"Aku tidak peduli. Di manapun lebih baik daripada di sini."
Harry benar-benar mengatakannya dan tidak ragu keluar dari rumah Dursley bersama koper besar di tangannya.
Yah, setidaknya sebelum dia tahu kalau dia sedikit menyesal. Harry sudah tidak tahan. Peristiwa membuat bibinya mengapung di udara bagaikan balon adalah hal terakhir yang disesalinya karena tidak bisa mengontrol kekuatannya sendiri.
Harry akui, sekarang dia benar-benar bingung. Bagaimanapun, Dursley adalah keluarga yang merawatkan sejak dia kecilーdengan cara mereka sendiri. Harry tidak tahu harus ke mana lagi.
Setidaknya, Harry sudah siap dengan apapun konsekuensi yang akan dihadapinya setelah membuat Bibi Marge melayang tanpa keinginannya. Mungkin sedikit skors dari kementerian? Atau mungkin dikeluarkan dari Hogwarts? Well, Harry agak khawatir dengan hal itu sebenarnya.
Tidak tahu harus apa, Harry memilih duduk di trotoar dekat taman bermain dengan koper besar yang ditaruh di sampingnya. Harry menghela napas panjang, mengeratkan jaket birunya yang tipis ketika merasakan udara yang cukup dingin.
Angin bertiup menemani suasana yang sedikit mencekam. Suara peralatan taman bermain berbunyi dramatis, dan selanjutnya, Harry tidak bisa untuk tidak terkejut ketika dua orang penyihir muncul di depannya dengan Apparate.
"Halo Harry." Seorang gadis menyapa dengan senyum tipis.
Harry seketika berdiri, mengacungkan tongkat dengan waspada. "Siapa kalian? Bagaimana kau tahu namaku?"
Bukannya takut, Si Gadis terkekeh geli kemudian membungkuk singkat, memperkenalkan diri. "Salam hangat. Senang bertemu denganmu, kakakku yang manis. Ini bukan pertemuan pertama kita, tapi aku akan memperkenalkan diri dengan baik karena kuyakin kau sudah melupakanku."
Harry melihat setitik kesedihan dalam netra hijau yang identik dengannya itu. "Namaku Azalea Lilyan Potter, kembaranmu. Kita berbeda 1 hariーcukup lamaー, kalau kau ingin tahu."
Bola mata Harry melebar penuh keterkejutan. "K-kembar? Aku ... punya saudara?"
Azalea melihat banyak ekspresi dari wajah Gryffindor muda di depannya. Tapi, satu hal yang pasti, Harry terlihat lebih bahagia dari sekedar keluar dari rumah Dursley.
Azalea tidak tahan. Gadis itu melangkah hanya untuk memberikan satu pelukan hangat pada Sang Kakak. Berbeda dengan Harry yang sedikit terisak, Azalea hanya tersenyum tipis dengan tangan mengelus punggung Harry perlahan.
Seorang lelaki yang sejak tadi diabaikanーmeski dia juga tidak begitu peduliーmengerutkan dahi dan melambaikan tongkat, mengucap mantra non-verbal dan setelahnya, seekor anjing berukuran abnormal muncul di hadapan ketiganya.
Azalea melepas pelukannya dan menatap seekor anjing hitam yang kini berubah menjadi seorang pria berpenampilan lusuh. Netra segelap malam itu menyorong tajam, membuat Azalea menyeringai.
"Well, look who's here. Harry's godfather, Sirius Orion Black. Senang melihatmu kembali dari Azkaban, Padfoot."
Sirius Black hampir merapalkan mantra dengan tongkatnya ketika gadis yang mirip Lily itu berbicara, membuatnya mengerutkan dahi. "Kau tahu aku?"
Sesaat kemudian, Animagus itu memasang raut terkejut dengan tidak elit, sangat di luar presensinya sebagai Lord Black. "Tunggu! Kau ... Azalea?" Matanya beralih ke seorang lelaki asing, dahinya berkerut lagi. "Dan kau ... terasa familier, tapi aku tidak dapat menebak siapa."
Alis terangkat anggun dan Sirius bisa menebaknya sebagai seorang Pureblood Slytherin, lelaki itu menyeringai sinis. "Ho! Aku bertemu Slytherin lagi setelah sekian tahun."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Broken Prophecy
Fiksi Penggemar[Harry Potter Fanfiction] You as Azalea Lilyan Potter - Tahun ketiga hampir dimulai ketika Harry mendapati dirinya dibawa oleh seorang pria tidak dikenal ke rumah yang terlihat asing tapi terasa familier. Harry tidak bisa untuk tidak terkejut ketika...