prologue

1.2K 96 1
                                    

"Kembali lagi dikabar pagi hari ini, bersama saya Okta Fitriani. Kali ini berita mengejutkan datang dari arah Museum Sains Teknologi terbesar se-Indonesia, dikabarkan bahwa Berlixa Diamond menghilang dari tempat museum berada, hal ini tentu mengejutkan pihak museum dan juga polisi karena ketidak adanya jej—

Pip!

"Masa gak ada berita lain selain Berlixa Diamond itu, sih?!" Sungut seorang gadis yang tengah duduk di sofanya.

"Ya gimana lagi, namanya juga berita heboh," sahut seseorang lainnya.

Tok! Tok!

Suara pintu diketuk membuat kedua orang itu beralih atensi.

"Buka gih," suruh gadis itu.

Yang disuruh hanya mendengus, lalu berjalan malas, lagi-lagi dia yang disuruh.

Cklek

"Amanda?"

"Hai!" Sapa orang tersebut.

"Ngapain kesini?"

"Mau ngajakin Karina belajar bareng, orangnya ada kan?" Orang tersebut mengangguk, "ada kok. Sebentar ya."

"KARINA! DICARIIN AMANDA TUH!"

Karina—gadis yang sedari tadi duduk diam di sofa pun segera berlari ke arah pintu apartemennya.

"Kok udah nyampe aja sih? Katanya jam setengah 10," heran Karina.

Amanda hanya cekikikan, "setengah 10 kelamaan, keburu panas. Mendingan sekarang, mumpung masih ada adem-ademnya dikit."

Karina menghela nafas gusar, lalu memberi gesture 'tunggu sebentar'.

Sekiranya 5 menit waktu yang dibutuhkan Karina untuk bersiap-siap, dan segera berangkat bersama Amanda.

Jangan lupakan satu sosok lainnya yang ikut mengekori mereka di belakang. Mereka sampai di Kafe yang biasanya jadi langganan para mahasiswa-mahasiswi untuk belajar ataupun sekadar berkumpul.

"Mau pesen minum apa kalian?"

"Kayak biasa aja,"

Langsung saja sosok itu beranjak memesan minum, meninggalkan kedua gadis lainnya yang kini tengah siap belajar.

"Lo udah liat berita hari ini belum?" Tanya Amanda. Karina mengernyitkan keningnya, "enggak belum."

Bohong.

"Berlixa Diamond hilang tau, terus katanya hilangnya tanpa jejak," ucap Amanda.

Karina ber'oh'ria, sudah menduga bahwa temannya akan membicarakan hal ini.

Mari kita main topeng, untuk kesekian kalinya.

"Kok bisa? Bukannya Berlixa Diamond itu dijaga ketat banget, ya? Setau gue juga keamanan berlian itu gak main-main, mustahil banget lah kalo misalnya hilang."

Amanda merenggut kesal karena ucapan temannya itu, jadi gadis di depannya ini tak percaya kalau berlian tersebut hilang?

"Beneran! Berlian itu hilang, tadi aja gue liat di TV banyak banget beritanya, bahkan sampe di beritain di channel lambe turah artis."

Karina memilih abai, lalu kembali berfokus pada tugasnya. "Yaudah lah kalo emang udah hilang mau gimana lagi? Semoga aja yang nyuri cepet ditangkep sama polisi," ujar gadis itu dengan santai.

"Lo percaya kalo berliannya hilang karena dicuri?!" Pekik Amamda membuat Karina agak sedikit terkejut hingga salah mengetik kata.

Gadis itu berusaha mencoba untuk sabar, "ya terus kalo bukan karena dicuri, karena apa?"

"Dijual lah,"

Karina menatap Amanda tak percaya, "what—?!"

"Berlian itu tuh banyak banget jadi incaran para miliarder di negeri maupun dunia, Rina. Jadi gak nutup kemungkinan kalo misalnya berlian itu diperjual belikan, iya kan?"

Karina melepas kaca matanya yang sedikit berembun, karena kelamaan menahan emosi.

"Ya, terus?"

"Coba lo pikirin lagi, di dunia ini yang bisa nembus keamanan Berlixa Diamond, siapa?" Tanya Amanda.

"Presiden?" Amanda menjentikkan jarinya.

"Tepat! Cuman Presiden yang bisa nembus keamanan itu, karena emang Presiden kita yang bikin keamanan khusus buat berlian itu. Tapi lo pernah mikir gak sih, bisa aja Presiden selama ini ngasih keamanan ketat buat berlian itu cuma biar dia sendiri doang yang bisa akses supaya gak ada orang lain yang bisa ngambil berlian itu selain dia. Dengan kata lain, bisa aja Presiden yang ngambil berlian itu buat dia jual karena dia sendiri tau kalau banyak orang yang berani bayar mahal berlian itu ke dia, alhasil akhirnya dia jual berlian itu dengan harga yang mungkin aja gak keotakkan dan hasil uangnya buat dia sendiri, bisa aja kan?"

"Lo nuduh Bapak Presiden?" Amanda mengangguk.

"Dzalim lo!"

"Ya habisnya gimana?! Cuma dia satu-satunya orang yang bisa dijadiin tersangka yang punya bukti kuat."

"Gue tetep percaya kalo berlian itu hilang karena di.cu.ri."

"Lagian juga buat apa Presiden ngejual berlian itu? Dia udah kaya, Hartanya aja bisa buat ngehidupin 7.000 orang yang tinggal di negara ini."

"Kenapa enggak? Kadang manusia juga bisa rakus walau hidup mereka udah sempurna."

"Berlian itu gak mungkin dijual, berlian itu dicuri. Pencuri gak sebodoh itu buat ngurung niatnya nyuri berlian itu, cuma karena keamanannya yang ketat. Sekarang tahun 2046, teknologi udah berkembang pesat dan pastinya pencuri juga begitu. Mereka pasti punya teknologi canggih yang memungkinkan buat dia mencuri," jelas Karina.

Amanda terdiam mendengar penjelasan Karina yang memang masuk akal. "Iya juga sih.."

"Yaudah lah masalah berlian itu dicuri atau enggak, juga gak berpengaruh buat kita. Kalo ketemu ya syukur, kalo enggak ya cari terus," final Karina.

Tapi seakan tak ingin topik yang dibahas selesai, Amanda menopang dagunya, memikirkan segala pertanyaan lain di otaknya.

"Kalo misalnya berlian itu beneran dicuri, berlian itu bakal diapain?"

Tangan Karina yang sedari tadi bergerak mengetik, seketika berhenti mendengar pertanyaan itu.

"Kalo ujung-ujungnya dijual lagi juga, sama aja teori konspirasinya sama yang gue buat tadi." Ujar Amanda.

"Mungkin pencurinya bakal nyimpen berlian itu sendirian, lo tau kan, Berlixa Diamond selain mahal juga berharga karena berlian itu emang unik." Balas Karina.

"Pencurinya nyembunyiin berliannya dimana, ya?" Lirih Amanda pelan, namun masih bisa di dengar oleh Karina

Gadis itu menatap kosong layar laptopnya, "Ra—

"Eh! Katanya Berlixa Diamond dicuri sama makhluk halus!"

I'm The Stealer! [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang