02

127 10 5
                                    

Pagi~

Seperti biasa, Heeseung bangun lebih awal dari 2 adiknya. Dia mulai membereskan rumahnya, walau hanya sebagian.

Setelah selesai membereskan rumah, dia masuk kekamar lagi dan keluar kamar dengan pakaian berbeda. Hari ini Heeseung harus melanjutkan pekerjaan ayahnya yang sudah menjadi kewajibannya.














































Ting tong

Jake yang lagi sibuk berkutat dengan laptop di depannya, seketika menoleh kearah pintu.

'Siapa yang datang?' tanpa banyak tanya Jake bangkit dari sofa lalu berjalan menuju pintu utama rumahnya.

"Siang tuan Jake"

Seorang laki-laki memakai pakaian serba hitam, membungkukkan badannya kepada Jake yang di balas bungkukkan sopan dari Jake kembali.

Jake mengajak tamu itu masuk kerumahnya, dibalas anggukan dari sang tamu lalu masuk ke rumah Jake.

"Ada apa kesini" tanya Jake tegas.

"Saya ingin memberitahu, kasus pencarian pembunuhan dua tahun yang lalu. Sudah di tutup" jawab laki-laki itu to the point

"Saya membawa berkasnya" laki-laki itu mengeluarkan kertas dari tasnya dan menaruh kertas itu diatas meja.

Jake mengambil surat itu lalu membaca isinya, sedetik kemudian dia tersenyum miring.

"Thanks" Jake menyimpan kertas itu diatas keyboard laptopnya, laki-laki itu mengangguk dan berdiri dari sofa.

"Saya pamit dulu, permisi" pamitnya lalu berjalan keluar rumah Jake dan memasuki mobilnya

Jake menutup pagar rumahnya, sambil berjalan menuju rumah. Dia terus tersenyum.

'Bukankah kalau seperti ini mudah?'































Saat ini Ni-Ki sedang duduk sendiri di rooftop sekolahnya, dia masih belum puas dengan kejadian 2 tahun yang lalu itu.

"Ganggu" gumamnya, matanya yang tajam melihat setiap sudut tempat itu.

"Kalau kak Jake gak datang waktu itu pa–"

"Ni-Ki?" suara seseorang membuat Ni-Ki terdiam. Dia kenal, sangat kenal dengan pemilik suara ini.

"Numpang duduk bentar doang" Jungwon duduk di kursi yang berjarak 1 meter dari kursi Ni-Ki.

Ni-Ki memutar bola mata malas, dia lebih baik pergi ke kantin daripada bertemu dengan saudara yang dia benci semenjak 2 tahun yang lalu.

Brak

Jungwon terkekeh melihat itu, dengan tangan kanan yang memegang susu kotak. Tangan kirinya dia gunakan untuk mengotak atik ponselnya.

"Kalau kak Jake gak datang waktu itu pa–"

Jungwon tersenyum kecil setelah memutar rekaman suara yang barusan dia dapatkan.

'Menyembunyikan sesuatu, Ni-Ki?'











































Ruangan kantor saat ini terdengar lebih sunyi, daripada awal mereka baru datang.

"Jake, gak datang?"

"Ada urusan pribadi, katanya" jawab Jay malas. Dia malas berurusan dengan dua orang dihadapannya.

Heeseung memijat pangkal hidungnya, lelah. Kenapa Jake tidak bilang dengannya?

Walaupun mereka saling membenci satu sama lain, Heeseung tentu saja tetap peduli dengan adik-adiknya. Setidaknya, mereka bisa kerjasama walau hanya di kantor. Itu aja.

"Bukan urusan pribadi, tapi dia berusaha menutup kasus itu" Sunghoon menatap Heeseung dan Jay sambil tersenyum miring.

"Walaupun pelaku sebenarnya, Jay" lanjut Sunghoon lalu dia meraih botol minumnya.

Jay mengepalkan tangan menahan amarahnya, Heeseung yang melihat itu menghembuskan nafas kasar.

"Berhenti cari masalah dikantor" ujar Heeseung setelahnya dia keluar ruangan rapat itu.

Sunghoon mengindikkan bahu acuh saat Jay menatap dia sinis seakan ingin membunuhnya saat ini juga.

'Tatapannya mengatakan kalau dia memang, pelakunya'



































Sunoo memutar kunci mobilnya malas, sudah 10 menit lamanya dia menunggu sang adik keluar dari sekolah nya.

Brak

Ni-Ki masuk ke mobil Sunoo dan menutup pintu mobilnya dengan keras. Nafasnya tidak beraturan, bahkan dia menatap nyalang siapa saja.

"Kamu i–"

"Aku ingin pulang, dirumah aja kakak marahnya" Ni-Ki menyandarkan punggungnya di kursi mobil lalu memejamkan matanya.

Sunoo langsung melajukan mobilnya, namun sebelumnya. Dia melihat Jungwon tersenyum miring kearahnya saat mobil dia bertepatan dengan tempat Jungwon berdiri.

Treason | ENHYPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang