1

318 229 437
                                    

"Manusia biasa memiliki kelebihan dan juga sebaliknya, jadi jangan pernah menuntut dia untuk menjadi sempurna.

Karena itu akan sia-sia."

-------••••------

"Sebaiknya kau berhenti,Bill."

Billy yang mendengarnya sontak menoleh kesamping, kearah anak laki-laki dengan rambut sedikit berantakan berwarna natural-brown yang sedang bersandar pada pintu.

Ia menyunggingkan senyum miring lalu berdecih, "Shut up,Bas."

"Aku tidak akan berhenti sebelum puas." ujarnya sembari menginjak-injak benda yang sekarang berada dibawah kakinya.

Sebastian mengusak rambutnya sembarangan,"Terserah." ia mengalihkan pandangan kearah lain, mencoba mengusir rasa bosannya.

Di jam-jam seperti ini, melihat pemandangan yang sama setiap hari, benar-benar membuat matanya gatal.
Andai saja ada rokok,dia pasti sudah menyalakan pemantik saat ini juga.

Sial, semakin dibayangkan mulutnya ingin cepat-cepat mengisap benda kecil berukuran 120 mm itu, membiarkan bau tembakau terbakar memenuhi rongga pernafasannya pasti terasa menyegarkan.

"Tolong berhenti,Bill." suara rintihan terdengar begitu pelan.

"Apa? Bicaralah dengan keras!" Bentak Billy. Ia menginjak kepala yang ada dibawahnya beberapa kali lalu menendangnya begitu saja seperti bola.

Tahukah kalian jika itu membuat murid seisi kelas bergidik ngeri, mereka tidak berani melakukan apapun, karena mereka tahu berandalan sekolah itu pasti akan menghajar habis orang yang ikut campur.

Di Winfield high school , Billy adalah pimpinan dari geng-geng kecil yang berada disana. Pekerjaan nya setiap hari adalah menghajar murid-murid lain yang menurut nya sangat 'menganggu'. Dia Suka meninggikan suaranya saat berbicara dan cenderung mudah emosi daripada rekan dekatnya, Sebastian.

Tapi meskipun pendiam dan tidak terlalu suka adu tinju seperti Billy, Sebastian lebih ahli dalam memanipulasi,memikirkan rencana jahat dan juga berotak licik.

Tak khayal jika mereka seperti perpaduan 2 karakter penjahat yang ada dikehidupan nyata. Bukan itu saja mereka bahkan bisa menjadi lambang kehancuran bagi Winfield. Tidak tahu berapa kali hukuman atau skors dijatuhkan, nyata nya kejadian yang sama terus berulang.

Sebastian yang bersandar di pintu langsung menegakkan diri, "Ada Mr.Harrison." ujar anak itu sembari merapikan seragam sekolahnya yang berantakan lalu berjalan kembali ke bangkunya.

Billy menarik kerah seragam anak laki laki bertubuh gemuk didepanya, "Awas saja kalau kau berani melapor."
Ujarnya setengah berbisik lalu berjalan cepat ketempat duduknya yang berada di sebelah Sebastian.

Baru beberapa detik setelah pria bertubuh jangkung masuk kedalam kelas. Suara kasak-kusuk terdengar memenuhi telinga, bukan tentang penampilan guru matematika itu tapi lebih pada seseorang yang berjalan dibelakangnya.

Marvin berdeham beberapa kali, mengisyaratkan supaya murid dikelasnya untuk diam.

"Hari ini,kita kedatangan siswa baru."

"Perkenalkan dirimu." pinta Marvin pada anak laki-laki berwajah rupawan yang berdiri disebelahnya, kulit putih dengan rambut hitam yang menyita perhatian.

"S-saya." manik sebiru lautan itu bergerak ke kanan dan ke kiri. Ia merasa sangat gugup ketika seluruh pasang mata tertuju padanya, memandang dirinya dari ujung kepala hingga kaki.

Dengan tangan yang sudah berkeringat dingin bahkan sebelum sampai di kelas, anak itu mencoba meneguhkan hatinya untuk percaya diri.

"D-dean S-sawyer."

DEAN : LonelyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang