[Mulai chapter ini hingga seterusnya. Adegan berdarah, perkelahian, bahasa kasar dan hal tidak baik lainnya akan bertebaran. Pembaca yang baik diharap tidak menjadikannya contoh!]
___
_'Semesta, izinkan aku pergi. Menghilang bersama bintang di waktu fajar dan sepenuhnya hilang di tengah teriknya sang raja siang yang menyinari....'_
.
.
.|suatu pagi...
Pukul 03:00 am.
--Tiga minggu sebelum IT Project dilaksanakan.Langit malam menjadi saksi, kekejaman takdir pada manusia. Sebuah hukum yang tak akan pernah hilang dari dunia kini menyatakannya sekali lagi.
'Yang kuat yang bertahan dan yang lemah akan binasa.'
Tsukiyo Haku. Rasa sesak yang menjalar melewati seluruh tubuh bukti akan kekejaman takdir, Haku tahu apa yang dia perbuat adalah satu hal yang salah. Namun beginilah dunia luar, jikalau ia bersikap lemah ia yang akan kalah sama seperti seonggong manusia hina yang terkapar tak berdaya di lantai.
Haku berjalan termundur, wajahnya sedikit terkena noda darah. Darah yang bercampur antara darahnya dan darah orang itu. Datar, Haku nampak kosong---hampa.
Bahkan apa yang telah ia perbuat terhadap manusia itu yang kini hampir sekarat.
"Ne, Hakkun. Apa kau merasakannya?"
Suara yang lirih penuh penekanan datang melewati telinga, Haku hanya melirik lewat ekor mata menatap siluet gadis usia 18 tahun. Manik Blue Haku serta ungu gadis itu sempat beradu sebelum Haku lebih dahulu memutus.
"Kalau rasa bersalah kurasa tidak," jawab Haku datar. Gadis itu mengangguk kecil, mendongak menatap langit yang gelap tanpa cahaya.
"Bagaimana dengan sesuatu yang sesak entah karena apa?" tanya gadis itu lagi.
"Ya, dan itu sangat mengganggu. Andai bisa aku mengeluarkannya, tapi ... sesak ini tak jelas adanya di mana," jawab Haku. Pemuda surai soft itu mencengkram kuat dada, berharap bisa mengurangi rasa sesak yang berpindah--pindah.
Andai Haku tau di mana titik rasa sesak itu bagaimanapun ia akan mengeluarkannya, jantungkah atau hati?
"Maaf ya, Haku. Aku tidak bisa banyak membantu," ucap suara itu lirih kini semakin mendekat membuat Haku menyendukan mata, menatap gadis yang lebih muda darinya itu.
"Bukan salahmu Yumiko."
Kiyomizu Yumiko. Gadis itu berhenti melangkah, menatap pandangan sendu Haku dalam radius tiga meter dengan raut tak terdevinisikan---ada haru, cemas dan lainnya bercampur aduk di sana.
"Sebagai adik yang baik, aku tidak ingin melihat kakakku menderita ..." ucap Yumiko. Haku sudah seperti kakak laki-laki--nya, dan Yumiko sangat menyayangi pemuda ini ...
"Sayangnya dunia ini kejam, penderitaan seolah sudah menjadi sahabat sejak kita terlahir di dunia ini."
Kini Haku yang melangkah, tenang dengan pandangan teratensi penuh pada Yumiko yang terdiam. Gadis itu sepertinya merasa lidahnya kelu, tenggorokan terasa sakit seolah tersiksa untuk mengatakan kekejaman semesta.
Haku meneguk ludah kasar, helaan napas meluncur bersamaan dengan tangannya yang mencengkram kedua bahu Yumiko penuh perasaan. "Kau kuat Yumiko teruslah berjuang, dan terima kasih ... aku senang kau mengkhawatirkanku."
Haku tahu Yumiko sempat bergetar kecil, gadis itu tersentuh sama seperti dirinya.
"Seharusnya aku yang berkata begitu, terima kasih Hakkun ...," ucap Yumiko lirih beserta kekehan di akhir. Sadar tak sadar gadis itu menjatuhkan air mata, merasakan sesuatu yang hangat menyentuh hati terdalamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Untuk Siapa Kita Hidup?
Mystery / ThrillerSebuah misi menyeret para ketua kelompok mafia dalam satu kelompok. Kini mereka berada dalam sebuah misi rahasia, misi yang membawa mereka berbaur dengan remaja seumuran namun dengan latar belakang yang jelas berbeda. Dan misi besar ini akan memba...