"Lo nganterin pacar lo lagi hari ini?" Si empu mengangguk"Iyalah, harus."
"Kok bisa lo pacaran sama modelan playgirl kayak Amanda," herannya.
Orang tersebut terkekeh, "udah takdir, Jeff." Jeffan hanya menggeleng pelan.
"Gue mau ke ruang dosen dulu,"
"Ikut dong!" Seru Revan.
Jeffan berkacak pinggang, "kan lo mau nganterin pacar lo, bego."
Seketika Revan menepuk dahinya sendiri, benar juga. Padahal baru beberapa menit yang lalu mereka membicarakan itu tapi Revan sudah lupa, dasar manusia.
"Yaudah gue duluan, ya."
Jeffan pun segera melenggangkan kakinya, pergi dari aula kampus. Di sepanjang jalan seperti biasa, banyak sekali kaum hawa yang melihat ke arah dirinya sambil memekik ataupun berbisik-bisik.
Pemuda itu hanya menggeleng pelan, sudah makanan sehari-hari sekali melihat para perempuan seperti itu.
Namun di tengah jalan, Jeffan tak sengaja menubruk seseorang yang tengah fokus membaca makalahnya dengan raut wajah terburu-buru.
"Sorry! " Seru orang itu, raut wajahnya berganti menjadi panik ketika jaket denim Jeffan terkena kopi yang ia bawa.
Jeffan masih bingung dengan keadaan, terlalu terkejut hingga tak sadar matanya terus memperhatikan wajah orang itu, menyimpannya dalam ingatan otak.
"Gue gak maksud numpahin kopi ke jaket lo, sumpah." Ucap Orang itu, sementara Jeffan hanya tersenyum simpul, "gakpapa kok."
"Gue bakal tanggung jawab, tapi nanti! Sekarang gue lagi ada urusan! Oh iya, n-nama lo siapa? Biar gue gak bingung nyarinya."
Jeffan sedikit tertegun, baru kali ini ada yang bertanya namanya, pemuda itu pikir bahwa semua orang di fakultasnya sudah mengenal dirinya.
"G-gue Jeffan," jawabnya. Orang tersebut langsung mengangguk, "oke kalo gitu nanti kita ketemu lagi ya, gue pasti bakal tanggung jawab soal jaket lo."
Orang tersebut melangkahkan kakinya dengan cepat, sementara Jeffan sendiri lumayan tertegun. Padahal ini hanya masalah jaket yang tidak sengaja ketumpahan kopi, tapi sampai harus tanggung jawab.
"Tapi kok mukanya gak asing ya," gumam Jeffan.
.
"Rina!" Teriak seorang pemuda yang tengah melambaikan tangannya pada Karina
"Darimana aja?"
"Tadi gak sengaja numpahin kopi ke jaket orang, jadi telat. Sorry," jawab Karina. Pemuda itu ber'oh'ria, "yaudah gakpapa. Btw, kita ngerjain di perpustakaan aja, banyak referensi disana."
Karina hanya mengangguk, walau sebenarnya hatinya gugup karena masalah tadi. Ah, sepertinya dia akan kepikiran tentang masalah kopi dan jaket orang itu.
.
"Lo kenapa?" Tanya Giselle yang melihat raut wajah gelisah dari Karina, si empu menoleh lantas berkata. "Gue tadi gak sengaja numpahin kopi ke orang, terus bilang mau tanggung jawab."
"Terus?"
"Gue mau nyari orangnya dimana, tapi kan gak mungkin gue keliling kampus."
"Emang siapa namanya?" Karina terdiam, mencoba mengingat nama orang tersebut. "OH, JEFFAN!"
Giselle melotot, "serius?! Jeffan?!"
Karina mengangguk kaku, "kenapa? Dia orangnya susah maafin orang lain, ya?"
Giselle menggeleng ribut, "enggak gitu. Tapi Rina, lo inget gak sih itu Jeffan yang mana?"
Baru saja ingin membuka mulut, Karina ikut terkejut. "Jeffan temennya Revan?!"
Giselle mengangguk, Karina hanya memejamkan mata frustasi. Kesal kenapa dia harus berurusan dengan si most wanted fakultasnya, gadis itu takut diserang oleh fans fanatik Jeffan.
Mengingat bahwa tidak sedikit wanita yang dicibir dan diserang oleh fans Jeffan, hanya karena sekadar mengobrol masalah tugas.
"Jeffan ada di parkiran kampus," celetuk Amanda membuat Karina dan Giselle terlonjak kaget.
"Gue tadi abis nanya sama Revan," sambung gadis itu sambil menunjukkan layar handphonenya.
"Susulin gih, mumpung orangnya masih disana." Suruh Giselle, namun Karina sendiri hanya diam. Gadis itu masih ragu untuk menyusul pemuda tersebut ke parkiran.
"Ada Revan, Rin. Gak usah khawatir, lagian cuma masalah kopi doang elah." Ucap Amanda sambil menepuk bahu Karina
Karina mengangguk pasrah lalu bergegas pergi ke arah parkiran. Semoga saja disana tidak ada segerombolan orang-orang tidak jelas.
Di sisi lain, ada Revan dan Jeffan yang sedang menunggu kedatangan Karina. Amanda memberitahu jika Karina sedang dalam perjalanan ke parkiran.
"Terus gimana?" Tanya Revan, Jeffan menoleh seraya berkata, "katanya sih mau tanggung jawab."
Revan terkekeh pelan, "padahal cuma masalah jaket doang. Temen pacar gue aneh banget ya."
"Heh! Maksud lo gue aneh apa?!" Sahut Karina dari arah belakang Revan.
Si empu pun memasang wajah was-was, "hehe enggak kok, Rin. Bercanda."
Karina hanya membalasnya dengan tatapan malas lalu mengeluarkan beberapa lembar uang merah dan memberikannya pada Jeffan.
"Ganti jaket tadi, terserah mau buat beli jaket baru atau dilaundry." Ucap gadis itu.
Jeffan hanya tertawa pelan, "gak usah. Lagian cuma jak—
"Gue maksa, ambil buruan." Potong Karina dengan cepat.
Jeffan melirik ke arah Revan, temannya itu seakan memberi isyarat untuk mengambil uang tersebut. Dengan tangan ragu Jeffan mengambil uang itu, "oke, makasih."
Karina mengangguk, lalu segera berjalan pergi. Pikirnya masalah tersebut sudah selesai, jadi dia tinggal pergi saja bukan?
Namun langkah gadis itu terhenti mendengar pertanyaan Jeffan, "lo Karina, kan? Anak fakultas hukum?"
Si empu menoleh ke arah belakang, lantas mengerutkan keningnya. "Iya, kenapa?"
Pemuda bernama Jeffan itu tersenyum, "boleh minta nomor telepon gak?"
Mata Karina menajam, bangsat. Baru juga kenal.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm The Stealer! [✓]
FanficPuncaknya ketika semua orang dihebohkan oleh berita menghilangnya Belrixa Diamond secara misterius kemarin malam, tanpa jejak bahkan tanpa adanya kejanggalan sedikitpun. Beberapa orang percaya bahwa Berlian tersebut dicuri oleh seseorang, tapi ada...