Bagian 7: tentang Okuzawa Yuuki

29 10 0
                                    

Angin bisa menyembunyikan kejahatan tertentu. Tidak ada kepastian bahwa kejahatan hanya dilakukan pada saat gelap menyelubungi separuh bagian bumi. Hanya angin yang tahu. Mereka telah mendengar segala rahasia yang dilontarkan oleh mulut manusia, menyimpannya, dan menyebarkannya dengan suara yang tidak dapat di dengar manusia. Terkadang, angin itu juga bisa membawa malapetaka. Badai yang bisa menghantam diri hingga menyeret kita dalam jurang kematian.

Pada saat itu, angin berkata bahwa kejahatan sedang berlangsung. Okuzawa Yuuki mengetahui kejahatan apa yang dimaksud, yaitu dirinya.

Di bawah langit cerah yang menjanjikan kesejahteraan, kursi-kursi tersusun rapi menjadi pondasi untuk menopang beban tubuh para murid saat pelajaran sejarah sedang berlangsung. Guru menjadi orang yang menjelaskan secara terperinci, memandu para anak muridnya untuk meningkatkan daya kerja otaknya.
Sudah 15 menit berlalu sejak pelajaran ini dimulai. Selama itu, tidak ada yang menarik minat Yuuki dari lamunannya. Dia hanya melamun di dalam kelas, memikirkan sesuatu di dalam otaknya.

“Baiklah anak-anak. Seperti yang kalian ketahui, pembagian sejarah negara Jepang itu terbagi menjadi 6. Ada Genshi Jidai, Kodai, Chuusei, Kinsei, Kindai, dan Genzai. Masing-masing dari mereka juga memiliki bagian yang lain berdasarkan tahun masehi. Contohnya abad ke-3 sampai 12...”

Yuuki meletakkan sikutnya di atas meja dan menatap kosong ke dinding kelas. Dia sudah terlalu sibuk untuk mendengarkan penjelasan dari guru sejarahnya. Matanya tanpa beban, pupil itu menyerap seluruh energi serta cahaya yang melewatinya. Dia tidak mendengar apa pun selain ilusi keheningan yang sangat diinginkannya sejak memasuki dunia gelap yang lebih dalam dari malam mana pun yang bisa ditemukan di pelosok bumi.

Mafia secara paksa menyelimuti jiwanya, mengambil alih pusat kontrol tubuhnya. Misi yang menjadi benang penggerak telah dimulai.

Hanya satu yang mereka semua---termasuk para musuh---inginkan.

Sebuah chip.

Bos besar yang menggabungkan mereka melalui perantara tangan kanannya memberi intruksi agar chip itu didapatkan dilindungi dengan cara apa pun. Mereka juga harus berhati-hati terhadap strategi musuh karena mereka sudah mulai bergerak. Arus menghanyutkan mereka dalam kubangan gelap yang mengerikan.

Banyak yang merasa terpukul dengan adanya misi ini, karena mereka mengetahui siapa musuh yang akan dihadapinya.

Seseorang yang mereka kasihi.

Meski begitu, mereka tetap melakukannya.

Tangan yang sudah dikotori dengan darah berpegangan dengan erat. Saling menguatkan untuk menjadi pondasi yang mendorong suksesnya misi. Meski spekulasi pengkhianatan memang tidak terelakkan tetapi jiwa mereka telah dirancang untuk hanya mengikuti alunan melodi dari sang konduktor (Bos besar).

Begitulah mafia. Mereka kejam namun setia.

Dan di dalam kesetiaan itu ada jiwa yang terjebak di dalam kegelapan dengan satu pertanyaan “Untuk siapa kita hidup?”

Di sisi lain, Yuuki juga merasa iri. Dia juga ingin tahu bagaimana rasanya mencintai dan dicintai seseorang itu. seseorang pernah berkata padanya bahwa satu-satunya jalan untuk menemukan jawaban itu adalah menjelajahi sisi terbalik dari koin (dunia). Ketika masih menapak di garis diantaranya, ia takut. Dan sekarang Yuuki telah terlalu jauh menyelam. Dia tahu bahwa ia tidak akan bisa kembali. Kecuali misi ini tuntas atau kematian segera menjemputnya.

Saat itu, mata Yuuki yang kosong akhirnya bergerak dengan sekejap. Ia melirik sesosok pemuda yang duduk tak jauh darinya.

Nakahara Chuuya. Sunrise Raven.

Untuk Siapa Kita Hidup? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang