Bab 10. Hate You!

95 26 6
                                    

Percuma saja pulang. Ingin mengadu dengan siapa, Ika pun tidak tahu. Rumah kosong, tidak ada yang menyambutnya ketika tiba dirumah. Baru teringat Ara masih mengajar, yang diyakini akan pulang malam.

Siang kali ini terasa sangat sepi. Di dalam rumah yang dingin ini pun menjadi terasa panas, akibat dari suasana hatinya yang tidak baik. Hati panas namun mata mendung.

Di sela-sela tangisnya, ia memegang perut kecil yang pagi tadi menampung makanan yang dimasak dirinya dan dibantu Yoongi. Mengingat ketidakpersetujuan, rasanya ingin memuntahkan seluruh makanan. Dari dulu, Ika sangat membenci penolakan.

Menurut kalian, ini tindakan yang benar atau salah? Pertama, Ika tidak tahu dirinya harus bersyukur karena sudah pernah bertemu bahkan tidur dengan lelaki impian hampir seluruh perempuan di dunia. Atau Ika harus sadar diri mengingat Yoongi hanya menginginkannya jika dirinya terkurung di dalam apartemen. Tidak ingin bersama setiap waktu. Ika benci kenapa lelaki selalu menaruh harapan yang membuatnya menjadi bersikap dunia adalah dirinya. Dunia adalah Yoongi.

Sikap Yoongi yang memarahinya terlampau kasar membuat tekat Ika semakin kuat. Tidak berpikir panjang lagi. Mulai besok, Ika harus mengurus surat untuk pindah jadwal menjadi paket C. Masa bodo jika tidak diizinkan oleh Ara. Toh, Ika bisa mencari tempat tinggal lain, jika Ara tidak menyetujui. Bersorak dalam hati sebab sudah lancar berbahasa Korea.

Perutnya kembali berbunyi, padahal pagi tadi sudah makan. Sakit hati membuatnya begini. Makan, makan, makan dan terus makan.

Dengan mata sembabnya kaki Ika berhasil melangkah menuju lemari es, meraih botol berisi soda, mengambil snack sebanyak mungkin dengan satu tangannya. Duduk di depan tv yang menyala. Bahkan ponselnya di nonaktifkan. Hari ini dirinya tidak ingin di ganggu oleh siapa pun.

SIAPA PUN.

Perutnya entah mengapa tidak menerima makanan yang membuat kenyang. Pilihan yang tepat jika memakan snack. Padahal Ika tahu mengonsumsi makanan ringan seperti ini tidak bagus, tidak baik untuk tubuh. Tapi ini pula yang membuatnya candu, tidak bisa sehari saja tidak makan ini. Kecuali jika dalam keadaan tertentu, misal bersama Yoon-

Tunggu. Aku benci nama itu.

Maka dengan perasaan kesal, Ika membuka bungkus. Setiap satu suapan, satu kalimat ia ucapkan.

"Aku benci Yoongi."

"Aku benci Suga."

"Aku benci Agust."

Apapun sebutan untuk Yoongi, maka Ika akan mengucapkan kebenciannya. Meskipun beberapa kali tersedak saat mengatakan kalimat itu, Ika tetap melanjutkan makannya.

Sampai tangannya meraba-raba kesamping, tidak ada lagi. Habis. Dengan helaan nafas tubuhnya beranjak mengambil lebih banyak snack lagi. Tidak peduli dengan ruang tamu yang kotor dengan bungkus dimana-mana. Tidak peduli dengan kesehatan badan. Tidak peduli jika berat badannya bertambah. Yang ada di otaknya sekarang hanya makan. Menghilangkan sosok lelaki yang dibenci.

Mengunyah dengan kesal lagi, mengucapkan kata itu lagi, tersedak lagi. Bahkan Ika tidak menyadari sudah berapa banyak soda yang ia minum. Itu karena dirinya berulang kali tersedak.

Apa dirinya terkena kesialan karena menyebut nama sang cenayang? Apa mungkin ini sebab dirinya berulang kali tersedak?

Dan lagi, kunyahannya terhenti kala giginya tak sengaja menggigit lidah.

"Aishh, sial kau Min Yoongi. Aku semakin membencimu." ucap Ika yang kemudian menjulurkan lidah. Sakit sekali.

"Kau membuatku sial. Aku tidak akan menyebut namamu lagi, Min Yoongi."

Different - Min Suga [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang