Bab 20. Not Planning Under the First Snow

83 18 10
                                    

"Shadaqallahul adzim.."

Umi tersenyum Ika telah menyelesaikannya dengan baik siang ini. "Alhamdulillah.. Bacaan Ika sudah semakin bagus dari hari ke hari. Hanya kurang di tajwidnya saja."

Jadwal mengaji setiap minggu siang. Setelah shalat zhuhur. Mengaji dengan memakai mukenah sungguh sangat menyejukkan.

Ika sudah meminta izin juga pada Ayah, bahkan dibuatkan ruang khusus untuk Ika mendalami agamanya.

"Alhamdulillah Ika sangat senang mendengarnya. Ika bakal rajin-rajin belajar tajwid nanti."

"Bagus itu, kalau tidak ada yang mengerti bisa hubungi Umi ya, Umi selalu siap."

Ika terkekeh. "Umi minggu depan, Ika ingin nyetor hapalan juz 30."

"Hooo sudah hapal rupanya. Kenapa minggu depan? Sekarang saja, sini ayo Umi dengar"

"Ada beberapa surah yang belum hapal, kalau surah yang pendek-pendek Ika sudah hapal dari dulu."

"Ooo begitu...." Umi mengangguk.

"Umi, Ika ingin bertanya."

"Tanyakan sayang."

"Jika kita wanita muslim mencintai pria non muslim. Kita tahu dia itu berbeda agama, dan itu di larang dalam islam. Tapi kita wanita ini memaksa untuk tetap menikahi pria non muslim itu. Tapi kita tetap islam, dan lelaki itu tetap non muslim, itu bagaimana Umi?"

Tampaknya Umi tahu mengapa muridnya menanyakan hal semacam itu.

"Di dalam Al Qur'an memperbolehkan pria muslim menikah dengan wanita non muslim. Karena dulu agama yahudi dan agama kristiani tidak mengakui Nabi Muhammad SAW sebagai Nabi. Sebaliknya, Islam mengakui Nabi Isa AS sebagai Nabi. Islam membenarkan seorang muslim lelaki mengantar istrinya ke gereja. Sehingga Islam membenarkan pria muslim menikah dengan wanita non muslim. Tapi tidak sebaliknya.

Tapi ulama sekarang, semuanya dilarang. Benda lagi dengan ini. Jika pria itu berjanji akan masuk Islam setelah menikah, jangan mau."

"Kenapa Umi?"

"Sebab agama itu keyakinan di dalam hati. Kalau yakin hari ini, kenapa tidak hari ini saja masuk Islam? Kalau tidak yakin hari ini yakni nanti gak ada itu yang namanya dia akan masuk Islam setelah menikah.

Bagi siapapun, jika dia ingin menikahinya. Maka orang itu harus benar-benar sudah masuk Islam."

"Kenapa seperti itu Umi?"

"Sebab masa depannya panjang. Suami adalah kepala keluarga. Dia akan menuntun istrinya ke dalam syurga. Untuk seorag wanita, jangan mudah menikah dengan seorang lelaki yang ingin pindah agama gara-gara menikah. Apalagi menikah dengan beda agama? Wahh kasihan anaknya nanti.

Jika ingin menikahi seorang pria yang akan masuk berjanji masuk Islam, harus sudah terbukti dulu kiprahnya dalam Islam, shalatnya ininya, baru hebat wanita itu bawa mereka menikah. Boleh karena sudah terbukti.

Tapi untuk memaksa menikah dengan pria non muslim, jangan. Kan masih banyak pria muslim."

"Aahh iya juga ya Umi?"

Umi tertawa melihat raut lucu Ika yang bertanya. "Ya iya dong. Kenapa bertanya seperti itu? Ika sedang di lamar oleh pria non muslim ya?"

"Ha? Tidak kok. Ika hanya bertanya saja."

"Bertanya apa bertanya.....?" Tanya Umi menggoda.

"Ish Umi, Ika hanya bertanya tahu."

Lagi-lagi Umi tertawa. "Baik-baik, Ika hanya bertanya."

Different - Min Suga [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang