16

83 79 91
                                    

"Pada dasarnya, tidak ada yang benar-benar menjadi milik kita didunia ini.

"Semua akan kembali pada sang pemilik nafas ,pemilik seluruh alam semesta ini."

-o0o-

Akhirnya setelah pertarungan panjang yang melelahkan pemenang babak ini adalah Fany. Gadis itu mengangkat tanganya tinggi-tinggi karena senang, sembari menjulurkan lidahnya pada anak laki-laki yang duduk bersila didepanya. Berniat mengejek kemampuan payah teddy yang selalu kalah dalam permainan ular tangga.

"Aku hanya tidak beruntung saja."

"Kau bukannya tidak beruntung tapi kau memang payah?" serga Fany. Ia bangkit dari posisinya, melangkahkan kakinya menjauh dari sana.

Teddy yang mendengarnya hanya mendengus kesal, sembari memasukan kembali dadu kedalam tempatnya semula.

"Sebaiknya kita cepat." ujar Teddy. Mereka sedang dalam misi memindahkan barang-barang lama tapi bukannya bergegas, 2 anak itu malah bermain ular tangga. Bukan Teddy yang mengajak tapi Fany, Entalah adik perempuan nya itu terlihat sangat antusias saat melihat kotak mainannya

sorot matanya mengikuti gerak-gerik Fany yang terlihat tengah membongkar isi kotak tua berisi mainan-mainan masa kecil mereka. " Itu sudah dirapikan," tidak tahu apa yang dilakukan oleh adik perempuannya ,yang pasti teddy akan merasa kesal jika denda-benda itu berantakan lagi.

"Kau masih ingat ini?" Fany menunjukan sebuah benda kecil yang merupakan gantungan kunci, terbuat dari kayu berbentuk bulu.

Teddy Nampak berfikir sejenak. Mencoba mengingat memori beberapa tahun yang lalu. ia lantas mengangguk saat menyadari sesuatu, tentang pemilik gantungan itu.

Teddy ingat.

Gantungan yang mereka dapatkan 13 tahun yang lalu.
Saat Nolsen bersaudara bermain ayunan bersama.
Di taman dekat rumah mereka.

"Pegangan nanti jatuh." ujar anak laki-laki dengan sweeter coklat muda.

Gadis kecil dengan kuncir kuda yang ada didepanya menoleh, "Iya." Ia duduk tenang dengan kedua tangan yang memegang erat tali.

Theodore menarik ayunan kuat-kuat, lalu melepaskanya . ia melakukanya secara berulang -ulang.

"Mau coba." tawar Stephanie pada saudara laki-lakinya itu. Tapi bukanya mnjawab dengan kata-kata, Theodore hanya menggelengkan kepala merespon penawaranya.

"Kalau begitu berhenti saja. " gadis kecil itu bangkit dari posisinya,Ia lantas menunjuk kesatu arah. "Ayo duduk disana. " pada sebuah bangku dibawah pohon besar.

Theodore mengangguk, ia lantas mengandeng Stephanie. Menarik tangan adik kecilnya ketempat yang ingin dituju.

Dibawah pohon besar, 2 bocah kecil itu duduk santai, menikmati angin semilir yang berembus menerpa kulit putih bersih mereka.

"Kau lapar?" Stephanie yang mendengarnya lantas mengangguk, ia tidak bisa menyangkal kalau sekarang cacing cacing diperutnya berteriak minta diberi makan.

"Ayo pulang, kita makan dirumah." Baru saja bangkit dari posisinya dan menggandeng pergelangan tangan adiknya, Theodore berhenti saat Stephanie tidak beranjak.

"Aku bawa roti." Ujar gadis kecil itu sembari menepuk tas kecil berwarna pink yang terlihat penuh.

Kedua alis Theodore terangkat saat melihat adiknya mengeluarkan 2 bungkus roti selai coklat dari dalam sana.

DEAN : LonelyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang