Bagian 2: alasan yang belum jelas

88 12 9
                                    

"Aku juga ingin bertanya," Aoki kini mengangkat tangan, pandangan malas tertuju pada Yumiko yang mempersilahkan. Keadaan ruangan kini terasa lebih renggang dari awal rapat sebelumnya, kini terasa seperti rapat biasa rapat dengan para bawahan masing-masing.

"Kita berpencar? Bukankah itu justru akan mengurangi efektivitas misi?" ujar Aoki. Yumiko mengangguk maklum, pasalnya memang terkesan individual sedangkan yang akan dihadapi bukanlah masalah kecil dan harus ditangani oleh banyak orang.

"Tidak juga, ini misi rahasia lagipula meski berpencar kita masih berada dalam jarak jangkau jika mengalami masalah," jawab Ichi.

"Misi ini tidak boleh terlihat mencolok. Yang tahu tentang misi ini hanya 5 orang tangan kanan dari bos besar, dan kita yang berada disini," lanjut Yumiko kemudian.

"Sa, ada pertanyaan lagi?" 

Gelengan diterima, dan Yumiko mengangguk paham. Gadis surai cokelat itu berdiri, berjalan menuju pintu yang terkunci dengan otomatis dan hanya bisa dibuka dengan sebuah sandi rahasia. Dan hanya Yumiko si ketua dan Key--- si wakil ketua yang mengetahui sandinya.

"Makan malam mau pakai apa ya~" Ichi meregangkan tubuhnya ketika bangkit dari duduknya. Atsu terkekeh, menepuk bahu Ichi dari belakang dan melalui.

"Sumpah, pada introvent semua. Diajak basa-basi pada gak bereaksi fyuh!" Ichi mendecih kasar. Kini hanya tersisa dirinya serta Aoki dan Key yang masih diam tak beranjak. Aoki nampak sudah terlelap sedangkan Key tengah memikirkan sesuatu, sepertinya.

"Ada yang kurang Oktavia?" tanya Ichi. Gadis ini kembali duduk, memangku tangan ke pipi sembari fokus memperhatikan Key yang diam tak berekspresi.

"Nothing, hanya saja ... mengapa tak ada yang penasaran dengan misi bagianku?"

Ichi terkekeh pelan, kemudian mengangguk membenarkan.

Iya juga.

Sepertinya mereka terlalu fokus terhadap bagian misi masing-masing, hingga melupakan seseorang.

"Bagianmu sangat berbahaya Okta, Akashi Masaomi itu sangat licik kelicikikannya melebihi ... bos besar." Ichi berucap dengan akhiran yang dipelankan dengan Key kini sudah berdiri, gadis itu melangkah santai keluar meninggalkan Ichi dan Aoki yang masih menelungkupkan kepala dalam lipatan tangan.

"Oki-san ini sudah hampir waktu makan malam loh, lebih baik kau segera bersiap atau ketua-san marah." Ichi menepuk-nepuk kepala Aoki--- usaha membangunkan, kemudian melangkah menyusul Key yang sudah hilang tertelan jarak.

..

_Berilah satu alasan, untuk siapa kita hidup?_

Malam ini Milate tak penuh dengan semangat, manik merah gelapnya makin gelap ketika memandang langit malam yang mendung. Haruka sebagai teman sekamar gadis itu menghela nafas lelah, tak banyak berkomentar.

Untuk masalah ini Haruka jelas mengerti apa yang tengah Milate rasakan, walau begitu gadis bersurai gingerbread itu memilih diam, duduk bersandar di kasur sembari membaca buku.

"Kalau boleh memilih aku tidak ingin menjadi anggota mafia ...," ucapan serta dengusan setelahnya Milate lakukan. Tangannya memangku wajah dengan mendongak menghadap langit lewat jendela. Haruka diam, suara buku yang dibalik lembarannya terdengar membuat Milate menghela nafas lemah. Ia tahu Haruka pasti mendengarkan.

"Sebagai ketua divisi pertahanan dalam, kau pasti banyak mengerti apa yang kurasakan," ucap Milate kembali. Kali ini gadis itu bangkit dari duduknya dan melangkah ke arah kasur dan ikut bersandar menyamankan diri di samping Haruka.

Divisi pertahanan, terutama pertahanan dalam di dalam ke-organisasi-an bisa dibilang sebagai salah satu organ utama dalam tubuh, fungsi mereka membasmi segala macam hal dari orang dalam. Entah penghianat atau apapun itu, tak sekali dua kali mereka yang berada di divisi ini melenyapkan rekan-rekan atau bahkan orang yang begitu dikenal. Kasus yang cukup similar dengan misi in TKP project untuk bagian Milate.

Untuk Siapa Kita Hidup? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang