110-06

237 43 2
                                    

When we first met
I got so nervous I couldn't speak
In that very moment
I found the one and
My life had found its missing piece
-Westlife, Beautiful in White-

***

"Woilah... Gila cewek yang kemaren bukan? Gercep banget lu Bri!" ujar Partha dengan nada bercanda. Ia sedikit melirik Brian. Ide gilanya muncul. Laki-laki dengan rambut hitam yang pada bagian depannya ia cat pirang tetapi tidak seluruhnya pirang. Hanya sebagian saja. Tatanan rambutnya sedikit aneh, untung saja wajahnya tampan. Jadi tidak masalah. Meskipun warna pirang dan hitam berselang-seling seperti itu, Partha masih terlihat tampan. Di dukung dengan kulit putihnya dengan wajah yang sedikit bule membuatnya cocok dengan gaya rambut apapun. Padahal kemarin rambutnya masih full pirang. Apa Partha punya banyak waktu untuk sekedar mewarnai rambutnya? Entahlah. Partha memang sangat suka mengotak-atik rambutnya.

Partha merentangkan tangannya untuk memeluk Shita. Ia tertawa kecil saat mendapati Shita memundurkan tubuhnya untuk menjauh, matanya kembali melirik Brian. Ah, temannya cemburu rupanya. Lihat saja, Brian dengan sigap merapatkan tubuhnya di samping Shita, sebelah tangannya merangkul bahu Shita. Partha bisa menebak apa yang akan terjadi selanjutnya. Shita akan melepaskan diri dengan sedikit kasar. Senyumnya melebar saat hal yang dipikirkannya benar-benar terjadi. Ia memasukkan kedua tangannya ke dalam saku jaketnya, mulutnya masih menahan tawa. "Udah jadian, nih?"

Shita membulatkan matanya, mulutnya sudah membuka untuk menjawab pertanyaan Partha tetapi tidak jadi karena kalah cepat dengan Brian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Shita membulatkan matanya, mulutnya sudah membuka untuk menjawab pertanyaan Partha tetapi tidak jadi karena kalah cepat dengan Brian.

"Pertanyaan lo aneh banget. Udah ah sono lo pergi!" Brian menoleh ke tempat Shita berdiri di sebelahnya. "Ayo Ta, masuk! Jangan diladenin orang gila kaya dia." Ujar Brian dengan lirikan mata ke arah Partha tepat di akhir ucapannya.

Partha terkekeh, "Ta, gue kasih tau mending lo jauh-jauh dari Brian deh! Psikopat dia!" Ucapnya sebelum melambaikan tangan kepada Brian dan Shita, kemudian ia melewati keduanya masih dengan tawanya yang belum usai.

"Bri, tunggu!" Shita berbicara dengan sedikit berteriak, setelah Brian berhenti berjalan dan mulai menatapnya, Shita kembali berbicara, "Kayanya aku harus pulang."

"Nggak, tadi aku udah janji buat nganterin kamu. Udah ayo masuk, yakin nggak mau ketemu sama Pandawa Lima? Kapan lagi ketemu artis kan?"

Shita memutar bola matanya malas. Brian sudah kembali menjadi laki-laki dengan kepercayaan diri yang luar biasa. Ya, walaupun memang benar ia dan kawan-kawannya adalah artis tetapi tidak semuanya mau bertemu artis kan? Buktinya Shita nggak mau tuh!

"Loh, Bang? Kok nggak masuk?"

Baik Shita maupun Brian langsung menoleh ke sumber suara. Shita tidak bisa menyembunyikan rasa terkejutnya, salah satu anggota Pandawa Lima yang Shita gilai karena pembuluh darahnya tercetak jelas di kulitnya tengah berdiri menatapnya. Siapa lagi kalau bukan Dewa. Shita menetralkan ekspresinya, Dewa tidak boleh sampai mencapnya sebagai perempuan bodoh karena wajah tololnya saat tercengang. Ia tarik kalimatnya yang sebelumnya, ia ingin bertemu Pandawa Lima terutama Dewa! Tunggu biarkan ia melirik ke arah tangan Dewa tepatnya untuk melihat pembuluh darah kesukaannya. Kali ini Shita tidak beruntung karena Dewa mengenakan setelan tuxedo berwarna abu-abu dengan kemeja berwarna navy.

110 : Sweet ChaosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang