- Bagaimana kalau peran mereka ditukar? -
-) NOHYUCK
-) GENDERSWITCH
-) Romance, Medical
Another SWU story by Bee 🐝
Be a smart and respectful reader ♡'・ᴗ・'♡
Hai~ Jangan lupa tinggalin vote dan komen yaa~ I'll be grateful for that
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sebelum kembali ke Gangneung, Jeno pergi menemani Haechan ke Rumah Sakit Pusat untuk menemui ketua yayasan yang adalah Papi Haechan sendiri. Anyway, mereka bermalam di Seoul tidak langsung kembali karena tepat sebelum mereka pulang Winwin malah mengajak mereka ke rumah untuk makan malam bersama.
"Kau yakin mau menunggu di sini saja?"
"Hm, noona tidak lama juga kan?"
"Hanya bicara sebentar dengan Papi lalu kembali ke sini. Kau tidak apa-apa menunggu?"
"Tidak apa-apa. Masuklah..."
Haechan turun dari mobil setelah itu. Alasan kenapa Jeno tidak masuk ke dalam rumah sakit tersebut adalah karena malas bertemu dengan Dongju dan Jongho. Kalau kalian masih ingat, mereka si duo dajjal yang membuat Jeno banyak mengalami banyak kesulitan selama masa residennya di Rumah Sakit Pusat. Sudah bagus konsumsi obat antidepresannya mulai berkurang, Jeno tidak mau menambahnya lagi. Memang rumah sakit itu besar tapi kemungkinan untuk bertemu kedua orang itu masih sangat besar mengingat mereka berdua adalah tipe dokter yang berkaki gatal, tidak bisa diam di bagian mereka, selalu kesana-kemari menggoda dokter dan perawat wanita di bagian lain padahal UGD di Rumah Sakit Pusat selalu ramai. Mereka malah kesana-kemari mengabaikan tugas mereka, melimpahkannya pada junior-junior yang stase di Emergency Department.
Awalnya Jeno diam-diam saja di dalam mobil, lama-lama bosan juga dia. Tidak ada tontonan yang menarik, memainkan game di ponsel juga tidak begitu membantunya mengusir rasa bosan tersebut maka dari itu dia turun dari mobil. Begitu Jeno turun, sebuah mobil mundur untuk parkir dengan kecepatan penuh, hampir saja menabrak Jeno kalau pria itu tidak secepatnya menempel ke sisi mobil. Apa-apaan ini, pikir Jeno. Baru keluar dari mobil sudah sial. Mungkin lebih baik dia tinggal di mobil saja.
"Lee Jeno??"
"Eh, Junkyu?!"
"Aku benar-benar ingin bicara denganmu tapi sekarang tidak bisa. Aku harus mengantar pasienku ke UGD sekarang. Overdosis."
Jeno ingat Kim Junkyu, senior dua tahunnya sewaktu di perguruan tinggi. Dia banyak membantu Jeno semasa kuliah dulu, bisa dibilang dekat tapi sebelum Jeno lulus, Junkyu sudah pergi. Koasnya pun bukan di Rumah Sakit milik universitas atau yayasan seperti Jeno. Seingat Jeno, Junkyu pernah cerita ingin mengambil spesialisasi di bidang ilmu kejiwaan, ingin menjadi seorang psikiater. Melihat bagaimana saat ini Junkyu membawa salah satu pasien yang overdosis, mungkin impian Junkyu menjadi seorang psikiater sudah terwujud.
Jeno tidak mau diam saja. Terlepas dari bagaimana perlakuan orang-orang di UGD selama pria itu berada di Rumah Sakit Pusat, Jeno tidak mau membiarkan Junkyu begitu saja. Dia ikut membantu mengantarkan pasiennya tersebut masuk ke UGD. Terkejut iya. Hampir semua bed di UGD terisi penuh, mungkin baru terjadi kecelakaan yang melibatkan banyak orang. Semua dokter dan perawat juga tampak sibuk, berlarian kesana-kemari untuk menangani pasien-pasien tersebut.