Hai
Gimana kabarnya hari ini?
Moga sehat dan bahagia selalu☺️
-o0o-"Tentu saja, aku tidak ingin uang 2 milyar ku sia-sia."
"Tanpa memanfaatkan seonggok daging tidak berguna seperti Dean."
-o0o-
"Dean!"
Seruan yang terdengar lantang ,bersamaan dengan seember air yang sengaja ditumpahkan di atas wajah anak laki-laki yang sedang terlelap.
Dean gelagapan, belum sempat mengumpulkan nyawa dia bangun dari posisinya.
"Kau kesiangan lagi?!" Bentak Martha dengan nada tinggi.
"Ma-maaf aun-ty."
"S-saya sakit." Memang , Dean tidak berbohong, wajah pucat nya itu sudah menjelaskan segalanya.Tubuhnya juga menggigil kedinginan.
Kedua alis Martha terangkat heran, memangnya itu urusannya?mau sakit, atau bahkan matipun dia tidak peduli.
"Aku tidak mau tahu, hari ini bersihkan halaman depan dan belakang, potong rumput lalu cuci seprei-sprei itu!"
"Jika aku tidak melihatmu dalam hitungan ketiga."
"Aku pastikan luka-luka mu itu bukannya sembuh malah bertambah."
Dean melemparkan selembar kain yang tadinya ia pegang,asal. Berjalan keluar gudang tempatnya berada dengan kaus basah.
Pagi-pagi seperti ini dengan udara dingin di musim gugur. Dean nampak membersihkan halaman depan dengan sapu. Tidak tahu yang sekarang anak itu pikirkan.
Sorot matanya yang sendu menatap kebawah, pada daun-daun kering yang berhasil ia kumpulkan.
Dean berusaha sebisa mungkin mengontrol dirinya, kakinya yang tidak beralas seperti mati rasa saat menyentuh rumput halaman.
Dingin yang menusuk sampai tulang .
"Tuan muda."
Dean menoleh kesamping, mendapati Lilian dengan ekspresi khawatir menatap kearahnya.
"Anda demam."
Semalam Lilian memang datang ke gudang, berniat meletakan seragam sekolah Dean yang lupa Dirapikan.
Ia melihat Dean mengigau dengan tubuh menggigil. Awalnya Lilian mengira kalau Dean bermimpi buruk tapi saat menyentuh kening anak itu, Lilian tahu kalau majikannya itu sedang demam.
"Sebaiknya anda istirahat,saya yang akan melakukan nya."
Dean menggeleng sebagai jawaban, dia memang sakit ,tubuhnya juga letih tapi dia tidak ingin Lilian menjadi target kemarahan bibinya.
"Kalau begitu saya akan mencuci sprei."
Baru saja Lilian akan pergi dari sana, langkahnya terhenti saat pergelangan dicengkeram oleh Dean.
Anak laki-laki itu menggeleng lemah, seperti hampir kehabisan tenaga.
"Kaus anda basah." Kalau dibiarkan terus s,demamnya akan semakin parah. Lilian terhenyuh, bisa-bisanya Dean masih kuat berdiri tegak dengan kondisi seperti itu.
Karena tidak mendapatkan respon,Lilian memilih undur diri dari sana, terlebih lagi jangan sampai cairan bening yang menggenang di pelupuk matanya jatuh disaat itu juga. "Kalau begitu saya pergi."
Jujur saja dia semakin khawatir dengan kondisi di kediaman yang benar-benar tidak kondusif.
Dari Dean yang sering dipukuli ,hanya karena masalah kecil. Bahkan tuan mudanya itu dijual pada orang asing.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEAN : Lonely
Teen FictionPlease jangan di PLAGIAT Buat cerita ini ga gampang Hai readers , makasih dah berkenan mampir. ini karya pertamaku , jan lupa vote dan comment yaaa, biar aku makin semangat menulisnya:) FIRST BOOK¹ "Aku khawatir." "Jika suatu hari dendam ini menguas...