentikan New yang mengucek matanya. Lalu menghapus jejak jejak air mata dan buliran air mata yang masih mengalir dengan tisu.

•••

Makan malam mereka berakhir dengan canggung. Saat New mengantarkan Tay pulang, New sempat meminta maaf karena mengacaukan suasana. Tapi Tay bilang tidak perlu merasa tidak enak, dan jika ada masalah ada baiknya untuk berbagi cerita dengannya.

New hanya mengangguk saja tanpa berniat memberi tahu apapun.

Hah...

New melemparkan dirinya ke kasurnya yang empuk. Dirinya ingin membersihkan diri, tapi rasanya malas. New bahkan belum melepas sepatunya.

Kejadian tadi membuatnya kembali berpikir.

Apa yang terjadi dengannya di masa lalu? Apakah ada hubungannya dengan Tay Tawan?

New bukan tipe orang yang mudah meluapkan emosinya pada orang yang belum begitu dikenalnya. Mengingat kelakuannya yang memalukan tadi, New yakin ada kaitannya dengan Tay.

Tapi apa???

Menghela nafas frustasi, New kembali bangun dari posisi rebahannya dan berjalan menuju kamar mandi berniat membersihkan diri.

Setelah selesai, New keluar dengan piyamanya dan berjalan menuju dapur mengambil 2 kaleng bir untuk dirinya sendiri.

New membuka laptopnya dan mulai mengerjakan pekerjaannya yang belum selesai.

°°°

Sambil mengeringkan rambutnya yang masih basah, Tay memikirkan kejadian yang dia alami dengan New tadi.

Tay menduga jika ingatan New mulai pulih. Tay tidak berharap ingatan New akan pulih secepat ini setelah bertemu dengannya. Dia ingin memberi New ingatan baru yang lebih menyenangkan tanpa harus mengingat memori lama yang menyedihkan.

Apa ia terlalu egois untuk itu?

Remember You [TayNew] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang