Bab 9. Passing like the last time

139 30 11
                                    

Kali ini tidak terlambat bangun. Alarm berbunyi diwaktu yang tepat. Tidak seperti kemarin-kemarin. Di style jam berapa bunyinya jam berapa. Sekarang sudah diganti dengan yang baru. Bye alarm lama.

Bangun untuk memasak. Ika ingat Ara tidak ada di apartemen, mau tidak mau Ika sendiri yang harus menyiapkan sarapan. Membuka kulkas, memilih sayuran yang bisa di masak, namun tidak satupun yang bisa dibuat. Menghela nafas, Ika beralih pada roti. Begini terus jika tidak ada Ara. Dalam tekatnya, Ika akan belajar memasak. Mengingat Yoongi pandai memasak, bisa kali ya meminta diajari.

Menyiapkan terlebih dahulu sarapan. Setelahnya barulah Ika membersihkan diri. Pergi ke kampus seperti biasa.

Entah hanya perasaan Ika saja atau bagaimana. Hari ini kampus kelihatan sepi, sangat sedikit mahasiswa yang lewat. Mencari keberadaan Sunni, ingin menceritakan betapa senangnya bertemu dengan mereka. Namun, batang hidungnya saja tidak nampak. Ternyata Sunni murung di kelas.

"Hei." Sapa Ika menyenggol lengan Sunni. Yang di sapa menoleh menunjukkan ekspresi murung, lesu, tidak ada semangat-semangatnya.

"Wajahmu seperti bra ku yang sudah ku bakar." Kembali menopang dagunya dengan tangan. Sunni menatap malas.

"Hei, kenapa sih?"

"Hiks, Ikaaaaaa." Rengek Sunni lalu memeluk Ika tanpa aba-aba.

"Ada apa? Hei, Sunni." Tangan Ika berusaha melepas pelukan, namun Sunni semakin mengeratkan.

"Hah." Desah Ika, tenaganya terbuang sia-sia. Menunggu beberapa saat sampai tiba Sunni berbicara.

"Hiks, Ikaa." Rengkuhan Sunni mulai lepas, setelah itu Ika bernafas dengan lega.

"Aku tidak menang huaaa." Lagi-lagi Sunni memeluk tiba-tiba. Ika hanya bisa menahan nafas sebentar sebelum menghela nafas pasrah.

"Pantas saja aku tidak melihatmu disana."

"Huaaa Ika, kau membuatku semakin sedih." Tangisnya semakin pecah. Orang yang di dalam kelas pun memperhatikan mereka heran. Ika memaksakan senyum ketika pandangannya tak sengaja melihat wajah bingung mereka.

"Sudahlah, nanti mereka mengadakan lagi kok. Aku akan membantumu." Tangis Sunni mereda mendengar Ika akan membantu.

Maka Sunni mengusap air mata yang tersisa di pipi, menatap mata Ika seakan meminta janji.

"Apa?" Tanya Ika bingung.

"Kau harus janji denganku, kau harus bantu aku. Aku sangat ingin bertemu mereka juga tahu."

"Iya-iya. Janji." Sunni tersenyum ceria setelahnya.

"Kau teman yang baik, tidak bukan teman. Sahabat yang baik." Kembali memeluk lagi. Yang tadinya bahagia, wajah Ika berubah menjadi muram akibat sikap Sunni yang kambuh.

Sore hari setelah mereka selesai latihan, beristirahat sejenak untuk memulihkan tenaga. Akhir-akhir ini Jungkook selalu dekat dengan Yoongi. Tapi Yoongi tampaknya tidak merasa risih.

"Hyeong."

"Ha?" Sahut Yoongi setelah meminum air dari botol.

"Kau masih berkomunikasi dengan dia?"

"Siapa?"

"Eumm siapa ya namanya? Aish aku lupa." ucap Jungkook setelah berusaha mengingat namanya.

"Ika maksudmu?"

"Ya itu."

Tidak ada angin tidak ada badai, Yoongi tersenyum sendiri. Lama-lama terkekeh. Jungkook yang melihat itu, bergedik ngeri.

Different - Min Suga [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang