Tak!
Dari seberang meja, Theo menatap ngeri pada daging asap yang sudah tidak berbentuk dan terurai di piring bagaikan usus yang dipotong-potong dan- dan Theo hampir memuntahkan kembali ayam kalkunnya.
Kebanyakan Slytherin menjauh dari sekitar anak tahun ketiga karena suasana di sana sedikit suram. Beberapa memilih bertahanーatau mungkin mencobaーdengan gemetar yang susah payah mereka hentikan.
"Jangan memainkan makanan seperti itu, Potter." Jiwa ibu Blaiseーjulukan dari Dracoーmuncul ketika melihat gadis itu sama sekali tidak makan dan malah sibuk menguliti daging tidak bersalah.
Azalea yang pada dasarnya bad mood secepatnya mendelik tajam, membuat nyali Heir Zabini menciut seketika. Gadis itu menaruh peralatan makannya, tiba-tiba kehilangan selera makan.
"Bagaimana aku bisa makan di suasana seperti ini? Seolah pak tua itu punya hak untuk mengubah Samhain yang suci menjadi penuh dengan benda-benda muggle menjijikkan ini."
Trio Silver Slytherin menoleh penasaran, terkejut dan sedikit kagum dengan apa yang diutarakan Si Bungsu Potter. Selama ini tidak ada yang pernah menghina Kepala Sekolah secara terang-terangan seperti ituーbahkan Slytherinーapalagi Potter yang dikenal pendukung cahaya, anak emas Dumbledore.
"Kupikir kau bertoleransi dengan acara seperti ini. Apa namanya? Halloween?" Blaise berbicara.
Azalea mendelik tidak terima. "You're kidding me, Zabini? Sebagai pureblood yang hidup di Wizarding World selama 13 tahun, kau pikir aku bisa bertoleransi dengan perayaan seperti ini? Cheese! Bahkan Isolt Sayre tidak membiarkan keturunannya mengubah satupun tradisi penyihir di Ilvermorny."
Pansy memajukan tubuhnya, bersuara pelan dengan penasaran. "Jadi benar kau seorang pureblood?"
Azalea menatap datar. "Aku tidak suka mengulang perkataanku, Parkinson."
Gadis berambut hitam itu mengangkat bahu cuek. "Aku hanya memastikan. Lagipula, orang-orang yang sudah membaca buku berisi biografi Harry Potter pasti tidak akan mudah percaya dengan perkataanmu."
"Kau pureblood?" tanya Draco di sampingnya. Blaise dan Theo juga ikut menoleh penasaran, sejenak lupa dengan tata krama yang sudah mereka pelajari bertahun-tahun untuk tidak berbicara selama berada di meja makan.
Azalea merenggut. "Ck, akan aku kutuk siapapun yang sudah menulis buku itu. Ibuku bahkan bukan Evans dan mereka dengan seenaknya menulis tentang Harry Potter yang terlahir dari rahim seorang wanita muggleborn."
"Bukan Evans? Lalu apa?" tanya Draco lagi.
Azalea mengangkat satu alis pada keempat wajah penasaran. "Sebegitunya kalian penasaran? Yakin? Karena kupastikan kalau kalian rajin membaca silsilah keluarga pureblood, kalian pasti terkejut."
"Katakan saja. Terkejut atau tidak itu urusan belakangan," ucap Theo.
"Kenapa kalian penasaran?"
Itu bukan Azalea, melainkan seorang pemuda dengan seragam merah yang berdiri tepat di belakang Azalea. Gadis itu menegakkan punggung, merasakan hawa tak mengenakkan di belakangnya dan kemudian seseorang itu duduk di sebelah kirinya.
"Aku hanya bertanya," ucap Draco sambil mengernyit, jelas terganggu dengan kehadiran salah satu singa merah. "Apa yang kau lakukan di sini?"
"Ngomong-ngomong, Azalea, aku mendengar sesuatu yang menarik tadi siang." Sepenuhnya mengabaikan pertanyaan Draco, pemuda itu tersenyum manis, dan setiap Slytherin yang mencuri pandang ke arahnya bisa mengartikan senyum itu sebagai tanda bahaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Broken Prophecy
Fanfiction[Harry Potter Fanfiction] You as Azalea Lilyan Potter - Tahun ketiga hampir dimulai ketika Harry mendapati dirinya dibawa oleh seorang pria tidak dikenal ke rumah yang terlihat asing tapi terasa familier. Harry tidak bisa untuk tidak terkejut ketika...