"Maaf kami terlambat!"
Mata kelinci Irene dengan wajahnya yang lucu langsung mendongak ketika mendengar suara yang tidak asing ditelinganya, ia mencari suara itu seharian!
Karena waktunya yang sempit dan mereka berempat belum mengganti seragam, semuanya langsung kalang kabut untuk membantu mereka bersiap,
Siswa yang lain sudah duduk dibarisannya, Auditorium pertunjukan itu memiliki 3 tingkat tribun penonton, semua siswa mengisi tribun atas sementara para orang tua mengisi lantai dasar,
Tatapan Irene dan Seulgi saling bertemu salah tingkah, Sejak pagi Seulgi mulai kembali dingin kepadanya, dia meninggalkan timnya pun tanpa sepengetahuan yang lain,
Selama Seminggu pekan eksebisi ini dihelat, untuk pertama kalinya mereka duduk saling berjauhan, hari-harinya bersama Seulgi yang mulai tidak peduli dengan keadaan orang tua mereka dan menunjukkan sikap possesivenya ditempat umum rasa-rasanya akan menjadi tinggal kenangan mulai malam ini.
ayah Seulgi yang keras itu dan Seulgi yang terlalu penurut pastinya akan kembali menumbalkan perasaan Seulgi, tahun lalu kejadian hampir serupa namun lebih menyedihkan terjadi diantara mereka, Seulgi tidak ingin melihatnya, tidak mau mengenalnya, mengingat apa yang mereka lalui bersamapun tak mau diungkitnya.
Irene tertunduk sedih, jemari tangannya tertaut gelisah, seperti de Javu ia tak asing dengan perasaan sesak yang melingkupi hatinya malam ini,
ia kembali menoleh kearah Seulgi yang duduk beberapa bangku darinya, badannya yang tegap terlihat tegang, sesaat Irene terhenyak, mata mereka kembali dalam tumpuan, Seulgi dan Sorot matanya yang ambigu, tersirat rasa takut atau ragu ia mendadak kelu, gubahan waltz yang dimainkan epic oleh kelompok orchestra tim lain tidak membuat hatinya menari, suasana hari ini memang sangat menjengkelkan untuk mereka berdua,
Malam ini berakhir dengan penutupan seluruh pertunjukan music klasik yang sangat memanjakan indera, para pemain Individu dan tim yang menang mendapatkan medali dan Piala kebanggan dihadapan orang tua mereka, Presiden Republik Korea dan tamu kehormatan dari negara lain terlihat menikmati jamuan dan pertunjukan malam ini,
"Biar selebihnya Bibi yang mengurus, fokus dengan sekolahmu sampai ibumu selesai dengan urusannya, kau mengerti??"
Tatapan optimis itu membuat beban dalam pundak Seulgi terangkat, Yeji sepupunya tersenyum senang lalu memeluknya dengan senang, sebelum acara tersebut selesai Semuanya berbaur bertemu orangtua masing masing, temu kangen itu dibolehkan hingga pukul 00.00 dini hari dan kesempatan itu sangat dimanfaatkan oleh siswa yang jarang bertemu orang tua mereka
"Jennieku terlihat betah, tidak mau pulang?"
"Ihh.. jangan dulu, aku harus giat belajar untuk semester depan" >v<
Tawa lepas Ibunya terdengar bahagia, seingatnya Jennie ingin sekali meninggalkan sekolah ini dan tidak mau menjalani kehidupan sekolah asrama,
masuk di sekolah ini adalah sebuah keberuntungan untuknya, sekolah ajaib ini adalah dunia yang tidak akan pernah bosan ia jalani tiap hari, Walau kurikulumnya sangat berat dan membutuhkan banyak tenaga untuk mengejar pembelajarannya, ia tak pernah menemukan sekolah dengan 70% kehidupannya adalah bertualang sambil bersenang-senang.
Sementara disisi yang lain Irene tidak tahu harus berapa banyak tamu negara yang diperkenalkan orangtuanya malam ini dan anak dari para petinggi petinggi itu, walaupun satu sekolah, tapi jika dikenalkan secara pribadi oleh Presiden Korea Selatan rasa rasanya itu menjadi sebuah kebanggaan dan hal yang patut membuat dagumu mendongak sombong seminggu full,
Irene terlalu jauh dijangkau walau ia berada tepat diseberang kelas, sejurusan saat mengambil buku di perpustakaan dan bahkan berseberangan meja saat makan siang, pribadinya yang dingin dan sering menghindari kegiatan yang berkerumun membuat banyak kesempatan untuk mendekatinya di Revelhouse menjadi sia sia,

KAMU SEDANG MEMBACA
[SEULGI x IRENE] THE HEIRS || FINALLY END
Narrativa generale"SELAMAT DATANG DI SEKOLAH PARA PEWARIS" sekolah asrama wanita yang misterius, romantisme yang tak terelakkan, pesona pesona para pewaris yang bergelora,