110-14

119 23 1
                                    

Just stop your crying
Have the time of your life
Breaking through the atmosphere
And things are pretty good from here
Remember everything will be alright
We can meet again somewhere
Somewhere far away from here
-Harry Styles, Sign of the Times-

***

Pernah tidak ada masa di mana kamu jatuh dan tidak bisa bangkit tetapi tidak ada yang peduli? Pernah tidak kamu sudah berusaha bangkit tetapi rasanya sangat mustahil untuk bertahan? Pernah tidak kamu merasa amat sangat lelah tetapi pikiranmu terus-menerus bekerja? Shita akhirnya memahami apa yang seringkali membuatnya sedih, ketika dirinya berusaha sekuat mungkin dengan semua tenaga yang ia punya tetapi hal itu tidak cukup untuk membawa akhir yang baik.

"Are you okay?"

"Ta, jiwa lo boleh nggak baik-baik aja tetapi jangan sampe lo nyerah"

"Ta lo inget nggak sih waktu hari terakhir lo terapi? lo bilang kalau manusia tidak akan pernah kalah kalau dirinya mau terus maju, kan? Gue mohon sama lo terus maju Ta. Hidup itu berjalan ke depan bukan ke belakang. Lo liat sekitar lo, ada manusia-manusia baik yang pengen ngabisin waktu hidupnya buat lo. Lo anak baik jangan lagi-lagi lo jatuh karena orang lain, Ta."

Audrey terus memeluk Shita sembari mengelus punggung sahabatnya itu dengan sangat lembut. Audrey tahu Shita sedang bertengkar dengan jiwanya. Pikirannya pasti sangat berkecamuk. Sebenarnya, Audrey merasa tidak tahu harus apa. Ia hanya memeluk dan memberikan kalimat yang ia harap akan membuat hati Shita sedikit menghangat. Setidaknya, Shita harus tahu bahwa di sekitarnya masih ada seseorang yang merasa beruntung karena dirinya hidup, seperti Audrey misalnya.

"Gue hidup salah banget apa, Dre?" Shita menatap wajah Audrey beberapa detik sebelum pandangannya beralih pada arah lain.
"Kehadiran gue nggak pernah dinanti dre, setiap gue berusaha menikmati hidup ada aja oknum yang gak suka liat gue hidup," lanjutnya. Siapapun yang mendengarnya pasti merasa betapa buruknya nada frustasi yang dikeluarkannya. Untuk berbicara saja mulutnya sudah terlalu kelu.

"Setelah sekian lama, rasa kosong itu datang lagi. Gue lagi-lagi kaya mayat hidup. Tubuh gue hidup tapi pikiran gue udah di luar kendali gue."

Shita kembali menangis, ia tidak menghapus air matanya karena percuma air matanya akan terus mengalir. Ia menoleh untuk menatap Audrey, sahabatnya itu sudah menutup kedua wajahnya. Shita harus menangani masalahnya sendiri, ia tidak mau lagi-lagi menarik Audrey ke dalam kerumitan hidupnya. Shita menghela nafasnya dan berusaha tersenyum. "Dre," panggil Shita pelan. Audrey mengusap wajahnya pelan lalu tersenyum ke arah Shita. "Gue nggak papa, kenapa lo nggak pulang? Senin kita ujian blok kan?" lanjut Shita.

"Ta, please lo itu lagi nggak baik-baik aja kenapa malah nyuruh gue belajar sih? Gue ini sahabat lo masa gue tega ngebiarin lo sendirian lagi?

Shita menggeleng pelan masih lengkap dengan senyumannya. "Karena lo sahabat gue makanya gue nggak mau kalau lo sampe ngulang blok. Kita harus lulus bareng-bareng, lo nggak mau?"

"Oke kayanya lo udah baik-baik aja karena bawel lo balik lagi! Kenapa lo malah makin ambis waktu pikiran lo lagi berulah gini sih?"

Shita terdiam. Ia juga tidak tahu. Yang selama ini dilakukannya hanya mengalihkan apa yang menjadi beban pikirannya menjadi sesuatu yang positif. Biasanya ia akan dua kali lipat lebih rajin. Benar apa yang dikatakan Audrey, otaknya seperti lebih encer ketika pikirannya sedang berulah. Meskipun terkadang ia ambruk karena tidak berhasil mengalihkan pikirannya. Terkadang ia memaksa Audrey untuk menemaninya belajar meskipun selang 5 menit sahabatnya itu lebih memilih menyumpal telinganya dengan earphone lalu tidur.

"Brian-"

"Lo yakin mau nanya mereka?"

Shita mengerutkan keningnya. Memangnya ada yang salah dengan perkataannya yang belum selesai ya?

110 : Sweet ChaosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang