19

73 61 91
                                    


"Ada satu orang yang masih saya  tunggu kehadiranya.

" Tolong biarkan saya hidup."

"Sedikit lebih lama."

--o0o----

"Kau sedang apa?"

Tanya seseorang membuat sang empu terlonjak kaget dari posisinya. Fany mengelus dadanya pelan. Gadis itu menoleh kesamping dengan mata memicing.

"Kau tidak lihat aku sedang menulis?" Ujarnya kesal pada Kevin. Fany heran padahal tidak ada suara langkah kaki sama sekali tadi. Pagi ini di ruang kelasnya. Hanya ada 2 anak perempuan di bangku depan. Sedangkan dia duduk di bangku belakang.

Tidak tahu lewat dari mana, Kevin tiba tiba muncul disampingnya tanpa menimbulkan suara.

"Aku tahu."

"Lebih baik kau duduk dan diam."  Lagipula dia kan sedang menulis kenapa harus bertanya lagi. Fany menghela nafas,Jangan sampai moodnya hilang gara-gara Kevin yang bertingkah menyebalkan.

Kevin menarik kursi disebelah Fany lalu menduduki nya, sorot matanya tertuju pada diary bersampul coklat yang Fany pegang ,ia lantas merebut nya sebelum gadis disebelahnya berkata-kata.

"Hei, jangan pegang." Serga Fany namun sepertinya Kevin tidak peduli. Ia hany penasaran dengan ap yang Fany tulis.

"Kembalikan Vin." Ujar Fany berusaha meraih kembali diary nya. Namun tidak berhasil. Dalam posisi seperti itu dia bisa mencium aroma wangi ta biasa dari anak laki-laki disebelahnya.

"Kau wangi sekali pagi ini."

Kevin tersenyum tipis,"Memangnya salah?"

Tentu saja tidak, tapi itu cukup aneh saja. Fany segera merebut diarynya yang dipegang oleh Kevin saat anak itu lengah.

"Kau juga mengganti gaya rambutmu."

Bukanya senang Fany malah terlihat kesal, bukankah bagus kalau seperti itu. Kevin sampai heran.

Fany menepuk pelan dahinya, "Aku lupa."

"Kau kan sedang jatuh cinta dengan siswi kelas sebelah."

Kevin yang mendengarnya mengerutkan kening bingung,"itu hanya rumor,fa."tidak tahu sejak kapan rumor itu beredar. Tapi yang jelas kebenarannya sangat diragukan.

"Kau cemburu ya." Sela Kevin sembari menaik turunkan alisnya ,menggoda Fany.

"Aku memang tampan dan pintar."ujar Kevin sembari berkacak pinggang.

Belum sampai anak itu menyelesaikan ucapannya buku terlebih dahulu sampai di wajahnya.

"Jangan terlalu percaya diri, kau itu bukan tipeku."ujar Fany tidak terima.

Kevin menghela nafas lalu melepas Coat yang ia kenakan, "Terima kasih sudah mengatakanya."

Fany terdiam, ia meletakan bulpoin yang ia pegang lalu menoleh kesamping. Sungguh ia terkejut dengan apa yang barusan Kevin ucapkan.

"Kau tahu fa."

"Ada yang mengkhawatirkan dari persahabatan antara pria dan wanita."

Kedua alis gadis di depannya tiba-tiba terangkat, "Apa itu?"

Kevin tersenyum lalu menoleh kesamping, menatap dalam netra coklat milik sahabatnya itu.

"Cinta."

"Aku tidak ingin kita berada di posisi itu." Suaranya terdengar dalam.

DEAN : LonelyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang