18

65 64 72
                                    

"Dean."

Kevin mengarahkan ponselnya yang menyala pada anak laki-laki disebelahnya.

"Teddy ingin mengatakan sesuatu."  Dean yang mendengarnya lantas meletakkan mangkuk yang baru selesai dicuci pada rak. Ia melibaskan tangannya yang basah lalu menerima ponsel kecil dari tangan Kevin. Meletakkannya di samping telinga.

"H-halo."

"Game konsol ku sudah ditemukan. Ternyata Fany yang menyimpanya di dalam laci meja belajar."

"Dan ada hal lain yang ingin aku tanyakan padamu."

"Diantara coklat dan bunga, mana yang akan kau pilih."

Kedua alis Dean sontak terangkat, untuk apa Teddy bertanya hal seperti itu padanya. Ia menoleh kearah Kevin dengan ponsel yang masih menempel di telinganya.

"Halo, kau masih disana?"

"K-keduannya." Balas Dean sekenanya.

"Ok."

"Terima kasih, aku tutup telfon ya."

Baru saja akan membalas ,Teddy sudah memutuskan panggilan sepihak. Dean memberikan ponsel yang ia pegang kembali pada pemiliknya.

"Apa yang kalian bicarakan." Tanya Kevin penasaran.

Dean lantas menceritakan percakapan tadi dan sama dengan nya, Kevin mengerutkan keningnya bingung.

"Dia gila."

"karena bertanya  seperti itu padamu."

Kevin tidak habis fikir dengan Teddy. Anak itu meraih lap yang ada di atas meja,menggunakannya untuk membersihkan meja dapur yang agak basah.

"D-dia m-mungkin me-menyukai s-seseorang.

Kevin  menghentikan aktivitasnya lalu menoleh pada Dean, "Maybe."
tapi sepengetahuannya Teddy tidak menyukai seseorang setelah di tolak adik tingkat nya tahun lalu.

Kevin jadi semakin penasaran, tentang bunga dan coklat yang Teddy tanyakan pada Dean. Lupakan saja, nanti dia akan menanyakan ha ini sendiri.

"Apa kalian sudah selesai?" tanya seseorang dari balik pintu yang terbuka, kedua anak itu sontak menoleh ke belakang. Disana John berdiri dengan sekotak kardus kosong yang hendak dibuang.
Kevin berbalik, "Kami sudah menyelesaikan semuanya, uncle." John mengangguk paham, ia lantas meletakan kardus berukuran sedang yang ia bawa dia atas meja lalu melepaskan apron yang melingkar di pinggangnya.

"Kalian bisa berkemas lalu pulang. " mendengarnya Kevin dan Dean saling berpandangan karena bingung, padahal ini baru pukul 7 malam.
"Penyakit ibuku kambuh lagi, aku harus segera pulang."

"Mungkin kedai tidak akan buka beberapa hari kedepan."  ujar John sembari membuka laci dapur, mengambil 2 amplop berukuran sedang yang sudah ia siapkan.

"Ini gaji kalian." Kevin menerimanya dengan senang hati,begitu juga dengan Dean.

"terima kasih uncle. " John tersenyum pada 2 anak itu, apa lagi Dean, dia terlihat sangat senang saat  menerima amplop pemberiannya.

"Aku dengar kau tidak mempunyai ponsel, Dean."

Dean yang mendengarnya hanya  mengangguk pelan, memang benar dia tidak mempunyai ponsel, " Gunakan uang itu untuk membeli ponsel, tidak perlu baru asal bisa digunakan. "

Kevin mengangguk setuju dengan saran yang diberikan John, "Betul."

Dean menunduk dalam saat mendengar saran yang diajukan padanya, dengan tangan yang masih memegang erat amplop dia menghela nafas pelan, "S-saya b-belum mem-bayar u-uang bulanan. "

DEAN : LonelyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang