7

164 176 133
                                    

Semoga semua berjalan dengan baik.

-o0o-

Ibuku sudah meninggal.

Ayahku pergi dan belum kembali.

"Fa."

Fany mengatur ekspresi nya yang kaget karena suara milik anak laki-laki yang duduk disebelah nya.

Ia menoleh malas, "Kenapa?"

"Kau melamun sedari tadi." Entalah Kevin sampai heran, akhir-akhir ini teman sebangkunya itu sering melamun.

Kalau kerasukan hantu penunggu sekolah ini bagaimana?

"Kau bertengkar dengan kakakmu ya?"

Fany menggeleng, "Tidak." Kalaupun dia bertengkar dengan Teddy, dialah yang akan rugi . Kenapa? karena bisa-bisa dia tidak akan diberi makan oleh kakaknya itu.

Perlu di ingat kalau Fany itu tidak bisa memasak. Dia hanya bisa membuat teh hangat atau merebus air. Kalau Teddy tidak ada dirumah  jalan pintasnya adalah membeli makanan cepat saji.

Mungkin lain kali dia akan belajar memasak. Membuat telur dadar sebagai latihan dasar.

Kembali keperbincangan mereka diawal.

"Kalau begitu kau kenapa?"

Fany menggeleng lagi, "Tidak apa-apa." Ia mengalihkan pandangannya kearah jendela. Menatap langit biru cerah dari tempatnya berada.

"Ini hari kedua Billy tidak masuk kesekolah."

"Aku yakin dia pasti dikeluarkan,fa."

"Padahal kemarin dia yang bersih kukuh kalau Billy tidak akan dikeluarkan oleh Mrs. Russel, tapi lihat, sekarang dia yakin kalau Billy dikeluarkan."

Dasar Kevin tidak punya pendirian!

Fany menumpu dagunya dengan sebelah tangan."Kalau tidak bagaimana?" Sorot matanya tidak sekalipun menoleh pada sumber suara.

Boleh saja berharap Billy dikeluarkan. Tapi kadang ekspetasi tidak seindah realita.

Mereka terlanjur senang dengan kabar yang belum tentu kebenarannya. kalau Billy tiba-tiba datang lalu mengacau seperti biasanya,bagaimana?

"Ini baru 2 hari. Belum 1 tahun, jangan buru-buru menyimpulkan, Vin."

Kevin mengangguk, "Kau benar."

Fany meletakan kepala diatas meja , lalu memejamkan matanya. Pikirannya tiba-tiba terasa sesak dan penuh. Bukan tentang isu jika Billy dikeluarkan. Baginya itu tidaklah penting dan bukan urusan nya.

Sedari tadi dia tidak bisa mengendalikan otaknya untuk berhenti memikirkan Dean.

Ibunya meninggal sedangkan ayahnya pergi. Dia kekurangan uang dan gagap.

Entalah cobaan apa lagi yang akan diterima anak laki-laki itu.

Dia bahkan menyesal karena sempat berfikir hidup tidak pernah adil dengannya.
Berfikiran sempit seolah-olah hanya dirinya saja yang terluka didunia ini. Tanpa melihat kesekeliling jika orang lain juga memiliki masalahnya tersendiri.

Rasanya ingin menenggelamkan kepalanya ini kedalam seember air dingin.

Seharusnya dia bersyukur karena masih memiliki orang tua. Ibu dan ayahnya sangat menyayangi diri nya dan Teddy. Tidak pernah kekurangan uang. Dan fisik yang lengkap.

Bukankah itu sudah cukup?

Kenapa dia baru menyadarinya sekarang?

Sepertinya kehadiran Dean benar-benar membuka mata dan  pikirannya juga.

DEAN : LonelyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang