12] Earring

172 44 0
                                    


"Lo gakpapa kan, Rin?" Tanya Giselle pada Karina yang tengah mengobati telinganya sendiri di depan kaca.

"Gakpapa kok, cuma luka kecil doang."

"Kalo cuma luka kecil kenapa darahnya sampe rembes kemana-mana?" Karina hanya terkekeh kecil.

Omongan Giselle ada benarnya, darah yang mengalir lumayan banyak, bahkan sekarang telinga Karina rasanya sangat sakit dan ngilu.

"Liat tuh, sampe robek daun telinganya," tukas Giselle seraya memperhatikan telinga Karina.

"Nanti juga sembuh kok."

Giselle hanya mengangguk lalu pergi ke dapur untuk menyiapkan sarapan, sementara Karina masih melanjutkan kegiatannya yang tadi.

Tapi seketika gadis itu teringat oleh sesuatu. "Anting gue kemana?"

.

.

"Gak ada bekas sama sekali, gila." Tukas Revan pada Jeffan.

Si empu terdiam sejenak, "lo udah cek ke semua tempat?" Revan mengangguk.

"Kayaknya emang pencuri itu gak mau keberadaannya kedeteksi sama sekali, bahkan sidik jari pun gak ada."

"Mereka pasti pakai sesuatu biar gak ninggalin jejak apapun." Jeffan menghela nafas, "coba cek lagi ke TKP utama, siapa tau ada sesuatu yang bisa kita jadiin petunjuk."

Revan mengangguk lalu pergi dari sana, menyisakan Jeffan yang masih berada di tempat saat pencuri tersebut menghancurkan kotak kaca besar.

Baru saja ingin pergi, mata elang Jeffan melihat sebuah benda yang menyembul diantara pecahan kaca. Tangannya terangkat untuk mengambil benda tersebut, lalu mengamatinya dengan seksama.

Keningnya mengerut heran, "anting? Punya siapa?"

.

.

"Ya tuhan Karina, lo kenapa?!" Amanda dengan wajah paniknya ketika melihat telinga Karina yang terbalut dengan perban.

"Jangan teriak dong, sakit tau telinga gue." Sungut Karina yang dibalas cengengesan oleh Amanda.

"Abis kena apaan? Sampe kayak gitu.." Karina terdiam, bingung harus menjawab apa. Mana Giselle tidak ada pula, Karina kan tidak ahli mencari alasan.

"Itu, kena pecahan kaca." Jawab Karina seadanya membuat Amanda keheranan. "Kok bisa kena pecahan kaca? Lo abis jatoh terus nimpa pecahan kaca?"

Karina langsung mengangguk-angguk, lebih baik jika dia langsung mengiyakan pertanyaan Amanda.

"Kok bisa nimpa sih? Emang lantai apartemen lo kenapa?"

Karina mengumpat dalam hati, kesal karena Amanda yang terus bertanya. Tapi sebisa mungkin ia menyembunyikan kekesalannya itu.

"Ya kemaren Giselle lagi ngepel terus gak sengaja nyenggol gelas yang bahan kaca, terus gue kepeleset gara-gara lantainya masih basah terus nimpa pecahan kaca gelasnya." Jelas Karina.

Berusaha sebaik mungkin supaya jawabannya tidak tersirat keraguan sama sekali, Karina meneguk ludahnya kasar ketika menatap mata milik Amanda.

Gadis bernama Amanda itu sempat terdiam sebentar sebelum akhirnya berkata, "oohh, makanya hati-hati dong."

Akhirnya Karina bisa bernafas dengan lega, hampir saja.

"By the way, lo udah denger kasus pencurian di museum pusat kota?" Karina mengangguk.

"Katanya sih pencurinya masih sama kayak yang kemarin nyuri di perpustakaan sains. Gila sih, pasti pencurinya rencanain sesuatu."

Kening Karina mengerut, "sesuatu apa?"

"Dia pasti nyiapin sesuatu, selama ini dia nyuri barang-barang berharga yang ngandung teknologi informasi masa kini yang bisa berpengaruh ke masa depan juga." Karina tersenyum miring mendengar penjelasan Amanda.

"Lo tau darimana kalo barang-barang yang dicuri itu ngandung teknologi informasi yang besar?" Tanya Karina

"Dari Revan."

Oalah bangsat, pantes aja. Katanya agen detektif, tapi hal kayak gini malah dikasih tau ke orang awam.

.

.

Jeffan merebahkan dirinya dikasur, memejamkan matanya, mencoba mengistirahatkan badan dan pikirannya.

Belum sampai 10 menit, pemuda itu kembali terbangun, pikirannya masih saja memikirkan tentang anting tersebut.

Tangan miliknya pun mengambil jepit rambut milik pencuri tersebut yang ia simpan di dalam laci.

Membandingkan dengan anting yang ia temukan di lokasi kejadian tadi.

*Jepit rambutnya (kiri) lebih mirip kayak tusukan konde

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*Jepit rambutnya (kiri) lebih mirip kayak tusukan konde.

Mata Jeffan menangkap kesamaan yang memang dimiliki oleh anting dan jepit rambut tersebut.

"Anting ini.. gue kayak pernah liat anting ini, tapi dimana ya?"

Mencoba mengingat-ingat, sampai akhirnya pupil matanya membulat sempurna. Anting tersebut jatuh dari tangan Jeffan, pemuda itu tidak menyangka dengan hal tersebut.

"Jangan bilang kalau ini punya Karina."

Tapi seketika pemuda itu menggelengkan keras kepalanya. "Ah gak mungkin!"

Pemuda itu pun menyimpan kembali jepit rambut dan anting tersebut ke dalam lacinya. Tak lama kemudian notifikasi pesan masuk datang.

Jeffan mengecek ponselnya dengan cepat, dari Karina ternyata.

Rina

|Besok jadi jalan?

Jadi dong|
Jam setengah 8 gue jemput|

|Emang lo tau tempat tinggal
gue?

Ya enggak lah|
Makanya nanti shareloc|

|Ok.

Jeffan menatap aneh pesan obrolan mereka, canggung sekali. Tapi setelah dipikir-pikir, ternyata Karina ingat bahwa besok mereka akan kencan.

Jeffan mengira gadis itu akan lupa soal kencan mereka.

I'm The Stealer! [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang