Ini adalah mainan ku
Dan dia bisa berbicara--o0o--
Sudah hampir sebulan ini Billy berhenti berulah, dia berperilaku selayaknya manusia. perubahan itu ternyata cukup mengejutkan untuk murid-murid yang biasanya menjadi target nya. sejak Billy kembali, dia tidak pernah datang terlambat, selalu mengerjakan tugas dan aktif melakukan kegiatan bersama.
bahkan hari ini Billy terlihat membaca buku di perpustakaan, bersama Sebastian tentunya. Bisa dibilang ini adalah kabar baik untuk Winfield ,tapi meskipun begitu bukan berarti perundungan berhenti, Billy mungkin menyadari kesalahannya dan mau memperbaiki diri tapi kita tidak bisa menampik bahwa masih ada murid lain yang akan melanjutkan 'tradisi' itu untuk kedepannya.
Contohnya hari ini, pagi yang seharunya cerah untuk Fany berubah menjadi mendung dengan awan hitam membumbung tinggi.
"Ups." Gabriella menutup mulutnya pura-pura terkejut, padahal sebenarnya dia terlihat senang saat menumpahkan jus wortel diatas kepala gadis berambut coklat kemerahan yang ada di depannya.
Fany yang sedang mengikat tali sepatunya tidak sempat menghindar, alhasil rambutnya basah dengan cairan berwarna orange itu. dia terdiam sembari merasakan jus agak kental yang mulai membasahi wajahnya dan seragam olahraga yang ia kenakan.
"Masih saja mengganggu." mendengar seruan itu Gabriella dan kedua anteknya menoleh ke belakang. Kearah Kevin yang baru datang dengan ekspresi kesal.
"Berdiri,fa."Kevin menarik pergelangan tangan Fany sampai gadis itu berdiri lalu menatap tajam 3 manusia yang ada didepanya bergantian.
"Kalian mau ku laporkan?" ancamnya penuh penekanan pada kata 'ku laporkan."
Gabriella berdecih,"Ini bukan urusanmu,Vin." dia sedikit kesal dengan anak laki-laki dihadapannya yang selalu ikut campur.
"Dasar miskin."
"Dasar tidak punya otak," balas Kevin yang membuat Gabriella melotot ditempat.
"Hei, jaga ucapanmu."
"Kau juga tutup mulutmu." serga Kevin membuat Ashley yang hendak berbicara seketika bungkam. mereka bukan tandingan Kevin jika urusan adu mulut, dia tidak akan segan-segan mengeluarkan kata-kata pedas lebih daripada ini.
"Awas saja, aku akan buat perhitungan." Gabriella pergi dari sana dengan wajah merah padam karena di permalukan.
Kevin merotasikan bola matanya jengah ,berusaha tidak peduli dengan ancaman itu. Pandanganya beralih pada gadis yang ada di sampingnya "Kau baik-baik saja kan?" Tanya anak itu dengan ekspresi khawatir.
Fany mengangguk, "Untung saja bukan air selokan." Meskipun dia mengatakan hal demikian, Fany masih tidak bisa menapik kalau dia sangat syok karena tindakan Gabriella tadi.
Kevin menepuk pundak gadis disebelahnya pelan, "Cepat bersihkan dirimu, sebelum kepalamu berubah menjadi kebun."
Fany mengerutkan kening bingung, kebun?
"Kenapa menjadi kebun?"
Kevin yang mendengarnya tertawa kecil, "kau kan disiram jus wortel, bisa saja wortel -wortel itu akan tumbuh di kepalamu setelah ini." Ujarnya diselingi tawa.
Fany memajukan bibirnya 1 Senti lalu memukul lengan anak laki-laki disebelahnya cukup keras. Bisa-bisanya disaat seperti ini Kevin bercanda.
"Hei, sakit." Desis Kevin sembari mengusap lengannya yang terasa panas.
"Kutunggu hasil panennya."
"Mau kupukul lagi." Fany mengangkat tangannya bersiap memukul.
Kevin menyeringai sambil menunjukan jarinya yang berbentuk huruf V.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEAN : Lonely
Teen FictionPlease jangan di PLAGIAT Buat cerita ini ga gampang Hai readers , makasih dah berkenan mampir. ini karya pertamaku , jan lupa vote dan comment yaaa, biar aku makin semangat menulisnya:) FIRST BOOK¹ "Aku khawatir." "Jika suatu hari dendam ini menguas...