110-24

60 7 2
                                    

Resting for a bit is also good
Taking it easy is also good
You don't have to overwork yourself
Don't you run run run
It's already been very hard
Even if you walk now
It's okay
Right now by your side
I'm here
Walking together
-Day6, Marathon-

***
Manusia tidak pernah bisa lari dari kejadian yang membawanya pada titik terendah dalam hidupnya. Ketika malam hari saat manusia lain tertidur lelap, ia hanya berbaring di atas tempat tidurnya. Pikirannya melayang membentuk pusaran yang menyesakkan. Ramai di kepalanya tidak berhenti bahkan hingga menjelang pagi.

Tubuhnya ingin istirahat tetapi terasa banyak sekali hal yang harus segera diselesaikan saat itu juga. Membuatnya harus mengulik kejadian-kejadian dalam hidup. Banyak hal yang harus diperbaiki,  tetapi masa depannya sudah jelas akan tetap suram, apapun yang ia usahakan.

Shita menghela nafasnya panjang. Sehening mungkin ia bangkit dari posisi tidurnya untuk bersandar pada ranjang di kamar inapnya. Matanya menatap ke sekitarnya, ia bisa melihat bagaimana Brian terlelap di atas sofa. Pasti rasanya tidak nyaman, laki-laki itu terpaksa harus membiarkan kakinya menggantung karena sofa yang ditempatinya tidak muat untuk menopang tubuhnya yang tergolong tinggi. Shita mengalihkan pandangannya pada jendela di sampingnya, pikirannya terbang kesana-kemari.

Lo enggak sendirian, Ta. Enggak akan pernah sendiri.

Apabila perlahan-lahan lo terpaksa menjadi pihak yang ditinggalkan apa lo siap?

Apa gue harus peluk diri gue sendiri lagi?

Sampai kapan?

Sampai kapan gue harus bertahan pada satu hal yang akhirnya sudah pasti menyedihkan?

Shita tidak menyadari tangisnya pecah. Isakannya terdengar memilukan di ruangan itu. Ia lagi-lagi terjatuh pada lubang yang sama. Terasa berat. Sangat berat. Ia harus menopang dirinya sendiri untuk sekedar melangkah meskipun tertatih. Manusia-manusia di sekitarnya memang di sana, tetapi tidak untuk memeluk dirinya. Tidak untuk mengatakan bahwa dirinya melakukan yang terbaik dan semuanya akan baik-baik saja. Shita akan selalu menjadi perempuan yang menangis diam-diam. Entah sampai kapan.

Berkali-kali ia mencoba berdamai pada hidupnya. Mencoba masuk lalu menerima semua kasih sayang dan cinta yang diberikan padanya. Namun, selalu berakhir tragis. Setelah hari panjangnya, tidak ada orang lain yang menunggunya pulang selain dirinya sendiri. Tidak ada yang bertanya apa harinya baik-baik saja atau sekedar apa kamu pulang dengan selamat?

Tangisnya kian memilukan ketika menyadari bahwa penyebab semua itu adalah dirinya sendiri. Kejadian dua tahun lalu. Permainan yang ia mulai bersama Brian. Semua kejadian dalam hidupnya adalah salah dirinya sendiri. Tuhan, aku ingin tahu bagaimana rasanya berdamai dengan hidup.

"Ta? Kamu kenapa?"

Shita hanya menggeleng sambil tetap menangis. Rengkuhan Brian yang tiba-tiba membuat tangisnya kian pecah.

"Hey, i'm here."

Shita menggeleng, ia melepas rengkuhan Brian kemudian menatap laki-laki itu tepat di manik matanya. Tangan Shita terangkat untuk mengusap bagian bawah mata Brian yang tampak menghitam. "Jauhi aku. Kamu layak bahagia, Bri."

"Ta, gimana bisa kamu ngomong gitu seolah kamu kuat menghadapi semuanya padahal kamu lagi menangis kaya gini?"

Shita mengulum bibirnya yang bergetar sebelum menghela nafasnya dan mulai berbicara, "Hidup aku enggak akan pernah baik-baik saja dan kamu pantas buat mendapatkan hidup yang baik-baik saja, enggak sepertiku."

110 : Sweet ChaosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang