Pada akhirnya pun Karina memberikan nomor teleponnya pada Jeffan, tentu karena paksaan Revan yang terus menyuruhnya-menerornya 4 hari berturut-turut untuk memberikan nomornya pada Jeffan.Cih, padahal mereka baru saja kenal kemarin.
Sekarang Karina berada ditaman kampus, sekadar membaca buku sekaligus menunggu Giselle selesai kelas.
"Sebagus itu ya bukunya sampe lo gak sadar kalo daritadi gue duduk disamping lo?" Celetuk Jeffan.
Karina menghela nafas, "gue udah sadar daritadi."
Jeffan tersenyum lalu membuka laptopnya, mengerjakan sesuatu tugas penting yang sebenarnya bukan dari kampus.
Karina melirik ke arah laptop terbaru, bibirnya terangkat sebelah melihat isi dari layar laptop tersebut. Apa sekarang para polisi sudah menyerah dan memilih untuk meminta bantuan para agen?
"Itu apa?" Tanya Karina.
"Oh, cuma tugas biasa doang kok." Jawab Jeffan disertai dengan eye smile khasnya.
Tugas biasa ya? Bolehkah Karina tertawa sekeras mungkin?
"Ya, semoga cepet kelar. Keliatannya banyak banget tuh tugasnya, semangat."
Jeffan tersenyum lebar, "makasih."
Karina berdeham, "omong-omong udah liat berita pencurian di perpustakaan kemarin belum?"
Pemuda itu mengangguk, "udah. Parah banget sih, pencurinya sampe ngehancurin isi perpustakaan."
"Kenapa juga ya dia ngehancurin isi perpustakaan? And why did she steal in the science library? "
Rentetan pertanyaan keluar dari mulut Karina, Jeffan sendiri juga berpikir keras untuk menjawab pertanyaan tersebut.
"Mungkin karena ada sesuatu yang menarik dan berharga disana, who knows?" Jawab Jeffan diakhiri oleh tawa kecilnya.
Karina menatap Jeffan sembari tersenyum simpul, "apa mungkin bakal ada kasus pencurian lagi?"
"Mungkin?"
Karina menghela nafas, "kenapa mereka harus buang-buang waktu buat nyuri barang gak jelas."
"Mm, kalo itu sih kurang tau. Tapi mungkin mereka bikin suatu rencana, mereka mungkin bakal kembali lagi buat nyuri suatu barang."
"Kenapa yakin banget kalo mereka bakal nyuri lagi?"
"Tingkatan pencuri ini termasuk kelas atas, pencuri ini mungkin gak bakal nyuri satu atau dua barang doang. Dia pasti bakal balik buat nyuri suatu barang berharga lagi."
Karina tersenyum puas, rencananya memancing Jeffan dengan hanya beberapa pertanyaan sederhana berhasil.
"Begitu? Kalo gitu coba kita buktiin, pencuri itu bakal bikin kasus lagi atau engga dalam jangka waktu tiga minggu." Ujar Karina.
Jeffan mengerutkan keningnya, "kenapa tiga minggu?"
"Karena itu waktu yang cukup untuk persiapin rencana."
.
.
"Gue akuin lo beneran licik, Rin." Tukas Giselle sembari merancang rompi anti peluru untuk dirinya dan Karina.
"Ouh, thanks. Gue anggap itu sebagai pujian yang bagus."
Giselle bergeleng kepala mendengar jawaban Karina, heran bagaimana bisa dia mendapatkan teman seperti Karina.
"Gue yakin dia pasti agen," ucap Karina.
"Oh iya? Siapa tau dia lebih dari sekedar agen, dia mungkin diem-diem nyari informasi dari siapapun yang dia temuin."
"Including me?" Tanya Karina yang diangguki oleh Giselle.
"Ya hati-hati aja, kita gak tau dia beneran agen atau bukan. Tapi yang gue tau, rata-rata anggota agen itu diambil dari mahasiswa atau engga mereka nyamar jadi mahasiswa."
"Heol, bisa gitu."
Giselle tersenyum, "coba lo deketin Jeffan, Rin. Gali informasi dari dia, siapa tau dia punya sesuatu yang bisa kita ambil."
Karina mengangguk, jatuhnya memang agak jahat sih. Tapi siapa peduli?
"Btw, besok ke museum yuk!" Ajak Karina. "Ngapain? Nyari target?" Tanya Giselle
"Iya, gue pengen sesuatu dari museum pusat kota kita. Sebuah chip berharga ciptaan salah satu Professor kebanggaan Indonesia."
.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm The Stealer! [✓]
FanfictionPuncaknya ketika semua orang dihebohkan oleh berita menghilangnya Belrixa Diamond secara misterius kemarin malam, tanpa jejak bahkan tanpa adanya kejanggalan sedikitpun. Beberapa orang percaya bahwa Berlian tersebut dicuri oleh seseorang, tapi ada...