PART DUAPULUH TUJUH

128 13 2
                                    

Lanjut

Happy Reading





Setelah memikirkan dengan matang serta bergelut dengan pikirannya Afgan akhirnya menyetujui bahwa Leo Dicaprio menjadi bodyguard sementara untuk Rania, Afgan sangat-sangat ribet hanya masalah bodyguard untuk gadisnya. Afgan harus memutar otak karena apapun akan Afgan berikan demi keselamatan gadis tercintanya. Besok pagi ia akan berangkat ke Amerika untuk menyelesaikan Masalah yang terjadi di sana. Afgan melirik kearah arlojinya yang sudah menunjukkan pukul setengah sebelas malam. Karena matanya sudah lelah serta tubuhnya butuh istirahat maka Afgan berjalan menuju kearah kamar utama untuk mengistirahatkan tubuhnya.

------

Di minggu pagi yang cerah dengan udara yang sejuk  serta segar, udara pagi yang belum tercampur dengan polusi dan debu yang membuat seseorang betah berlama-lama untuk menghirupnya. Seorang gadis cantik tengah joging  sambil menikmati musik melalui earphone yang terpasang di telinga sebelah kanan gadis cantik yang tidak lain dan tidak bukan adalah Rania Suhardiman.

"Lelahnya" Rania berkata sambil mendudukkan bokongnya di salah satu kursi yang terletak di taman yang tengah ramai, sambil meminum air yang tengah Rania pegang. Mata cantiknya mengarah ke arah penjual es krim yang berada di seberang jalan, Rania menarik kedua sudut bibirnya saat melihat penjual es krim itu, seberapa antusias nya Rania demi sebuah es krim, kaki jenjangnya melangkah dengan terburu-buru  tanpa memperhatikan kiri-kanan.

PIP PIP PIP

BRUKK

badan yang masih meneteskan keringat itu terlempar kearah pembatas jalan, senyum yang semula menghiasi bibirnya menghilang begitu saja, mata cantik perlahan menutup dengan setetes air mata yang keluar dari sudut matanya.

" Mah, Pah, Af" kata terkahir yang keluar dari bibir Rania sebelum mata yang berwarna hitam kecoklatan menutup dengan sempurna. Badan yang lemah terkapar di pembatas jalan serta darah yang bercucuran keluar dari hidung serta serta kepala. Warga mulai berdatangan  untuk melihat apa yang terjadi, warga yang berada di sana langsung menelpon ambulance.

Tidak ada yang sadar bahwa seseorang yang menabrak tadi tengah tersenyum miring di atas mobil.

"Mati kau!" Berucap dengan senyum bak iblis.

------

Di Mension Afgan tidak henti-hentinya menghubungi nomor gadisnya yang tidak kunjung menjawab telepon nya, hanya suara operator yang terdengar sedari tadi.

"Kemana dia?" Tanyanya entah kepada siapa, tangannya kembali menelpon dengan berkali-kali.

"Leo!" Panggilannya kepada bodyguard baru Rania.

"Ada apa tuan?" Tanya seseorang yang bernama Leo dengan menunduk.

"Cari keberadaan gadisku!" Perintahnya dengan nada dingin, hari ini Afgan akan berangkat ke Amerika untuk menyelesaikan Masalah di sana, akan tetapi Rania yang tidak kunjung mengangkat teleponnya sedari tadi membuat Afgan menjadi khawatir.

"Baik T-tuan" ucap Leo dengan sedikit gugup.

Dret Dret Dret

handphone yang berada di tangannya bergetar, Afgan berharap yang menelpon adalah gadisnya tapi lihat ini nomor yang tidak dikenal, Mengganggu!. Afgan mencoba mengabaikannya lalu kembali menelpon gadisnya.

Tidak lama kemudian handphonenya kembali bergetar lalu tertera nama mama di sana, menekan tombol hijau lalu mendekat kan handphone tersebut ke arah telinga.

"Halo ma?" Afgan bercup dengan bertanya.

"G-gan hiks...."  suara yang Afgan dengar bergetar serta s isakan yang sangat pilu,  suara yang sangat menyesatkan jika di dengar, kenapa dengan mamanya?.

AFGAN [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang