" Saat usiaku masih 10 tahun, aku menaruh sianida di dalam minuman ayah angkat ku."
"Dia lemah karena mati secepat itu."
-o0o-
Brak!
Teddy menutup pintu lokernya dengan keras. Dean yang berada di sebelah tersentak di buatnya, anak laki-laki itu mengelus dadanya pelan lalu menoleh kesamping. Menatap ekspresi Teddy yang terkesan 'seram'.
Entalah, Dean tidak tahu apa yang sudah anak itu alami, dari gerbang depan setelah turun dari bis, wajahnya ditekuk dengan kedua alis tertaut.
"Astaga, aku kesal sekali."
"K-kenapa?"
Teddy menoleh ke samping pada Dean yang sibuk merapikan bukunya yang ada di dalam loker.
"Game konsol milikku hilang."
"B-bagaimana bisa?"
Teddy mengangkat bahunya tidak tahu, seingatnya kemarin malam ia bermain di ruang tamu. "Padahal itu hadiah ulang tahun pemberian nenekku bulan lalu."
"C-cari d-dengan t-teliti."
"Aku sudah cari dimana pun tapi tidak ketemu."
Teddy mungkin tidak bisa tidur dengan tenang setelah ini. Bagaimana tidak,ia benar-benar menantikannya semenjak 1 tahun yang lalu. Seri 'limited edition' keluaran terbaru yang sedang gencar-gencarnya di buru oleh anak seusianya.
"Nanti aku akan cari lagi." ujar Teddy dengan helaan nafas berat setelah nya. Ia meraih tasnya yang ada dipunggung, membuka resleting tas lalu memasukan sebuah buku untuk jam pertama.
"Kau sudah selesai?" tanya Teddy pada Dean yang diam mematung di depanya.
Dean mengerjap , ia lantas menutup pintu lokernya setelah memastikan barang-barang yang dibutuhkan sudah di bawa.
"S-sudah."
Teddy melihat jarum jam yang terpasang pada arlojinya, "5 menit lagi bel masuk." anak laki-laki itu berjalan meninggalkan lokernya.
Dean juga melakukan hal yang sama. Bergegas menuju ke kelas sebelum Mr. Harrisson datang terlebih dahulu.
"Olimpiade 2 Minggu lagi, kau harus lebih giat belajar."
Dean yang mendengarnya lantas mengangguk, tentu saja ia akan belajar dan berusaha lebih keras lagi.
Baru beberapa langkah menaiki anak tangga 2 anak itu berhenti saat melihat Billy dan Sebastian yang akan melangkah turun, berlainan arah dengan mereka.
"Buru-buru sekali."
Billy tersenyum lebar saat melihat teman sekelasnya itu. "Ada panggilan untukku dari ruang guru."
Teddy hanya ber'oh ria. Mereka melanjutkan langkahnya yang terhenti menuju ke kelas.
Dan bisa ditebak bagaimana suasana di sana saat ini. Yup, cukup ramai. Terutama beberapa siswi yang sedang membicarakan tren pakaian tahun ini.
Teddy meletakan tasnya di atas meja lalu Menarik kursi, menduduki nya dengan segera.
"Maxi."
Dean yang mendengarnya sontak menoleh kesamping. Pada Teddy yang tenang menatap nya dengan pandangan yang sulit diartikan.
"Kenapa kau terkejut seperti itu." tidak bisa dipungkiri oleh Teddy saat melihat Dean. Wajahnya berubah menjadi pucat saat mendengar nama yang barusan terucap.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEAN : Lonely
Teen FictionPlease jangan di PLAGIAT Buat cerita ini ga gampang Hai readers , makasih dah berkenan mampir. ini karya pertamaku , jan lupa vote dan comment yaaa, biar aku makin semangat menulisnya:) FIRST BOOK¹ "Aku khawatir." "Jika suatu hari dendam ini menguas...