Amanda terkejut ketika melihat Giselle masuk ke salah satu Kafe kecil di ujung gang dekat apartemen gadis itu. Tumben sekali.
Dia pun mengikuti sahabatnya itu perlahan, takut-takut Giselle menyadari keberadaannya. Saat sampai di Kafe kecil tersebut, Giselle tampak bertemu dengan seseorang, oh ternyata Karina.
Amanda sudah curiga duluan tadi. Dia memilih ikut masuk ke Kafe tersebut, namun sebelum itu dia mengubah gaya penampilannya agar sedikit lebih berbeda dan tidak dikenali.
"Mau bahas apa?" Tanya Giselle to the point.
"Masih marah lo sama gue?" Giselle menggelengi pertanyaan Karina. Dia sudah tidak marah, tapi hanya sedikit kesal saja.
"Gue gak pernah marah sama lo," ucap gadis itu berhasil membuat Karina tertawa kecil.
"Gue udah bikin rekap hasil pencurian barang kita, kabar baiknya itu cocok sama project rahasia kita—
"Yakin itu project rahasia kita? Bukannya punya lo doang ya?" Potong Giselle sarkas.
"Ya, project rahasia gue. Kayak janji gue sebelumnya, gue bakal bagi dua hasil ini semua." Ucap Karina.
"Lo yakin mau bagi hasil project itu ke gue?" Tanya Giselle.
"Why not? Lagian gue udah janji, right? Gue juga mau ngasih tau buat jangan takut sama Jeffan dan Revan. Gue pastiin mereka gak bakal bisa nangkep lo." Balas Karina.
"Terus lo mau ditangkep sendirian gitu? Please lah, Rin, gak usah sok mau jadi pahlawan gini. Gue juga ikutan dalam kasus pencurian ini."
"Lo bilang kalo ini project gue, kan?"
"Tapi gue ngebantu lo buat lengkapin project ini." Kukuh Giselle.
"Terus gimana? Lo mau ditangkep juga kayak gue? Gimana nasib keluarga lo nanti? Mereka cuma bergantung sama lo doang, Sel." Ucap Karina menyadarkan Giselle.
Giselle terdiam, Karina benar, jika dia di tangkap bagaimana nasib keluarganya. "Gue boleh egois sekali gak, Rin?" Tanya Giselle pelan.
Amanda yang mendengar percakapan keduanya terkejut mendengar kalimat terakhir yang Giselle ucapkan. Egois? Apa gadis itu punya suatu hal yang harus ia lakukan?
"Kata siapa gak boleh? Lo boleh egois, dan gue juga boleh egois nantinya." Balas Karina.
"Kita jalan masing-masing?" Tawar Giselle.
Karina menggeleng, "gak akan ada yang bisa jalan sendirian. Kita butuh satu sama lain, lo mau jalan sendirian itu artinya lo harus numbalin satu orang diantara kita."
Selesai berucap, Karina beranjak dari duduknya dan pergi begitu saja meninggalkan Giselle yang terpaku di tempatnya.
Sementara tangan Amanda gemetar mematikan alat perekamnya, "tumbal? Kenapa harus tumbalin salah satu dari mereka berdua? Apa ini cara biar salah satunya bisa bebas?"
.
.
"Itu pasti Karina, Jef!"
"I-iya gue tau."
"Terus kalo udah tau kenapa masih nyangkal sih? Udah deh, lupain aja perasaan lo sama dia, toh mana mungkin lo direstuin sama pencuri kayak dia." Sarkas Revan.
"Tapi kita butuh bukti lebih, Revan. Kalo cuma ngandelin jepit rambut doang gak akan bisa," balas Jeffan.
"Gue ada bukti lain, tapi kalo mau nyari yang lain gue bisa bantu." Celetuk seseorang di depan pintu apartemen Jeffan.
"Amanda?" Kaget Revan.
"Lo ada bukti lain?" Amanda mengangguk, lalu menyodorkan alat perekam itu pada Jeffan.
Jeffan dan Revan saling bersitatap. "Kamu serius? Dapet ini darimana?" Tanya Revan.
"Aku kemarin habis dari apartemen Karina, dan gak sengaja denger obrolan mereka berdua tentang kasus pencurian itu, untungnya aku rekam." Jawab Amanda.
"Dan lo? Lo suka sama Karina, kan?" Tanya Amanda pada Jeffan yang diangguki kaku oleh pemuda itu.
Amanda berdecak tak percaya, "saran dari gue sih, mending lo buang perasaan lo aja. Karina selama ini cuma manfaatin lo sama perasaan lo doang."
Kening Jeffan mengerut tak suka, "tau darimana lo?"
"Of course, dari sahabat baik Karina, Giselle. Dia yang cerita ke gue tadi," jawab Amanda dengan senyum bangganya.
.
.
Karina menatap datar berlian di hadapannya, tak lama lagi pasti dia akan menjadi buronan. Entah siapa penyebabnya tapi Karina yakin jika Amanda salah satu dari orang itu.
"Dia emang terlalu jahat buat pencuri kayak gue," monolognya.
Karina pun mengetikkan sesuatu di laptopnya, gadis itu tengah mengerjakan project rahasianya. Project ini baru 75% jadi, dan jika dia tertangkap nantinya, itu akan menjadi mimpi buruk di hidupnya.
Dia menghabiskan waktu selama 4 tahun lebih untuk mengerjakan project rahasia ini, tak ada yang bisa dia percayai untuk melanjutkan project ini selain dirinya sendiri.
"Project ini gak akan pernah siap sebelum gue masukin intinya." Ucap gadis itu.
Dia berencana menggunakan Berlixa Diamond sebagai inti dari project ini, tapi dia agak ragu untuk langsung memasukkan intinya, takut jika ada kerusakan dibagian sel yang lain.
Di akhir kegiatan malamnya ini, Karina mengetikkan suatu angka pada komputernya.
061251-10-24-36-2-44-24-10
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm The Stealer! [✓]
FanfictionPuncaknya ketika semua orang dihebohkan oleh berita menghilangnya Belrixa Diamond secara misterius kemarin malam, tanpa jejak bahkan tanpa adanya kejanggalan sedikitpun. Beberapa orang percaya bahwa Berlian tersebut dicuri oleh seseorang, tapi ada...