PROLOG

1.4K 127 10
                                    

Ruangan itu luas, bergaya Eropa klasik dengan furnitur mahal serta berbagai macam artefak unik dan langka yang menghiasi tiap sudut. Aura yang cukup mencekam membuat ruangan dengan pencahayaan minim itu terasa menyesakkan.

Seorang gadis berambut merah keemasan dengan netra hijau kutukan Avada Kedavra duduk dengan pandangan menerawang. Jari-jemarinya memilin sepucuk surat dengan gerakan teratur, sementara pikirannya melayang entah kemana.

Kemanapun itu, sama sekali tidak mengganggu fokus seorang lelaki yang duduk di atas sofa dengan jarak beberapa langkah darinya. Netra kelabunya memindai tiap kata yang tersusun dalam buku tua di pangkuannya, menikmati bacaan dalam ketenangan dan sama sekali tidak kesulitan dengan tingkat pencahayaan minim.

Sesaat kemudian, suara gadis 13 tahun itu terdengar. "Aku harus membawanya kemari."

Lelaki itu menghentikan bacaan, hanya untuk menatap Sang Lady dengan rumit. Untuk kali ini, pikirannya terganggu.

"Pikirkan baik-baik. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi ketika mereka menyadari bahwa Boy-Who-Lived menghilang dari Privet Drive." Suaranya tenang, tapi pandangan tajam itu tersirat kekhawatiran.

Sang Lady terdiam sejenak dengan pikiran rumit. Sesaat kemudian, keputusan finalnya terucap. "Sudah cukup, Father! Tidak peduli meski Dumbledore atau Voldemort akan mencariku nanti."

Lelaki itu sepenuhnya mengalihkan perhatian pada Sang Lady yang telah beranjak dari duduknya hanya untuk berbalik dan melihat pemandangan hutan dari balik kaca jendela.

Menghela napas pelan, Sang Lady kembali ke mejanya untuk mengambil surat yang dipegangnya tadi, membacanya sekali lagi untuk memastikan tidak ada kesalahan dalam keputusannya. Lelaki itu memperhatikan dalam diam.

"Kita akan menjemput Harry malam ini. Takkan kubiarkan dia bertemu Si Menteri gila jabatan menyedihkan." Suara dingin Sang Lady membuat ruangan makin mencekam.

Walaupun begitu, lelaki itu tetap tersenyum kecil. "Kalau begitu, persiapkan dirimu, Flower. Kita ke Britania Raya sekarang."

Keduanya segera meninggalkan ruangan, dengan surat berstempel Hogwarts yang tergeletak membisu di atas meja.

Dear Miss Potter.

Aku telah menerima suratmu dan Hogwarts bersedia menerima kedatanganmu. Aku paham apa yang terjadi padamu dan Mister Potter adalah sesuatu yang tidak diinginkan.

Akan kuusahakan agar tidak ada seorangpun yang tahu sampai kau sendiri yang memberitahu pada dunia. Jika kau butuh, aku akan ada untuk membantumu. Meski aku punya firasat kau tidak akan sama seperti kakakmu.

Kami akan menyambutmu di tahun ajaran baru. Pastikan kau mempersiapkan diri dengan baik untuk tahun ketigamu.

Dengan hormat,
Minerva McGonagall.

___________________

Hoy!
Aku kembali dengan cerita baru
Hogwarts lagi^v^
Cheese! Aku bahkan belum selesaiin cerita lain, dah mulai cerita baru
Dasar otak gk sinkron:v
Dah, daripada curhat mending fokus imajin dulu, hehe
Yaudah ya, byebye

The Broken ProphecyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang