"Aku baru sadar kalau semua hal di rumah ini berhubungan dengan kamu, Tay." New memperhatikan sekeliling rumahnya. Terdapat banyak ornamen berbentuk matahari dan bulan. Bahkan di kamarnya, ada plushie berbentuk matahari yang sering dia peluk ketika tidur.
Kenapa dia baru menyadarinya ya? Kenapa New tak pernah bertanya tanya tentang matahari dan bulan di rumahnya?
"Aku udah sadar sih, cuma ga mau beritahu aja." Jawab Tay sambil menggoreng udang. Membuat makan siang untuk New.
Beberapa jam yang lalu, New sudah diizinkan untuk pulang. Tapi New tidak bisa pulang karena rumahnya kotor. New tidak membersihkan rumahnya sama sekali sejak ia mengalami depresi setelah mendapatkan kembali ingatannya. Jadi, Tay harus membersihkannya terlebih dahulu sebelum New pulang.
Dan beruntungnya New punya pacar Tay. Setelah lebih dari satu jam membersihkan rumah, Tay harus pergi ke rumah sakit untuk membawa New pulang, lalu saat pulang New masih belum makan siang dan tidak seharusnya New melewatkan makan siang.
New ingin dimasakkan Tay, tapi tidak ada makanan apapun di kulkas. Jadi Tay harus pergi keluar untuk membeli beberapa bahan makanan lalu kembali pulang untuk memasakkan New makan siang.
"Ngomong ngomong, kamu masih belum beritahu aku loh, alasan kamu tiba tiba berubah." New mengingatkan. Tay membalikkan badannya menghadap New.
"Iya, nanti aku kasih tahu. Janji kok." Tay mengangkat jari kelingkingnya.
New mengikutinya, mengangkat kelingkingnya lalu mereka berdua mengaitkannya dari jauh.
Tak lama kemudian, masakan Tay telah berada di meja makan. Hanya hidangan sederhana yang dia masak karena keterbatasan bahan makanan. Tay hanya memasak Tahu tumis saus tiram dan udang goreng tepung.
New dengan lahap memakannya. Meskipun sebenarnya dia tak lapar, masakan Tay terlalu enak untuk tidak dinikmati.
"Pelan pelan makannya, ga ada yang mau ambil makanannya dari kamu kok." Suara ayah New yang tiba tiba menginterupsi membuat New berhenti mengunyah makanannya.
New tak pernah bertemu dengannya sejak ia masuk rumah sakit. Agak canggung rasanya saat mendapati ayahnya tiba tiba ada di rumahnya dengan Tay.
"Lanjutkan saja makan siangmu. Ayah gak akan ganggu, tapi nanti kalau sudah selesai, temui ayah di ruang kerjamu." Tak menunggu balasan dari New, ayahnya berbalik badan dan pergi begitu saja.
"Menurutmu ayah mau ngomongin apa Tay?" New menatap Tay dengan ekspresi wajah khawatir.
Tay dengan santai mengangkat bahunya,"Entahlah. Tapi kurasa bukan hal buruk."
"Kenapa?"
"Dia gak menyinggung apapun soal keberadaan aku disini. Dan juga, kamu ga liat dia ga nunjukin ekspresi sinis sama sekali?"
New terlihat berpikir. Hidangan lezat buatan Tay tak lagi menarik perhatiannya.
"New? Kamu gak mau habisin makanannya?" Tay menyadarkan New.
"Aku habisin nanti ya? Aku penasaran kenapa ayah kesini." New turun dari kursinya dan berjalan menuju ruang kerjanya.
Disana ada ayahnya sedang melihat buku buku di rak.
"Kamu ga harus jeda makan siangmu."
"Kenapa ayah kesini?"
New lihat, ayahnya tersenyum sekilas lalu duduk di sofa kecil tempat New biasa membaca buku.
"Duduklah."
New duduk. Mengikuti perkataan ayahnya.
"Kamu pintar jaga rahasia kan?"
Hah? Kenapa ayahnya tiba tiba bertanya hal seperti ini? Ia pikir akan ada hubungannya dengan Tay atau perusahaan.
"Ayah udah ga bisa bilang jangan pacaran sama laki laki lagi ke kamu. Jadi ayah cuma mau untuk jangan mempublikasikan hubungan kalian."
Kenapa? Apa karena itu aib? Oh, New... Pria yang malang. Pikiran buruknya tak pernah berhenti menggerogoti akal sehatnya.
New memainkan jari tangannya lagi. Jarinya sudah benar benar lecet karena New sering menggoreskan kukunya disana.
"New..." Kukunya berhenti menggoreskan luka di jarinya, Ayahnya menggenggam tangan New.
"Ayah udah gak lagi ngelarang hubungan kalian. Ayah cuma mau untuk jangan memberitahu siapapun soal hubungan kalian. Bukan karena itu aib, bukan New. Ayah cuma gak mau kamu dan perusahaan kita di cap buruk. Kamu tahu kan, pandangan orang orang di negara ini soal pasangan Gay?"
Kaki New tak bisa diam dan berhenti dibawah sana.
"Kamu masih bisa jalan berdua sama Tay, makan berdua, main berdua, semuanya boleh dan bisa. Tapi tolong jangan biarin media tahu soal hubunganmu ya?"
New masih gelisah. Kakinya terus dia getarkan untuk menyalurkan rasa gelisahnya.
"Backstreet Relationship! Kamu ga mau nyoba? Pas kuliah kan kamu terbuka banget."
"Tapi ayah gak akan nyuruh aku jauhin Tay lagi kan?"
"Gak akan lagi."
"Ayah nerima kenyataan kalau aku Gay?"
Ayahnya mengangguk. Dan akhirnya, New tersenyum. Agak berlebihan mungkin untuk dikatakan, tapi ini pertama kalinya dalam waktu yang cukup lama sejak New tersenyum karena ayahnya.
Lalu ayahnya memeluknya. Rasanya begitu damai dan terasa aman. Berbeda dengan ketika Tay memeluknya. New tak bisa menjelaskannya dengan detail, tapi yang ia tahu, kedua pelukan orang itu sama nyamannya.
•••
Ayah New langsung pulang setelah berbicara dengan New. Ayahnya juga sempat berbicara dengan Tay, tapi tidak lama. Hanya menyuruhnya untuk menjaga New dengan baik. Dan tanpa disuruh pun, Tay akan melakukannya.
Seperti sekarang ini. Entah bagaimana dan kenapa, suhu badan New tiba tiba saja tinggi. Tay tidak bisa tahu pasti alasannya apa, tapi Tay mengira itu karena New yang memang sedang pilek.
Jam 11 tengah malam, Tay harus terbangun karena New tiba tiba merintih kedingingan. Padahal AC di kamar sudah mati, jendela juga ditutup rapat semua dan New sudah berada dibawah selimut tebalnya.
Saat Tay mencoba memeluknya, Tay merasakan panas di tubuh New. Sehingga Tay segera bangun dan mengambil kotak p3k dan mengecek suhu badan New.
39,2° C
"New, ayo ke rumah sakit. Kamu demam." Tay dengan tergopoh-gopoh mengambil jaket New di lemari lalu berusaha memakainya ke New.
"Ga mau." New menolak memakai jaketnya dan memilih mengurung tubuhnya di selimut.
"Gasuka bau obat di rumah sakit." Suara New teredam oleh selimut yang menutupinya.
Tay menghela nafasnya. New terlalu susah dibujuk. Jadi Tay memilih pergi ke dapur untuk merebus air untuk mengompres New.
Tak butuh waktu lama, Tay kembali ke kamar New dengan sebaskom air hangat dan beberapa helai handuk kecil.
Tay kemudian menyibakkan selimut New dan mengganti piyama New yang panjang dengan kaos lengan pendek dan celana pendek. New awalnya tidak mau karena merasa dingin, tapi Tay terus membujuknya dengan sedikit paksaan, New mengganti bajunya.
Tay mulai mengompres New. Setiap kali handuk yang dipakai mengompres New mulai dingin, Tay segera menggantinya dengan handuk yang hangat. Tay juga harus menenangkan New yang gelisah dalam tidurnya.
Tay benar benar tidak tidur malam itu. Tidak sedetikpun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Remember You [TayNew] ✓
Фанфик[END] Kedua mataku menatapnya. Aku bahkan menggerakkan leherku hanya untuk melihatnya melintas melewatiku. Ada perasaan tidak asing yang kusukai saat melihat matanya. Aku terpesona dengan laki laki itu. Pandanganku mengabur dan fokus pada wajah asi...