110-08

187 39 0
                                    

All right, you spent your day being so cautious
But just push aside your work and just follow me
All right, under the starlight, drive with me tonight
Feel the wind passing through your fingers

I don’t care where we go, it doesn’t matter if it’s not far
I just like this moment of leaving
I don’t care if it’s not for long, there’s no need to rush
Tonight, we’ll be together under that sky

So be free, don’t worry about tomorrow, don’t have a single care
So be free, just think that it’s just us
-Day6, freely -

***

Shita mempercepat langkah kakinya.  Ia mengutuk nasib sial yang mengikutinya hari ini. Tadi pagi ia harus terlambat masuk kelas karena perutnya yang tiba-tiba mulas, kalau saja ia membawa mobilnya kemungkinan ia tidak akan telat. Ia kira dengan menaiki ojek dirinya akan lebih cepat sampai tetapi ia salah, tadi pagi sudah 3 pengemudi yang men-cancel order-annya. Entah dapat ide dari mana, ia jadi memilih menaiki ojek untuk pertama kali dalam hidupnya. Ia hanya bermodal nekat saja, Shita rasa dalam waktu genting seperti tadi pagi, ia harus mengenyahkan pikirannya bahwa menaiki motor tidak begitu menakutkan. Yah, meskipun agak ragu tetapi tetap ia lakukan karena Shita pernah menaikinya bersama Brian. Sudah memulai hari dengan terlambat ia juga harus mengakhiri harinya dengan terlambat. Shita membuang nafas kasar, ia benar-benar mengutuk harinya, untuk kedua kalinya ia menyesal karena tidak membawa mobil. Kalau saja ia tidak memiliki praktikum yang memakan banyak waktu di laboratorium kampusnya, Shita akan sangat menghindari pulang malam begini. Kampusnya dengan apartemennya hanya terpaut 1km. Biasanya Shita mengandalkan kendaraan umum seperti busway, hanya diwaktu tertentu saja ia mengendarai mobil.  Namun, sekali lagi ia menyesali perbuatannya hari ini.

Shita mempertajam pendengarannya. Ia tidak mungkin salah dengar. Suara pukulan berulang sangat jelas dari tempatnya. Ia menambah kecepatan kakinya menjadi setengah berlari. Shita tidak mungkin menghampiri suara itu. Mendengarnya saja sudah berhasil membuat kakinya lemas apalagi harus melihatnya secara langsung. Bukan tidak ingin membantu, tetapi Shita hanya sedikit tahu beladiri tetapi ia tidak ingin ikut campur urusan orang lain. Terdengar egois ya? Namun sungguh , ia hanya menyelamatkan dirinya. Ia baru saja sembuh dan hidupnya memang diharuskan menghindari hal-hal yang mengancam seperti itu. Shita hanya tidak ingin gangguan kecemasannya datang dan semakin memperburuk keadaan. Ia memperlambat langkahnya saat gedung apartemennya sudah tinggal beberapa langkah lagi. Shita membuang nafas lega, lega karena satu minggu yang berat sudah berhasil ia lewati. Ia mengecek ponselnya sebelum masuk ke dalam kamar mandi. Ah, rupanya sekarang malam Minggu. Itu artinya ia akan libur esok hari. Senyumnya terbit saat membayangkan hari liburnya yang tenang dan damai. Fix, ia akan tidur seharian penuh!

"Iya, sebentar."

Shita baru saja hendak mengecek makanan yang bisa ia makan malam ini. Namun, bel apartemennya berbunyi. Oke, perkataannya barusan tidak mungkin sampai ke bagian luar apartemennya. Ia melihat dari interkom, matanya membulat. Pandawa Lima berada di depan apartemennya malam-malam begini? Bukan hanya satu orang! Semua anggota Pandawa Lima sedang menunggu untuk dibukakan pintu olehnya. Kepalanya mendadak pusing saat melihat raut wajah mereka yang kusut. Shita memejamkan matanya lalu menghembuskan nafas perlahan. Kenapa hidupnya terus-terusan terjebak dengan artis-artis ini sih?!

"Halo, Ta. Tolong kali ini aja bantuin kita. Kita janji nggak bakal ngapa-ngapain." Ucap Yasa memohon. Kedua tangannya membantu Brian dan Partha yang tidak bisa berdiri tegak. Di belakangnya ada Mahesa yang juga membantu Dewa. Hanya wajah Mahesa dan Yasa yang tidak lebam sama sekali. Jangan ditanya bagaimana anggota lainnya, sudah pasti penuh lebam.

110 : Sweet ChaosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang