8 - Friends!?

761 109 19
                                    

Para siswa maupun guru tidak ada yang tahu apa yang terjadi antara kedua rival besar Hogwarts. Jadi, ketika Trio Emas Gryffindor berpapasan di tengah koridor menuju kelas DADA pagi itu, mereka yang berada di koridor langsung siap-siap mengungsi.

Namun, hal yang selalu terjadi sepertinya tidak lagi pagi itu. Dari pihak Harry maupun Draco hanya saling menatap tajam, bahkan terlihat seolah-olah ada percikan listrik di antara mereka.

Tapi, tiba-tiba saja aksi tatap-menatap itu berhenti ketika seseorang memukul belakang kepala Harry, membuat pemuda itu menatap si pelaku dengan kesal.

"Jangan terlalu lama." Azalea menatap kesal dengan kaki yang mengetuk-ngetuk lantai tidak sabar.

Harry memberikan senyum bermakna ganda dan kembali memusatkan perhatiannya pada Malfoy, mengabaikan Sang Adik yang mendelik tajam.

Draco Malfoy mengangkat satu alisーmeski benaknya berseru hebohーketika Potter mengulurkan tangan kearahnya. Pemuda Gryffindor itu terlihat kikuk, tapi tekad dalam zamrud-nya membuat Draco tertegun.

"Maaf sebelumnya, untuk penolakanku dua tahun lalu." Harry tersenyum. "Harry Potter, senang berkenalan denganmu."

Keempat Slytherin mematung, terlalu terkejut untuk bisa berkata-kata. Begitu pula para siswa di sekitar yang malah heboh sendiri melihat kejadian langka itu.

Draco Malfoy telah dibutakan oleh perasaan iri dan kebencian ketika Pahlawan Dunia Sihir, orang yang selalu ingin dia jadikan teman, menolak uluran tangannya bahkan sebelum mereka resmi menjadi murid Hogwarts. Harga dirinya terasa diinjak-injak, dan dia berjanji akan membalas berkali-kali lipat pada Boy-Who-Lived yang pernah menolak uluran tangannya.

Tapi, tidak pernah selama 13 tahun hidupnya ada orang yang sejenis Harry Potter, anak laki-laki yang bertahan hidup yang kini mengulurkan tangan pertemanan di depannya. Jika saja langit Irlandia mengalami badai saat ini, Draco pasti mengira pewaris Potter itu sudah gila.

"Jangan menatapku seolah aku baru bangkit dari kubur, Malfoy. Aku serius! Dan aku tidak mau mengulang perkenalan memalukan ini dua kali jadi putuskan sekarang atau tidak sama sekali."

Draco terkesiap. Rupanya dia melamun.

Wajah angkuh dipasangnya dengan sempurna, meski Potter hampir merotasikan matanya melihat kegembiraan dalam netra perak itu.

"Imbalan apa yang akan kudapat jika berteman denganmu, Potter?"

Ron menggeram dengan marah. "Harusnya kau bersyukur Harry mau berteman dengan ular berlendir sepertimu, Malfoy!"

Menautkan alisnya, Draco terlihat terhina. "Lalu bagaimana denganmu yang hanya suka bersembunyi di balik punggung Scarhead ini, huh?"

Ron terlihat siap meledak, jika bukan karena Harry yang menahannya. Pemuda berambut merah itu hampir menerjang dengan mantra kutukan ketika melihat seringai mengejek muncul di wajah aristrokat Malfoy.

"Tujuanku bukan untuk berkelahi, Malfoy." Harry menatap datar, hampir terlihat dingin hingga membuat para Slytherin terkesiap. "Aku tidak bisa memberikan apapun padamu, tapi...."

Harry mengangkat dagu, terlihat sama angkuhnya dengan Malfoy hingga membuat para Gryffindor menganga.

"... Kau pasti tahu apa keuntungannya, karena jika tidak, kau tidak akan mengulurkan tanganmu di tahun pertama. Lagipula, aku memang memiliki sesuatu yang tidak kau miliki 'kan, Malfoy?"

Setelah kalimat terakhir Harry, Malfoy tidak mengatakan apapun hingga membuat suasana menjadi mencekam. Kemudian, Malfoy tertawa. Tawa jahat yang membuat para Hufflepuff berlari ketakutan.

"Aku tahu kau itu menarik untuk dijadikan teman, Potter. Jika saja aku tahu kau segila ini." Malfoy menyeringai, menerima uluran tangan pewaris Potter. "Draco Malfoy."

The Broken ProphecyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang