9 - Deep Talk

712 98 24
                                    

Berita mengenai dua pewaris keluarga pureblood yang saling berdamai dan memulai hubungan pertemanan menjadi berita hangat di dunia sihir Inggris.

Peristiwa yang disaksikan setengah penghuni Howarts di koridor pagi itu rupanya telah terbawa hingga ke telinga para keluarga pureblood serta kementerian sihir.

Bahkan Daily Prophet menulisnya di halaman utama, membuat Harry hampir tersedak ketika membaca koran yang baru saja dibawa Hedwig saat makan siang.

DUA MUSUH BEBUYUTAN HOGWARTS BERDAMAI
Pergerakan Generasi Baru

Ron yang baru saja membaca bagian judul hampir terjungkal ketika koran yang dipegang sahabatnya terbakar di tangannya.

Hermione yang duduk di depan keduanya mematung dengan tatapan lurus kepada sahabat yang telah dianggapnya adik; baru tahu kalau Harry bisa menggunakan Wandless Magic.

"Jika Lea melihatnya, bukan hanya koran yang akan dia bakar," ucap Harry sebelum Ron sempat protes.

"Aku tidak tahu kalau kau bisa menggunakan wandless magic, Harry." Hermione akhirnya mengutarakan isi pikirannya.

Mendengarnya, pemuda itu tersenyum lebar. "It's brilliant, Mione! Kalau kau mau, akan kuperkenalkan pada orang yang melatihku."

"Memangnya siapa yang melatihmu?" tanya Ron penasaran.

Harry tersenyum kikuk. "Maaf, aku tidak bisa memperkenalkannya sekarang."

"Itu benar. Dia bukan orang yang bisa dipublikasikan secara sembarangan."

Ketiganya serempak menoleh ke si bungsu Potter yang entah sejak kapan berdiri di belakang Sang Kakak dengan senyum tipis. Gadis itu kini terlihat berbeda dengan dress victorian era bertema putih-hitam yang dipadukan dengan jubah navy.

Harry menatap penasaran. "Kau mau kemana?"

Alih-ali menjawab, Azalea berbalik dan sebelum melangkah gadis itu berkata, "ikuti aku."

Harry segera menyusulnya, diikuti kedua sahabatnya. Meskioun penasaran, mereka tetap membiarkan Harry yang bertanya karena merasa belum terbiasa dengan keberadaan Slytherin di dekat mereka.

Azalea mungkin tidak memiliki tatapan merendahkan, angkuh, ataupun berpendapat bahwa 'Kemurnian Darah adalah Segalanya'. Hanya saja, waktu yang mereka habiskan bersama Slytherin hanya diisi oleh perkelahian, makian, serta perang mantra. Butuh waktu untuk membiasakan diri dengan hal baru yang hampir tidak pernah terjadi.

Disisi lain, Harry berusaha menahan lidahnya untuk tidak bertanya, karena dia tahu pada akhirnya dia tetap akan mendapat jawabannya.

Ketika keempatnya menginjakkan kaki di depan dinding kosong, mata Harry membola, menyadari tempat tujuan mereka saat ini, terutama ketika Sang Adik mondar-mandir dan muncullah pintu yang sebelumnya tidak ada.

Hermione dan Ron menghela napas takjub, menyadari bahwa mereka tidak cukup tahu apapun mengenai sekolah mereka, dan bahwa ada banyak tempat tersembunyi dan hanya akan terlihat oleh beberapa orang terpilih.

Ketika pintu terbuka, pemandangan ruang santai bertema 4 warna Hogwarts memanjakan pandangan. Ada 2 sofa panjang dan 1 single sofa yang mengelilingi 1 meja kecil beralaskan karpet beludru, dapur dengan pantri kecil di sisi lain ruangan, perapian yang menghangatkan ruangan ditemani lilin-lilin melayang yang membantu penerangan. Lambang Hogwarts yang didampingi keempat bendera asrama menjadi sentuhan terakhir.

"Silahkan duduk."

Ketiga Gryffindor duduk dengan canggung, terutama karena ada empat Slytherin yang menatap tajam ke arah mereka; Malfoy yang duduk di single sofa, sementara 3 lainnya duduk di sofa panjang yang berhadapan dengan perapian.

The Broken ProphecyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang