Bagian 3: sebuah tempat

66 9 10
                                    

Pagi hari sebagai permulaan. Sakura Asahara, gadis surai perak yang dikenal sebagai ketua divisi mata-mata dalam itu kini menyerngit menatap kumpulan pesan yang muncul dari ponsel khusus misi. Sakura menghela nafas kemudian mengacak surai peraknya gemas bukan main. Kelereng matanya bahkan beberapa kali mengedar random nampak gelisah, membuat Riyuka keheranan dan segera menghampiri dengan penuh tanya.

"Ada apa?" tanya Riyuka. Gadis surai tak berbeda dari Sakura namun dengan potongan berbeda itu menepuk pundak Sakura pelan, duduk di sampingnya pula sembari mengatensikan diri mendengarkan jawaban.

"Ada masalah di markasku ... bawahanku di sana memintaku untuk menanganinya sesegera mungkin," jawab Sakura lirih. Matanya sayu menahan sesuatu, seperti kekhawatiran yang menjadi.

Riyuka mengangguk paham, "kalau begitu pergilah, jangan lupa izin pada Iko-san atau Key-san," ujarnya.

"Jangan terlalu panik Sarah-san, tenang saja," ujar Riyuka lagi ketika Sakura sudah bangkit dari duduknya. Sakura hanya mengangguk patuh sebagai respon, gadis surai perak ini pula mulai terlihat tenang, terlihat dari air muka yang mendatar dan kemudian mulai mencari keberadaan Yumiko atapun Key dari sana.

"Ah, Kiyomizu-san! Aku ingin bicara denganmu." Sakura melangkah dengan cepat kearah dapur, Yumiko di sana tengah memangku beberapa macam jenis bahan makanan memilahnya untuk dimasukkan kedalam lemari penyimpanan.

Yumiko menaikkan alisnya, menatap dengan tanya pada Sakura yang kini telah sampai di hadapannya nampak tergesa panik.

"Ada apa?"

"Aku ijin ke markasku ... ada hal yang harus aku tangani sesegera mungkin," jawab Sakura. Yumiko mengangguk paham, "pergilah, hati-hati ya Sakura," ucap Yumiko.

"Um, terima kasih Kiyomizu-san, aku permisi. Yuuki dan Haru-san aku juga permisi," ujar Sakura pula. Beralih menatap Yuuki serta Haruka yang mengangguk mempersilahkan.

Dua gadis itu memang sudah ada di sana sedari tadi, namun tak banyak bicara. Keduanya anteng duduk membaca novel milik Haruka di ruang dapur, menikmati kenyamanan di bawah atap bangunan bergaya trasional modern itu sembari memperhatikan Yumiko yang memilah bahan makanan dan merapikan ini itu.

"Aku belum melihat Ichi-san sedari kemarin, dia kemana?" tanya Haru. Gadis surai gingerbread itu menutup bukunya nampak telah selesai dengan bacaan.

"Ada tugas, sepertinya. Aku tidak tahu detailnya," jawab Yumiko dengan nada tak begitu yakin. Pasalnya yang disebut pergi tanpa kejelasan, menghilang meninggalkan banyak tugas yang kini justru dikerjakan Atsu sebagai Informan kedua dalam misi ini.

"Jangan bilang menghadap bos besar, lagi!?" Yuuki nampak panik. Bos besar atau yang kerap Ichi panggil dengan tuan itu sosoknya begitu mengerikan, membuat siapapun yang berhadapan langsung merasa lemas hilang tenaga. Tidak sekali dua kali Ichi pulang dengan wajah pucat kembali ke tempat yang mereka sebut rumah ini setelah bertemu, tapi memang aura bos besar benar-benar mengerikan. Yuuki ataupun Yumiko bahkan ketua divisi lain yang punya hak naik ke lantai atas --- di mana ruangan bos besar berada selau merasakan energi kuat yang mencekam. Ini baru di luar ruangan, bagaimana dengan berbagi satu ruangan?

"Entahlah, selain tangan kanan bos besar Ichi-san juga informan yang paling berpengaruh di organisasi, kita tidak bisa menebak kemana langkah yang diambil oleh, Ichi." Yumiko menepuk kedua tangannya guna menghilangkan debu atau apapun itu setelah semua bahan makanan masuk ke penyimpanan.

Yumiko ikut duduk, mengambil buku novel yang tadi Haruka baca dan membaca pelan judul yang tertera.

"Ah ya Yuuki, di mana Oki?" tanya Yumiko.

Yuuki hanya mengendikkan bahu tak tahu walau dirinya berbagi kamar dengan Aoki yang dimaksud.

"Kalau tidak di kamar ya, di ruang bawah tanah. Key-san di ruang bawah juga, kan sekarang?" tanya Yuuki. Tidak seperti mereka yang berada di dapur, yang lain nampak sibuk. Milate bahkan tidak terlihat semenjak subuh.

Untuk Siapa Kita Hidup? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang