110-25

44 7 1
                                    

You appeared in my dream last night
I was flying above the skyIn a distance beyond the reachI just looked at you and woke up

-DAY6, Above the Clouds-

***

Shita mengulurkan tangannya untuk menyentuh bahu Audrey. Sahabatnya itu tengah tertidur dengan posisi tidak nyaman di kursi sebelah ranjangnya. "Dre, bangun." Shita tidak tega membangunkan Audrey tetapi keinginannya untuk ke kamar kecil sudah tidak bisa ia tahan lagi. Sekali lagi Shita menepuk bahu Audrey hingga perempuan itu terbangun. Raut wajah Audrey langsung berubah menjadi penuh siaga meskipun kantung matanya tidak bisa disembunyikannya. "Gue mau ke kamar mandi, boleh minta tolong anterin gue?"

"Yaelah, Ta. Gue kira ada apa. Yaudah sok atuh."

Shita bersyukur sekali punya Audrey di sebelahnya. Perempuan itu selalu siap kapanpun Shita membutuhkannya. "Dre, mimpi itu datang lagi. Mereka ada di sana, bahkan di dalam mimpi itu gue beneran menemukan akhir."

"Apa lagi yang lo mimpiin?"

"Gue ketemu kedua orang tua gue. Mereka di sana meluk gue sambil nangis terus mereka pamitan buat pergi. Gue di sana juga bareng Bunda Dian."

"Terus ceritain apa yang mengganggu pikiran lo. Jangan dipendem sendiri, gue ada di sini karena gue temen lo. Sekarang lo ke kamar mandi dulu habis itu lo boleh cerita apa aja."

Audrey tersenyum hangat. Ia tidak perlu membayangkan bagaimana sesaknya wanita di depannya ini. Dari air mata Shita, Audrey sudah bisa menebak bagaimana ramainya kepala sahabatnya itu. Memang bukan ia yang merasakannya, tetapi jika harus berbagi kesedihan, Audrey tidak akan menolak. Karena menurutnya justru itu gunanya teman.

Kini Shita duduk di atas ranjangnya. Audrey berada di sebelahnya, perempuan itu bersikeras untuk menyuapinya. "Dre, thanks for everything. Gue enggak tahu betapa menyusahkannya gue, tapi makasih banyak lo udah peduli."

Audrey tersenyum, ia kembali menyuapi Shita sebelum menjawab perkataannya. "Makasih kembali, lo harus bertahan. Lo belum nemenin gue nonton konser Pandawa Lima loh, Ta!"

"Sialan, kalau lo mau gue suruh aja mereka berlima konser di apartemen gue nanti."

"Mentang-mentang lo deket sama bassist-nya sembarangan banget permintaan lo."

"Ngomong-ngomong mereka gimana?"

"Terakhir Partha bilang hasilnya masih kaya kemaren. Lo mau call Brian? Mereka bilang ntar sore baru bisa ke sini."

Shita hanya diam. Dengan ragu ia bertanya, "Boleh?"

"Boleh banget malah, Ta. Pake ponsel gue aja ya?"

"Oke habis gue habisin makan gue."

"Lo doyan makan makanan RS?"

"Demi Indomie di jam 3 pagi gue harus sembuh kan?"

Keduanya kemudian tertawa. Cuaca di luar memang tengah hujan tetapi mereka berdua harus tetap hangat.

***

"Halo?"

"Hi Bri! Sorry ganggu, Shita lagi kangen lo nih. Lo ada waktu?"

Brian tersenyum mendengarnya. Ia menyuruh keempat temannya diam sejenak.

"Siapa?" tanya Mahesa singkat.

"Shita," jawab Brian singkat.

"Cieeee berbunga gak tuh!"

"Diem enggak lo, gue cepuin ke Audrey nih!"

"Ampun Bri," kata Partha tanpa berniat mengakhiri sikap jailnya.

110 : Sweet ChaosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang