Bagian 16.2: Tentang Haruka dan Sakura

32 9 6
                                    

Haku melirik Haruka sekilas kemudian menatap Yumiko lebih lama.

"Kalian ini benar-benar akan bertindak tidak?"

Tanya itu keluar begitu saja lewat bibir Haku, tertuju pada dua gadis berhawa seram-samar di kedua sisinya.

Yumiko menghela nafas. "Kalau memang dia mengetahuinya dia akan bicara nanti."

***

Malam dimana Key tewas.
Sakura Asahara side.

Sakura tahu, Sakura mendengarnya dan Sakura melihatnya ...

Waktu itu lorong benar-benar gelap, larut malam waktunya. Di mana Key serta Ruichi berdiri berhadapan dalam ruang kamar Yumiko--Key, saling pandang dalam keheningan yang diciptakan hujan.

"Key, aku tidak bisa melakukan ini!" Ichi protes gusar luar biasa, Sakura mendengarnya namun tak begitu melihatnya karena petir tak kunjung datang lagi yang menjadi satu-satunya pencahayaan ruang kamar itu.

"Kau bisa, aku tahu itu," ucap Key lirih. Sakura mendengarkan, Sakura menerka, dirinya diam, berdiri statis menghadap pintu kamar itu yang sedikit terbuka.

"Ta ... please, mengertilah," ucap Ichi.

"Ichi-san lah yang harusnya mengerti aku," balas Key.

Perbincangan terus berlanjut, saling lempar saling balas. Sakura tak mengerti, apa yang sebenarnya dua gadis itu bicarakan.

"Key, aku tidak mungkin membunuhmu. Aku menyayangimu, kamu sudah ku anggap saudariku, bahkan melebihi itu."

"Oleh karena itu Ichi-san, aku lebih baik di bunuh olehmu orang yang juga aku sayangi dari pada di bunuh oleh si brengsek itu."

"Key, kumohon, tidak. Kamu membuatku mengingatnya lagi--"

Sakura masih statis dengan syok pula merayap masuk dalam hati. Otak kini tak singkron, Sakura tidak tahu harus merespon apa, gadis itu terdiam, manik matanya hilang cahaya sepenuhnya. Hanya bisa menyimak, perdebatan Ruichi serta Key yang makin menjadi.

"Ichi-san, mengertilah. Aku tak bisa melangkah di dua jalan yang berbeda, aku harus mengambil satu jalan yang paling menguntungkan," Key, gadis itu bernapas berat, jelas terdengar oleh Sakura dan dapat Sakura kira Key tengah menahan tangis, menahan emosi.

"Kiyounara Ruichi."

Sakura terbelalak kaget tatkala mendengar suara berat laki-laki yang muncul dalam perbincangan. Sakura seperti pernah mendengarnya namun entah di mana.

"T-tuan William!? K-kenapa anda di sini?" Ichi terdengar kaget. Menurut pendengaran Sakura meski tipis-tipis, William masuk melalui jendela. Padahal ini lantai dua--

"Sudahlah Ruichi, cepat lakukan," desak William.

Sakura tidak mengerti, ia masih terdiam kini dengan tangan yang menutup mulutnya menahan gejolak ingin teriak.

"Oktavia-san, semua ada di tanganmu. Dibunuh oleh nona Ruichi, dibunuh olehku atau bunuh diri," katanya.

trang!

Suara benda yang dijatuhkan ke lantai terdengar. Pisau--

"Aku ingin Ichi-san membunuhku," ucap Key. Air mata mengalir dari mata biru laut Sakura, sadar tak sadar.

"K-key ...," panggil Ichi serak. Nampaknya gadis itu sudah tak mampu menahan emosinya, Kiyounara Ruichi menangis menghadapi masalah yang kini berada tepat di hadapan.

"Jangan menangis begitu Ichi, kamu membuatku terlihat jahat," kekeh Key. Bisa-bisanya, padahal nyawa sudah berada di pucuk tapi Key masih bergurau pahit.

Untuk Siapa Kita Hidup? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang