PART DUAPULUH DUA

188 22 10
                                    

Ketemu lagi!
Terimakasih buat lima ribu pembaca🥺

Happy Reading











Andi berjalan dengan cepat menuju ruang makan karena  melihat tuannya berada disana langsung saja mempercepat langkah kakinya dengan tangan yang bergetar hebat.

"Tuan" Ucapnya setelah sampai di samping Afgan, dengan tangan yang bergetar saat memanggilnya.

Afgan yang mendengar seseorang memotong pembicaraannya dengan Rania menolehkan kepalanya kearah samping, matanya yang tajam langsung mendapat Andi yang tengah menunduk takut. Beraninya memotong pembicaraannya!, Saat penglihatan Afgan menangkap mulut Andi yang ingin kembali berbicara dia langsung  mengangkat tangannya tanda tidak Ingin Andi melanjutkan ucapannya.

"Kau tau?, Kau mengganggu waktuku dengan gadisku!" katanya dengan mata  menajam.

Dengan berkeringat dingin dan tangan bergetar hebat Andi berkata "T-tapi T-tuan Ini sangat penting."

"Aku tidak perduli itu sepenting apa!, akj ingin kau mengurusnya sendiri!, Apakah kau tidak melihatku bersama Rania hah?" Afgan berkata dengan mata yang berkilat tajam.

"Gan udah!, Siapa tau ini memang sangat penting!, Kamu pergilah terlebih dahulu berbicara dengannya aku akan menunggu" Rania menengahi, matanya menangkap tangan Andi yang bergetar.

"Tapi sayang kamu belum makan sedari pagi, kalau kamu menungguku pasti akan lama!" Afgan tidak mau Rania menunggunya.

"Kalau aku lapar dan kamu belum kembali aku akan makan, okey?, sekarang pergilah" usirnya dengan halus.

"Kalau begitu aku pergi ya?" Rania hanya mengangguk lalu tersenyum, Afgan yang melihatnya langsung berlalu dari sana diikuti Andi yang berada dibelakangnya.

"Ada masalah apa?" tanyanya saat sampai ke dalam ruang kerjanya, aura yang berada di ruangan itu tiba-tiba berubah menjadi dingin dan sangat mencengkeram berbeda sekali saat berada diruang makan tadi.

Andi sedikit bergetar saat ingin berucap tapi dengan menarik nafas kuat-kuat dia langsung berkata "Tuan orang-orang yang mengejar anda dan nona Rania mengh-" sebelum Andi menyelesaikan ucapannya bunyi pecahan menggema di ruangan yang kedap suara, Andi lantas memejamkan matanya kuat-kuat sambil menunduk takut.

PRENG!

Gucci dengan harga selangit tergeletak tak berdaya dilantai putih mengkilap siapa lagi pelakunya kalau bukan Afgan?.

"KENAPA BISA MENGHILANG HAH?" Tanyanyaa langsung karena mengerti arah pembicaraan yang di maksud Andi.

"KAU KU SURUH MENJAGANYA!, KENAPA BISA LENGAH SEPERTI INI?, BARU KALI INI AKU KECEWA KEPADA KEMAMPUANMU ANDI!" berteriak dengan wajah memerah padam serta tangan terkepal kuat diatas meja.

Andi hanya bisa bergetar hebat dengan wajah menunduk takut.

"SEKARANG AKU MAU KAU MENCARI ORANG ITU!, AKU TIDAK MAU MENDENGAR ADA KATA GAGAL, JIKA AKU MENDENGAR ADANYA KEGAGALAN SIAP-SIAPLAH HUKUMAN MENANTI MU!, DAN KAU PERINTAHKAN PANGGIL SEMUA BODYGUARD BODOH ITU KERUANG BAWAH TANAH KEDUA, SEKARANG!" murkanya seorang Afgan merupakan bencana besar bagi Andi.

"Baik T-tuan" ucap Andi menunduk dengan nada bergetar hebat, berlalu dari ruangan yang penuh dengan aura kematian.

"Sial" umpatnya menyisakan kesunyian, lalu Afgan berjalan dengan cepat menuju ruang bawah tanah kedua, masih mempertahankan aura menyeramkannya.

Setelah sampai di sana, matanya langsung menatap ribuan bodyguard berdiri dengan menunduk, mereka tidak kuat dengan aura yang di keluarkan tuanya.

"BODOH!" satu kata yang keluar dari mulut Afgan itu mampu membuat puluhan bodyguard ingin mati saja.

"KEMANA KALIAN HAH?, KALIAN BERJUMLAH SANGAT BANYAK TAPI TIDAK BISA MENJAGA DUA ORANG SAJA?, DASAR BODOH!" makinya kepada para bodyguard di dalam sana, dua orang yang di maksud adalah yang mengikuti Afgan selepas pulang dari mension keluarga Mahendrata waktu itu, mereka adalah mata-mata rivalnya di dunia gelap, di dunia mafia memang banyak sekali yang ingin menghancurkannya, bahkan mereka tak tanggung-tanggung  bekerja sama satu sama lain hanya untuk menghancurkan mafia terkenal didunia, mereka sungguh sangat penasaran dengan wajah mafia itu, sehingga menghalalkan segala cara apapun itu, Afgan sangat bersyukur karena orang itu belum melihat rupanya sebelum kabur dari sana.

"Tidak mungkin dia bisa keluar dari sini tanpa bantuan seseorang yang berada di mension ini, katakan apa ada di antara kalian ada yang berani berhianat?" teriaknya keras.

Ada satu orang yang sedari tadi menunduk dengan badan bergetar hebat yang sudah dipenuhi oleh keringat dingin.

"T-uan."

DOR DOR!

bunyi pistol menggema di ruang bawah tanah, dengan muka syok pria yang berambut keriting yang berucap 'tuan'  itu menoleh kearah belakang, matanya membulat saat melihat bodyguard yang berada di belakangnya sudah tergeletak tidak bernyawa.

"Siapapun yang berani menghianatiku nasib kalian akan sama seperti dia" ucapnya menyeringai sadis, dengan pistol yang berada di tangannya langsung menunjuk bodyguard yang sudah tergeletak tidak bernyawa dengan penuh darah di bagian kepala serta dada. Kenapa Afgan bisa mengetahui kalau bodyguard itu yang  menghiantinya?, Ehh ingat! Dia adalah baldrich, penguasa!, Mengetahui semua gerak-gerik wajah seseorang dengan hanya satu lirikan mata saja!.

" Kenzio!" seorang yang bernama Kenzio berjalan dengan cepat menuju kearah Afgan dengan bergetar.

"Kau sementara waktu kupercayakan menjaga Rania selagi aku mencarikan bodyguard yang cocok."

"T-uan kalau boleh, saya punya kenalan bodyguard diluaran sana dan pastinya sangat hebat dalam menjaga nona muda" setelah mengucapkan itu Kenzio menunduk.

"Bawah bodyguard itu kepada saya besok!, Dan kalian semua" tunjuknya pada ribuan bodyguard.

"KALIAN SEMUA HARUS MENEMUKAN ORANG ITU!, AKU TIDAK MAU TAU!, KALAU SAMPAI KALIAN TIDAK MENEMUKANNYA SAMPAI BESOK, NYAWA KALIAN SEMUA YANG AKAN MELAYANG" nada bicaranya kembali naik.

"KAU ANDI, AKU MEMPERCAYAIMU JANGAN SAMPAI KAU MENGECEWAKANKU LAGI!."

"B-baik Tuan" jawabnya mengerti, Afgan mempercayakan Andi  mengarahkan bodyguard untuk mencari orang itu.

" Bereskan penghinat itu!, Berikan tubuhnya kepada Tiger, Tidak ada tempat untuk seseorang yang berkhianat!" Afgan berjalan keluar dari sana lalu kembali memasukkan pistol kedalam saku jasnya, diikuti Andi dibelakangnya, setelah Afgan keluar dari ruang bawah tanah ribuan bodyguard baru bernafas dengan lega.

"Selangkah lagi"  seseorang berucap dalam hati setelah melihat kepergian tuannya lalu lanjut tersenyum miring.

Maaf banget baru up, yuk ramein kolom komentarnya.
Tugas lagi numpuk banget, dan tidak adanya niat, jadi aku harus mengumpulkan niat terlebih dahulu 😌.
Thank you buat kalian yang sampai saat ini masih ngebaca cerita Lia.
Jangan lupa yuk sempatin tekan tombol bintang Yang berada di pojok kiri bawah🙏.

See you 🖐️

TBC

Sabtu.21.Agustus.2021

AFGAN [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang