13 - Erst and Sorrow

473 76 11
                                    

Hellow yellow mellow👋🏻

Ada yang masih menunggu cerita ini?

Atau nunggu saia😌 /plakk kepedean

Maaf ya baru up setelah berabad2
Aku yah bisa dibilang (sok) sangat sibuk, hehe

Kidding

Sebenarnya setelah kesibukan kampus dan persiapan akhir tahun, aku sakit. Untungnya sekarang udah mulai sembuh jd dikit2 bisa lanjutin cerita.

Makanya double up, hehe

Semoga suka chpt kali ini

_________________

"Cukup untuk hari ini." Lily tersenyum. "Istirahatlah dulu, Mom akan membuat camilan."

Kedua kembar Potter sama-sama merebahkan tubuh mereka di rerumputan. Meski dengan napas tersengal-sengal keduanya tetap tertawa sembari menatap awan yang menghiasi langit cerah hari itu.

"Wah! Aku tidak tahu kalau Mom akan sehebat itu." Harry berdecak kagum.

"Yah, ini juga pertama kali bagiku," ucap Azalea.

Harry sontak menoleh. "Mom tidak pernah mengajarimu?"

Azalea mengubah posisinya menjadi terkurap dan memainkan sihirnya dengan rumput. "Aku selalu berlatih dengan pendiri Hogwarts dan Merlin karena Mom dan Dad takut terlalu banyak residu sihir mereka akan menarik perhatian Kementerian maupun Orde."

Harry mengangguk paham. "Ngomong-ngomong, aku masih penasaran dengan Orde Phoenix dan kenapa Mom dan Dad memutuskan untuk beralih ke pihak netral. Padahal dulu mereka sangat memercayai Profesor Dumbledore."

Azalea berdecih dalam hati ketika nama kepala sekolah disebut. "Tujuannya memang baik, tapi terlalu banyak kebohongan dan orang-orang yang mati untuk tujuan itu. Berbeda dengannya, Voldemort punya tujuan yang mengerikan tapi dia tidak berbohong."

"Dad bilang dia manipulatif."

"Voldemort tidak dibesarkan dalam keluarga penuh kasih sayang seperti Dumbledore. Dia menggunakan rasa takut sebagai senjata, sementara para orang dewasa selalu merasa diri mereka benar dan seolah tahu apa yang terbaik bagi dirinya tapi tidak pernah mengajarinya arti dari menjadi seorang penyihir."

Harry tertegun. Azalea selalu tahu lebih banyak dari dirinya hingga terkadang dia tidak yakin apakah mereka memiliki umur yang sama. Tapi tidak mungkin untuk langsung bertanya.

"Tidak ada yang melarangmu untuk bertanya, Harry. Kau penasaran dengan apa yang kutahu 'kan?"

Harry tersenyum tipis. "Apa kau penerawang atau sedang membaca pikiranku?"

Azalea kembali mengubah posisinya, kini dia duduk sembari menatap Sang Kakak dengan sendu. Harry merasa tidak tenang. Apakah itu ada hubungannya dengan pertanyaan terbesarnya selama ini?

"Aku akan menceritakan apa yang sebenarnya terjadi malam itu, tapi sebelum itu ada hal yang harus kau ketahui."

Harry ikut mengubah posisinya menjadi duduk. "Aku mendengarkan."

The Broken ProphecyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang