💙 XIII

277 33 0
                                    

Waktu itu merupakan tahun keduanya berkuliah disini. Dan selama itu, bagaimana bisa New tidak mengenali pria tampan di kelasnya ini?

Hari itu dia memberanikan diri untuk berkenalan dengannya. Namanya Tay, Tay Tawan Vihokratana. Setelah berbincang-bincang dengannya, ternyata dia merupakan anak pindahan, makanya New tidak mengenalnya. Mereka ada semester yang sama, dan sepertinya akan sering bertemu di beberapa kelas.

"Kamu teman pertamaku disini. Makasih ya."

"Tentu."

Mereka berdua berteman dekat sejak saat itu. New lebih sering menghabiskan waktu dengan Tay ketimbang dengan teman temannya yang lain. Mereka pernah menghabiskan waktu bersama, tapi tidak sering.

Saling berbagi cerita, hanya berdua saja. Semuanya berjalan seperti biasa hingga tiba tiba, Tay menyatakan cinta padanya, mengajaknya berhubungan. New yang memang sudah jatuh pada Tay, tentu saja menerimanya.

Hubungan mereka terasa manis. Lebih manis dari dessert kesukaan New.

Tapi sepertinya, bagi New rasa manis itu belum cukup. New membeli sebuah rumah dekat kampus mereka agar bisa berduaan lebih intens dan tak ada yang bisa mengetahuinya.

Tay sering menginap di rumahnya. Memasakkannya berbagai makanan yang lezat. New tak pernah kelaparan saat bersama Tay. Tay memberikan semua perhatiannya hanya untuk New.

Hingga New mendapat lebih banyak perhatian dan kepedulian dari Tay ketimbang yang ia dapatkan dari kedua orang tuanya.

Setidaknya sebelum ayahnya mengetahui hubungan rahasia itu.

New tak sebebas sebelumnya. Ayahnya tidak mengizinkannya untuk tinggal di rumahnya yang didekat kampus. Hubungannya dengan ayahnya yang sudah renggang, semakin renggang karena hal ini.

Setiap pagi di meja makan, tak pernah ada kedamaian. Hanya ada cacian dan umpatan ayahnya yang terus mendesaknya untuk tidak berhubungan dengan seorang laki laki. Bahkan jika tidak ada cacian, maka tatapan tajam selalu dihujamkan padanya.

"Kamu itu aib. Gimana bisa kamu suka sama sesama jenis?" Kalimat itu terdengar biasa saja ketika diucapkan orang lain. Tapi ketika ayahnya sendiri mengatakan dirinya aib, rasanya seperti ribuan anak panah dihujamkan didadanya. Dan diamnya ibunya sendiri, membuatnya merasa seperti dirinya benar benar aib.

Tapi setidaknya, dia punya Tay. Tay tidak akan meninggalkannya, kan? Ya, tentu saja. Tay tidak boleh meninggalkannya.

Mereka masih berhubungan. Kali ini lebih sembunyi sembunyi. Tay tidak berubah. Masih mencurahkan seluruh perhatian yang dia punya hanya untuk New.

"Jangan pergi ya?" New menyerahkan jari kelingkingnya pada Tay. Menyuruhnya berjanji.

Tay tersenyum tipis lalu mengaitkan jari kelingking mereka. "Pinky promise."

Lalu tanpa aba aba, Tay mencium pipinya. New tersenyum lalu berniat untuk mengecup bibir Tay. Hanya mengecup, tapi Tay malah menahan lehernya dan mencumbunya.

Lembut dan penuh perhatian.

Di belakang gedung kampusnya, mereka sering bermesraan disitu. Itu menjadi tempat favorit New di kampus karena hal ini.

Beberapa bulan, semuanya berjalan dengan baik. Meskipun New masih terus mendapat cacian dan umpatan dari ayahnya, New mulai tidak peduli. Tay ada untuknya, tak ada yang perlu dikhawatirkan. Dia hanya butuh Tay.

Tapi sepertinya Dewi Fortuna tidak berada di sisinya. Malam itu, ayahnya menggenggam beberapa lembar foto berisi dirinya dan Tay yang sedang bermesraan.

Remember You [TayNew] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang